JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes
23 Desember 2007

Fatimah IV  

0 komentar

Ketika dilihatnya aku sudah lemas karena kepuasan, Rhoma mencabut ****** karet itu dan berbisik, kalau saja aku kepengen maka sebaiknya aku pakai alat itu, dia nggak keberatan. Aku tak menyahut, karena saat itu aku barulah merasa malu, entah bagaimana sikapku tadi ketika mencapai puncak kenikmatan. Tetapi aku tak perduli lagi, tokh yang menyuruh Rhoma sendiri.

Sambil tiduran, aku sempat berpikir mana yang paling nikmat, bersetubuh dengan Rhoma, dijilati oleh Rhoma atau main dengan ****** karet itu. Aku merasa bahwa yang paling nikmat adalah dijilati, karena rasa gelinya membuat tubuhku jadi menggelepar gelepar seperti ikan yang jatuh kedarat. Kedua barulah main pakai ****** karet itu, tetapi aku juga bertanya dalam hatiku, bagaimana rasanya main dengan laki laki yang mampu bertahan lama dalam bersetubuh, pasti aku akan menemukan kenikmatan yang luar biasa, karena pada saat mencapai puncaknya, pasti kami sama sama akan beringas.

Meskipun aku sudah lebih menikmati kepuasan seks dengan ****** karet itu, tetapi hubunganku dengan Rhoma tetap saja hambar, karena di mataku Rhoma makin hari makin bertambah seenaknya sendiri, entah karena dia mengalami stress atau bagaimana, tetapi yang jelas, makin hari Rhoma makin ngawur dan tak bertanggung jawab baik dalam hal keuangan maupun dalam hal keluarga. Aku sendiri dengan keadaan ekonomi orang tuaku yang kaya, aku tak pernah perduli dengan kelakuan Rhoma itu, aku mampu membiayai hidupku dengan uang orang tuaku serta juga dengan bisnisku sendiri, meskipun Rhoma selalu marah bila aku berdagang. Aku menyadari juga bahwa memang berdagang bagi perempuan secantik dan semontok aku memang berbahaya, karena banyak lelaki hidung belang yang selalu siap memangsa aku. Untunglah selama ini aku dapat bertahan karena aku masih dapat menerima kepuasan yang kudapat dari memuaskan diri sendiri, meskipun sejujurnya saja aku masih mengharapkan ****** yang segar dan persetubuhan dengan laki laki yang perkasa yang dapat membuat aku benar benar berteriak keenakan oleh cara mainnya yang tangguh...............

Jikalau Achmad selalu mencurigai kalau aku berbuat serong dengan kenalanku dari berdagang, kurasa itu tak keliru, karena mereka memang rata rata seringkali menggoda aku meskipun aku tak pernah menganggapinya. Tetapi yang diluar dugaan Rhoma dan sesungguhnya saja juga diluar dugaanku, justru teman dekat Rhoma sendiri yang membuat ulah denganku.........................

Rhoma mempunyai seorang kenalan yang berbisnis dengannya, aku juga kenal baik dengan laki laki Cina ini, dia seringkali datang kerumah dan berbincang bincang dengan Rhoma. Setiap kali ada kesempatan dia selalu mengajak aku berbicara, bicaranya menyenangkan dan dia selalu bercerita tentang segala macam hal yang aku senangi. Selama itu Rhoma tak pernah curiga karena bisnisnya dengan Rudy nama si pria itu selalu sukses dan dia merasa banyak diberi keuntungan oleh Rudy, sehingga malahan seringkali bila Rudy datang dan dia harus pergi, maka Rudy selalu diajaknya, tetapi jikalau Rudy menolak, maka dibiarkannya Rudy tetap dirumahku dan disuruhnya aku untuk menemaninya. Sifatku yang terbuka dan periang menyebabkan pembicaraan kami selalu hidup dan menyenangkan, bahkan akhirnya kami sering berbicara juga masalah seks. Aku sangat suka dengan cara Rudy berbicara, karena setiap kali dia bercerita, nonokku jadi basah kuyup karena terangsang mendengar ceritanya yang hebat hebat itu. Tetapi khusus yang satu ini aku tak pernah bercerita pada Rhoma, kusimpan sendiri.

