JellyMuffin.com - The place for profile layouts, flash generators, glitter graphics, backgrounds and codes
14 Januari 2008

Banjir Membawa Kehangatan  

0 komentar

Saya benar benar tidak menduga Jakarta akan kebanjiran seperti itu dan semua di luar perkiraan. Di hari yang mereporkan itu seperti biasa saya pergi bekerja, hanya saja hari itu saya harus keluar kantor ke tempat lain yang berada agak jauh dari pusat kota. Sebenarnya saya sudah malas untuk pergi hari itu karena cuacanya juga tidak enak, tapi terpaksa harus pergi juga. Dari kantor saya diantar mobil kantor sampai ke tempat tujuan melalui jalan toll arah ke Merak. Sesampai di tujuan saya di drop saja karena waktu itu saya pikir nanti sore biar mobil saya saja yang menjemput ke tempat saya.

Urusan kerjaan di tempat itu lancar tidak ada masalah, bahkan sempat sedikit santai di restoran dekat sana untuk sedikit makan makanan ringan dan minum bersama relasi. Kami berempat dan hanya saya sendiri yang wanita, cerita sedikit soal kerjaan dengan diselingi cerita di luar itu. Cukup enak juga suasananya, entah mengapa mereka begitu antusias mendengarkan cerita saya, tapi kadang agak kikuk juga ya dilihat tiga pria yang matanya semua melihat ke saya. Tapi biasalah namanya pria, kadang kadang matanya mencuri curi pandangan melihat sekitar dada saya dan kadang ke arah paha saya yang sedikit terliaht karena rok saya yang mini itu, yang penting kan mereka tetap sopan.

Menjelang sore ketika saya akan pulang, saya telpon ke suami menanyakan apakah supir sudah menuju tempat saya, karena belum juga tiba, tapi menurut suami mobil sudah dari tadi menuju tempat saya. Melihat saya agak kebingungan, salah satu dari mereka menawarkan untuk ikut mobilnya dan mau mengantarkan saya. Tapi saya merasa tidak enak jadi saya tolak. Karena sudah sore maka kami keluar dari restoran kemudian berpisah di sana. Tinggal saya sendiri yang masih di sekitar sana. Tidak lama setelah itu handphone saya berbunyi dan itu dari suami dan katanya dia dapat telpon dari supir, mengatakan supir tidak bisa menuju tempat saya karena jalanan yang akan di lewati banyak yang tergenang air dan jalan toll macet hampir tidak bergerak. Suami sendiri pulang pakai mobil dari kantor dan sedang menuju rumah dan katanya dia juga mengalami macet.

Saya jadi semakin khawatir dan bingung. Akhirnya saya beritahukan suami biar saya pulang pakai taksi saja yang kebetulan banyak terliaht di sekitar saya.

Saya lupa nama taksinya tapi yang penting ada kendaraan untuk pulang walaupun pasti mahal nantinya. Hujan mulai turun agak lebat, tapi jalanan lancar lancar saja dan saya pikir akan tidak ada masalah, paling hanya macet sedikit nanti di pintu keluar toll. Tapi ternyata salah dugaan saya. Mau keluar jalan toll, padahal masih jauh tapi sudah macet dan hampir tidak bergerak. Entah seberapa lama baru bisa keluar dari toll, tapi diluar sudah mulai gelap dan jalanan tetap macet.

Ahirnya taksi yang saya tumpangi keluar juga dari jalan toll, tapi yang jelas memerlukan waktu lebih dari sejam bahkan mungkin lebih, saya sendiri sudah tidak peduli lagi waktu itu. Padahal pada hari biasa mungkin kurang dari setengah jam sudah bisa keluar dari toll yang saya maksud.