Saat itu aku baru saja menutup garasi setelah mengantar Rhoma keluar, aku langsung bergegas mandi karena hari sudah agak siang. Didalam kamar mandi aku melepas dasterku dan tanpa sengaja pandanganku menatap pada kaca besar yang sengaja dipasang Rhoma dikamar mandi itu. Aku melihat tubuh telanjangku sendiri, kulihat susuku yang montok menantang dengan pentilnya yang mencuat ke atas, belum lagi jembutku yang rimbun di sela pahaku itu. Aku jadi bernafsu sendiri karena membayangkan seandainya ada pria yang bersamaku di kamar mandi itu. Ketika kurasa nonokku seperti terganjal, aku sadar bahwa itilku sudah mulai membengkak, benar saja ketika aku menunduk dan menyibakkan jembutku, kulihat itilku yang warnanya merah tua itu sudah muncul keluar dari celah lipatan bibir nonokku. Pelan pelan kugosok itilku dengan jari, rasa geli yang kurasakan membuat mataku terpejam menikmatinya. Badanku jadi gemetar karena sentuhan jariku itu, memang belakangan ini hampir tak pernah aku bersetubuh dengan Rhoma karena belakangan ini Rhoma sering sakit dan kondisi tubuhnya lemah, jikalau dulu melihat aku telanjang saja dia sudah langsung terangsang meskipun ******nya agak impoten, tetapi belakangan ini meskipun aku telanjang dia tak bereaksi apa apa. Jadi otomatis aku lebih banyak main sendiri demi untuk kepuasan nafsu seksku yang menggebu gebu itu. Ketika rasa geli makin terasa, aku bersandar pada tembok kamar mandi sementara tanganku yang kiri menguakkan lubang nonokku dan jari tangan kananku makin cepat menggosok itil serta mengaduk aduk liang nonokku, saat itulah kudengar teleponku berdering. Aku kaget sekali, kuhentikan gosokan nikmat itu , dalam hati aku mengumpat karena sedang asyik asyiknya kok telepon berdering. Karena tak juga berhenti dering telepon itu, dengan telanjang bulat aku keluar dari kamar mandi dan mengangkat telepon itu. Aku mengomel panjang pendek ketika kuketahui telepon itu datangnya dari Rudy, dia tertawa terkekeh ketika kuberitahu bahwa saat itu aku sedang mandi. Dia bertanya apakah aku telanjang bulat, ketika kuiyakan ia berkata lagi, sayang teleponnya tidak bervideo, kalau tidak tentu sudah dapat melihat ketelanjanganku itu. Aku tertawa ketika ia berkata bahwa tadi ia melihat mobil Rhoma meluncur ke arah Surabaya, sehingga ia menelepon aku dari jalan. Ketika kupastikan bahwa aku di rumah sendirian, Rudy menyatakan kalau dia akan ke rumahku. Aku mengiakan dan kembali aku masuk ke kamar mandi, rencanaku untuk memuaskan diri jadi buyar karena telepon Rudy tadi, tetapi aku justru menmbayangkan hal yang lain lagi, seandainya saja Rudy mengajakku main, apakah aku diam saja, tokh di rumahku sepi..............

Baru saja aku keluar dari kamar mandi kudengar ketukan di pintu depan, pasti itu Rudy, aku sedikit heran kok begitu cepat dia sampai di rumahku, tetapi aku menduga kalau dia tadi menelpon mempergunakan hand phone, sehingga langsung meluncur ke rumahku. Aku agak berpikir, apakah aku langsung membukakan pintu ataukah aku berganti pakaian dulu, karena saat itu seperti biasanya aku sama sekali tak memakai pakaian dalam serta daster yang aku pakai agak tipis sehingga pasti Rudy dapat melihat benda benda rahasia milikku. Karena ketukan dipintu semakin keras aku memutuskan untuk cuek saja, jadi aku langsung ke pintu dan membukanya, Rudy sambil cengar cengir berdiri didepan pintu, tanpa kupersilahkan dia sudah menerobos masuk dan berdiri disampingku sambil memperhatikanku. Matanya berpindah pindah menatap susuku dan ke selangkanganku yang ada dibalik daster tipisku. Aku jadi agak malu, jadi kupersilahkan dia untuk duduk dulu dan aku langsung masuk menuju kamarku untuk berganti pakaian. Selintasan kulihat ****** Rudy sudah ngaceng melihatku, karena tampak dari celananya yang menggembung di bagian depan itu. Seperti yang sudah kuduga, ketika aku masuk kekamar, Rudy pun mengikutiku ke kamar, hanya saja ia cuma berdiri di depan pintu sambil berkata, "Kenapa mesti ganti, kan selama ini kamu kan memangnya nggak pernah pakai celana, kok sekarang malah mau ganti pakaian. Aku tersenyum malu, tapi aku berkata, "Rud, sana duduk dulu, aku mau ganti ya, nanti kita omong omong lagi yang sip !" Tapi Rudy diam saja malah katanya, " Kalau mau ganti ya ganti saja, biar aku lihat dari sini, apa bedanya Madura dan Cina !"

Aku berdebar debar melihat kenekadan Rudy ini, karena memang sebenarnya aku juga suka dengan Rudy, maka dengan membelakangi Rudy aku melepas dasterku, karena memang aku tak memakai apapun di sebelah dalam, maka otomatis saat itu aku telanjang bulat. Ketika aku membuka lemari pakaianku, tiba tiba kurasakan Rudy memelukku dari belakang, kedua tangannya langsung meremas susuku dengan lembut sementara bibirnya menciumi leherku dari belakang. Aku mencoba untuk memberontak, tetapi tangan Rudy lebih kuat memelukku, bahkan justru dengan gerakanku itu, pantatku menyentuh benjolan ******nya yang sudah ngaceng itu. Aku mencoba untuk melarang Rudy dan mendorong tubuhnya, tetapi Rudy sepertinya melekat dipunggungku, bahkan sekarang tangannya yang satu mulai merambah ke bukit nonokku dan mengusap ngusap jembutku yang lebat itu. Sambil berbisik Rudy berkata di telingaku "Aku sudah lama rindu kepengen meraba jembutmu yang lebat ini, baru sekarang berhasil lho !" Rangsangan Rudy pada susuku benar benar membuat nafsuku jadi naik, karena cara Rudy merangsangku sangat halus dan kalem sekali, tangannya dengan lembut memilin puting susuku sementara tangannya yang satu berusaha menyelipkan jarinya di liang nonokku dan yang paling membuat aku lemas adalah ciuman dan jilatan jilatan Rudy pada leher serta daun telingaku. Benar benar luar biasa, teknik mencumbuku sangat berbeda dengan Rhoma yang kasar itu. Aku benar benar tak tahan dengan semua ini, tubuhku kusandarkan sepenuhnya kebadan Rudy sambil berbisik "Rud aku takut kalau ketahuan tetangga lho !" Tetapi Rudy yang mungkin juga sudah kesetanan tak perduli, malah aku didorongnya ke tempat tidur dan didorongnya aku ke atas tempat tidur, karena masih malu aku tak mau terlentang, tetapi aku terus saja telungkup dan menempelkan mukaku keatas kasur.

Rudy tak perduli meskipun aku tak mau terlentang, dia terus menciumi punggungku mulai dari leher turun terus menyusuri pingganggu, kemudian ia bahkan menggigit pelan pelan pantatku yang montok itu dengan gigitan mesra. Rasanya aku sudah ingin menjerit minta disetubuhi saja, karena meskipun nonokku sama sekali belum disentuh, tetapi cumbuan Rudy sudah membuat aku banjir nggak karu karuan. Rasanya seluruh tubuhku jadi membengkak dan mukaku terasa panas sekali, apalagi ketika Rudy menguakkan pantatku dari belakang dan di luar dugaanku, lidahnya yang hangat itu mulai menjilati lubang duburku yang juga ditumbuhi rambut rambut halus yang cukup banyak itu , aku menjerit kecil merasakan kenikmatan ini. Benar benar nikmat, rasa geli dan gatal yang ditimbulkan oleh gesekan lidah Rudy yang kasap itu, rasanya dunia sudah berputar putar. Aku mandah saja ketika Rudy mendorong tubuhku sehingga sekarang aku terlentang, tak ada sedikitpun usahaku untuk menutupi tubuhku, kubiarkan Rudy menyaksikan tubuhku yang hanya pernah dilihat Rhoma itu, kubiarkan dia memperlakukannya sesuka hati, aku sudah pasrah dan menanti puncak dari kenikmatan ini.