Tapi saya belum bisa tenang, karena perjalanan masih jauh dan jalanan begitu macet hingga tidak bergerak sama sekali. Sementara itu hujan di luar semakin lebat dan jalanan yang awalnya hanya tergenang air sedikit, semakin lama semakin tinggi. Sampai selang beberapa waktu supir taksi mengatakan sesuatu yang membuat saya shock. Supir taksi minta saya turun di jalan saja karena taksinya sudah kehabisan bensin dan tidak bisa terus lagi. Tentu saja ini membuat saya sangat bingung karena bagaimana selanjutnya untuk bisa pulang. Saya juga tidak bisa bilang apa apa lagi ke supir taksi, segera saya bayar dan keluar dari taksi. Di luar hujan masih turun tapi tidak lebat tapi tetap saja baju menjadi basah, apalagi tidak membawa payung saya.

Dengan berjalan kaki menyelusuri trotoar saya berusaha mencari tempat bisa berteduh. Air sudah dari tadi terasa masuk ke dalam sepatu dan bajupun semakin basah. Sampai akhirnya saya mendapatkan tempat untuk berteduh yang agak luas, tapi itu juga sudah ada beberapa orang yang bertujuan sama dengan saya. Tepatnya itu di depan toko yang sudah tutup dan depannya sedikit luas dan terlindung dari hujan yang sedang turun, selain itu lampu penerangannya cukup terang jadi terasa agak aman.

Ketika saya datang untuk ikut berteduh, pandangan semua orang yang berada di situ yang kebetulan semua pria, tertuju ke saya. Tadinya saya tidak begitu menghiraukan karena mungkin karena melihat seorang wanita yang sedang basah kuyup. Baru saya sadar setelah beberapa menit di situ. Saya melihat baju atasan yang berwarna putih yang dipakai sudah basah sekali hingga melekat di badan. Karena bahannya tipis maka terlihat benar badan saya mendekati transparan. Dalam keadaan biasa saja bra yang saya kenakan terlihat dengan jelas, apalagi sekarang. Ditambah lagi hari itu saya memakai bra yang tipis mendekati transparan. Jadi kalau kena air seperti itu sudah pasti dada saya kelihatan dan mengecap, terutama bagian tengahnya. Kalau di luar negeri mungkin saya masih bisa tenang sedikit karena tidak terlalu banyak yang memperhatikan dan peduli dengan penampilan saya. Begitu kikuknya sampai sengaja kedua lengan saya tempelkan ke dada saya, pura pura seperti orang kedinginan.

Dalam keadaan bingung seperti itu tiba tiba pria di sebelah saya yang juga sedang berteduh mengajak bicara saya. Sepertinya pria kantoran yang juga hampir senasib dengan saya. Bicaranya cukup sopan walaupun pandangan matanya tetap saja mencuri curi kesempatan melihat badan saya yang sudah basah itu. Awalnya dia menanyakan mengapa saya bisa sampai basah kuyup begitu. Sayapun mulai menceritakannya secara garis besarnya saja. Ada beberapa pria lain yang ikut juga mendengarkan cerita saya.

Entah karena kasihan dengan saya atau ada maksud tertentu, dia menawarkan sama sama mencari kendaraan lain yang bisa sampai ketempat tinggalnya yang relatif tidak begitu jauh dari situ dan kemudian dari sana dengan kendaraan pribadinya dia mau mengantarkan sampai ke rumah. Sesaat saya anggap suatu ide yang bagus, tapi terus setelah lebih lama saya pikir akhirnya saya menolaknya dengan halus dengan mengatakan saya lagi menunggu kenalan untuk menjemputnya di situ. Pada saat itu memang saya terpikir sesuatu yang lain.

Saya teringat dengan teman saya yang rumahnya yang tidak jauh dari tempat itu. Saya coba menelpon rumahnya, setelah agak lama baru ada yang mengangkat, ternyata hanya anaknya saja yang ada, tapi saya di beritahu nomer hp nya dan segera saya menghubunginya. Dia cukup surprise juga mendapat telpon dari saya karena sudah lama kami tidak berhubungan. Dia sedang dalam perjalanan pulang bersama suaminya juga. Saya ceritakan masalah saya dengan ringkas dan kemudian minta tolong apakah bisa mampir sebentar di rumahnya. Mendengar itu teman saya segera mempersilahkan untuk mampir ke rumahnya. Tapi karena dia juga dalam perjalanan pulang dan kondisi jalanan juga macet maka dia mau menghubungi anaknya di rumah supaya menjemput saya. Seperti mendadak mendapat suatu jalan keluar, hati menjadi senang dan lega rasanya. Berarti saya tinggal tunggu saja untuk di jemput di tempat saya berteduh.

Mungkin setelah menunggu sekitar setengah jam, baru anak teman saya datang. Ketika datang saya tidak sadar dan tidak begitu memperhatikannya karena tidak di sangka anak itu menjemput saya dengan motor trail nya. Saya juga sedikit lupa wajahnya karena sudah lama tidka bertemu. Tadinya dia hanya melambai lambaikan tangan saja ke arah saya, baru setelah dia memanggil mangil nama saya "tante!...tante!...tante Rxxxx !!..." saya sadar itu adalah anak teman saya.

Sebutlah namanya Aris. Waktu terakhir ketemu dengan Aris, dia masih di smp dan tidak setinggi sekarang. Umurnya beberapa tahun diatas umur anak saya yang paling besar. Dia sekarang terlihat lebih dewasa. Dia minta maaf karena menjemput saya pakai motor karena menurutnya lebih cepat pakai motor dan tidak terkena macet. Saya katakan tidak apa-apa, saya juga dulu waktu muda senang naik motor, dan memang cukup lama juga tidak merasakan naik motor, apalagi ini di bonceng, padahal dulu saya lebih sering membonceng orang termasuk suami saya sendiri ketika masih muda. Ketika dibonceng saat itu saya tidak begitu merasakan apa apa selama perjalanan ke rumah dia, tapi kalau sekarang saya ingat mungkin telah mengganggu perasaan si Aris, apalagi lagi masa puber. Saya dibonceng dengan duduk seperti tidak memakai rok saja, karena memang tidak biasa dari dulu kalau duduk miring di bonceng. Waktu itu saya tidak sadar memeluk Aris dari belakang dengan erat dan begitu merapat. Saya sendiri mungkin refleks karena kedinginan sehingga begitu hangat rasanya.

Awal perkenalan saya dengan ibunya Aris, Frida (bukan nama sebenarnya) ini agak unik. Sebenarnya suaminya lah yang teman suami saya sejak dahulu. Sampai suatu waktu ketika kami bersama sama berlibur keluar kota, saya mengenal mereka lebih dekat dan akrab, terutama dengan Frida. Sebelum dengan Frida, suaminya sudah pernah menikah dengan wanita lain dan Aris adalah anak dari perkawinan dengan istri sebelum Frida. Istri pertamanya kalau menurut suami saya, sudah tidak ada karena sakit. Saya sendiri tidak pernah menanyakan soal itu ke Frida karena segan untuk menanyakannya. Frida sendiri baru berumur sekitar awal tiga puluhan, agak jauh jaraknya dengan suaminya.

Singkatnya, waktu kami pertama kali berlibur itu dengan ide suami dan suaminya, kami berempat menikmati permainan sex bersama sama di hotel kami menginap. Di double bed yang lebar itu kami bersama sama melakukan sex. Awalnya kami mulai pemanasan dengan pasangan masing masing dan sedikit melakukan oral sex. Tapi kemudian dengan tuntunan suami dan suaminya, saya dan Frida seperti disatukan dan suami kami saling menikmati tubuh kami dengan meraba dan mencium berbagai tempat pada badan saya dan Frida. Saya menikmati permainan kami, ada rasa nikmat yang berbeda kalau dibanding dengan sex berdua saja.