Ketika kulirik, ternyata Rudy sedang melepas pakaiannya sendiri sehinga telanjang bulat, ******nya tak sebesar punya Macan tetapi benar benar kaku dan mendongak keatas, warnanya coklat dan ujungnya merah tua menunjukkan kalau nafsunya juga sudah memuncak. Aku menduga Rudy akan langsung memasukkan ******nya seperti kebiasaan Rhoma selama ini, sehingga ketika ia mendekatiku aku langsung merenggangkan pahaku agar ia mudah memasukkan ******nya itu. tetapi dugaanku salah, ia justru menindihiku dan mencium bibirku dengan mesra, kurasakan lidahnya menyelusuri bibirku serta menggigit bibirku dengan lembut. Tanpa sadar aku telah memeluk Rudy dan menekan dadanya kedadaku, tangan Rudy yang masih bebas dengan penuh keahlian meremas remas susuku itu dan memilin pentilnya, lalu ia mengangkat tangan kiriku ke atas kepala sehingga kini tampaklah bulu bulu ketiakku yang sangat lebat dan berwarna hitam pekat itu. Melihat itu ia berkata 'Lebat sekali bulu ketiakmu ini, aku sangat suka dengan wanita yang memiliki bulu ketiak yang lebat !' Lalu dengan rakusnya Rudy mulai menciumi dan menarik narik bulu bulu ketiakku ini dengan bibirnya dengan gemasnya.

Ketika Rudy berbisik agar aku memegang ******nya, segera aku menurunkan tanganku dan langsung menggenggam ****** Rudy. Terasa begitu hangat dan hidup ****** Rudy itu, tanganku dengan gemas meremasnya sehingga kadang kadang Rudy terjengit karena sakit. Ketika Rudy mengulum putingku, aku benar benar tak tahan, dengan suara serak kuminta Rudy agar segera memasukkan ******nya itu. Rudy benar benar seorang penurut, tanpa menyuruh dua kali, ia langsung kembali menindihku dan mengarahkan ******nya ke liang nonokku. Sekali tekan ******nya yang sebenarnya saja bukan ukuranku langsung amblas ke dalam liang nonokku. Sejujurnya saja aku saat itu tak merasakan sama sekali geseran ****** Rudy di liang nonokku, tetapi diluar dugaanku, Rudy benar benar jagoan ! Dengan gerakan gerakan yang ritmis dia mulai menusukkan ******nya ke liangku, tetapi dia tidak melakukannya secara lurus melainkan justru dia menusuknya menyamping sehingga ujung ******nya menabrak dinding nonokku yang peka itu. Aku jadi kelojotan oleh gerakan Rudy ini, tak kusangka meskipun ******nya termasuk kecil bagi seorang perempuan Madura sepertiku, tetapi cara mainnya benar benar luar biasa ! Aku jadi merintih rintih oleh permainan Rudy, bahkan kadang kadang ia mencabut ******nya dan dengan cara dipegang ia menggeser geserkan ujung ******nya ke itilku, setelah agak lama langsung ditusukkan sehingga ******nya masuk lagi. Tak tahan dengan semua ini, aku mencakar cakar, entah apa yang kucakar tetapi yang pasti saat itu aku memuntahkan semua kerinduanku akan ****** yang sejati sehingga aku berkelojotan menumpahkan semua rasa nikmat yang terkumpul di nonokku itu. Entah berapa kali aku mencapai kepuasan, tetapi Rudy masih tetap tangguh merojokkan ******nya yang tetap perkasa itu. Badanku rasanya sangat enteng, aku tak tahan dengan semuanya ini, aku meminta Rudy agar berhenti dengan semua ini. Badanku benar benar lemas, kucoba untuk mendorong Rudy dari atas badanku. Rupanya Rudy benar benar seorang yang penurut, ia mencabut ******nya dan berbaring di sampingku.

Kudengar nafasnya mendesah desah seperti orang bekerja keras, ketika kuraba ******nya, ternyata masih kaku ..... Rudy berbisik ketelingaku, "Ayo dilanjutkan, aku masih belum keluar lho ! " Aku tak sanggup untuk menjawab, aku hanya menggelengkan kepalaku. Rudy tersenyum melihat aku tergeletak lemas ini, dia malahan mendekatkan bibirnya ke nonokku yang basah kuyup dengan lendir dari nonokku sendiri itu, tanpa ragu ia menjilati cairan lendir yang mengalir dari nonokku itu dan menelannya. Bahkan ia sepertinya ingin mengeluarkan semua lendir itu sampai yang ada didalam nonokku dan ditelannya semua. Aku benar benar kagum dengan Rudy, suamiku benar benar tak ada artinya dibandingkan dia ini. Rasa geli yang ditimbulkan oleh jilatan Rudy membuat aku mulai terangsang lagi, namun aku masih ingin mengumpulkan kekuatan dulu, aku jadi merasa malu dengan Rudy karena seolah olah aku ini perempuan yang hiper seks, karena begitu mudah dikalahkan oleh dia. Aku ingin membalasnya dan membuat Rudy juga mengakui kehebatanku !

Begitu aku merasa segar, aku segera bangkit dari tidurku dan langsung kugenggam ****** Rudy serta kutuntun kemulutku, kuhisap ****** Rudy sampai habis dan kubiarkan tetap didalam mulutku sambil kukenyot kenyot seperti permen. Rudy merintih rintih keenakan, tangannya menjambak rambutku seolah olah ia ingin agar aku melepaskan hisapan itu, tetapi aku tak mau, malahan kugelitik pelirnya dengan jariku dan kuselipkan jariku di liang duburnya. Rudy menggerak gerakkan pantatnya ingin lepas dari rangsanganku, dia benar benar tak tahan geli " Jangan, aku tak tahan geli, nanti malah nggak ngaceng ! Aku tertawa mendengar kata katanya itu, ketika kulepaskan hisapanku, aku langsung mengangkangi
Rudy dan menyelipkan ******nya diantara kedua pahaku, sekali tekan ******nya amblas ditelan nonokku. Kuputar putar pantatku untuk membuat ****** Rudy merasa enak, tetapi yang terjadi justru aku yang kegelian sendiri, ****** Rudy benar benar enak. Tak tahan dengan semua ini, aku merebahkan badanku di sampingnya sehingga ******nya kembali bebas. Rudy membalikkan badanku sehingga tengkurap, kurasakan ia menguakkan pahaku dari belakang, dan sebelum aku menyadari apa yang akan dilakukannya, kurasakan ******nya sudah menerobos nonokku dari belakang. Sekali ini aku merasa ****** Rudy menyenggol liang rahimku yang paling dalam, gerakan Rudy yang berputar mebuat aku makin geli, kuputar juga pantatku berlawanan arah dengan gerakan Rudy, kali ini aku menemukan kelemahan Rudy, karena begitu aku memutar pantatku, Rudy langsung melenguh dan kurasakan pejunya yang hangat menyembur memenuhi dinding dinding nonokku itu. Rasa hangat pejunya membuat aku juga tak tahan lagi, akupun memuntahkan cairan kenikmatanku entah untuk yang keberapa kalinya, aku merasa kembali lemas.

Badanku dan badan Rudy penuh dengan keringat begitu juga dengan sprei tempat kami bersetubuh basah kuyup dengan keringat dan juga dengan cairan dari kemaluan kami. Sambil tetap mengangkang aku tertidur lelap sekali, Rudy juga tertidur sambil merebahkan kepalanya disusuku. Aku
tak pernah melupakan hari itu, inilah pertama kalinya aku bersetubuh habis habisan sampai bukan sekedar puas bahkan sampai hampir pingsan. Aku terus menciumi Rudy dengan penuh kelegaan, kuremas remas rambutnya . Memang rupanya Rudy ditakdirkan untuk menjadi pemuas nafsuku yang selalu bergejolak itu, karena dari omongan Rudy aku berkesimpulan bahwa dia itu hyperseks, isterinya sendiri sampai minta ampun jika harus main dengan dia, karena kuatnya luar biasa. Dia mengatakan bahwa dengan aku dia menemukan lawan tanding yang betul betul seimbang. Aku dan Rudy sepakat untuk memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk bersetubuh terutama kalau Rhoma pergi. Aku sudah membayangkan bahwa setelah ini hari hariku tak akan lagi hambar tetapi akan menjadi menyenangkan karena Rudy akan mengisi kekosonganku dengan ******nya yang ampuh itu.

What next?

You can also bookmark this post using your favorite bookmarking service:

Related Posts by Categories



0 komentar: to “ Fatimah IV

News