Pada saat itu saya baru mengetahui dan tebakan saya ternyata memang benar, Frida adalah wanita yang memiliki kepribadian bi-sex. Itu terlihat ketika mulut suaminya sedang menikmati mulut vagina dan clitoris saya, Frida dengan semangat dan agresifnya menciumi dan menjilati kedua payudara saya dengan selingan menciumi bibir saya sesekali kali. Tentu saat itu begitu nikmatnya sehingga saya sendiri sudah tidak begitu memperdulikannya lagi. Padahal saya bukan orang yang suka dengan sejenis, tapi ciuman Frida di sekitar dada dan bibir saya menambah kenikmatan dan benar benar terangsang saya saat itu. Mungkin karena kami ada prianya di situ dan kami menikmati bersama sama, kalau itu semua wanita mungkin saya tidak mau.

Pada akhir dari permainan kami itu, para suami saling menikmati klimaksnya dengan pasangan temannya, jadi suami Frida benar benar "in" dan sampai klimaks di dalam vagina saya. Sejak pengalaman menarik dengan mereka, setelah itu sempat beberapa kali kami bermain seperti itu di tempat lain. Sudah lama juga saya tidak bertemu dan ngobrol ngobol dengan Frida, mungkin kalau tidak musibah banjir ini saya tidak menghubungi dia, masing masing sibuk.

Ketika sampai di rumah Frida memang tidak ada orang di sana selain Aris dan pembantunya. Rumahnya terasa sepi sekali. Aris mempersilahkan saya masuk dan menawarkan mandi dan ganti baju di tempatnya, karena dia sudah di pesani oleh orang tuanya.

Dia mengantarkan saya ke kamar mandinya yang berada di dalam kamarnya yang agak besar dan dia mengatakan akan kembali lagi untuk mengantarkan handuk dan pakaian sementara yg saya bisa pakai.

Kamarnya seperti umumnya anak pria zaman sekarang, tapi terlihat cukup rapih. Disamping tempat tidurnya yang lebar terlihat meja belajar dan stereo set. Di salah satu sudut kamarnya juga ada tv yg agak besar. Saya segera masuk ke kamar mandinya yang hanya di sekat dengan kaca buram yang besar, tidak ada pintu. Saya sudah tidak tahan untuk segera membuka baju yang sudah melekat dan basah itu. Celana dalam dan bra saya juga sudah basah dengan air hujan, segera saya cuci supaya besok bisa dipakai lagi. Rasanya begitu nikmat ketika shower yang hangat membasahi badan dari ujung kepala sampai ke kaki. Ketika lagi mandi yang sampai sekarang masih saya ingat adalah terasa payudara terasa kencang dan kedua puting saya keras dan tegang. Terutama ketika saya menyabuni seluruh badan, sempat saya menekan nekan sedikit kedua payudara, seperti ada perasaan yg memanas di dalam hati saat itu.

Ketika sedang asyik shower tiba tiba terdengar sekat kaca kamar mandi di ketuk dan segera saya menoleh ke arah sekat kaca itu. Ternyata si Aris yang mengetuk dan dia membawakan handuk dan pakaian dan dia letakkan di luar kamar mandi. Saya agak curiga sepertinya dia sudah dari tadi ada di sana, karena tadi sebelum kaca di ketuk, seperti ada suara orang yg memanggil manggil. Mungkin dia sempat mengintip atau melihat saya yg sedang telanjang dari balik kaca buram itu. Maklum anak lagi dalam masa puber.

Sebelum meninggalkan kamarnya dia berpesan agar setelah selesai mandi saya diminta ke ruang makan. Selesai mandi dan mengeringkan badan dengan handuk yg tadi disediakan Aris, saya memakai baju yg dipinjamkannya. Ternyata dia menyediakan baju model kimono untuk tidur yang seperti biasanya ada di hotel hotel. Apaboleh buat terpaksa saya pakai. Sebenarnya agak kurang sreg juga dengan mekai kimono ini tanpa didalamnya memakai celana dalam dan bra. Penutup kimono ini hanya tali pengikat di pinggang, kalau kurang rapih memakainnya tentu bagian dada bisa di intip dan juga paha.

Di ruang makan saya dan Aris makan malam berdua saja, Frida dan suaminya belum juga sampai di rumah. Selesai makan kami pindah ke ruang keluarga dan sambil menonton tv kami pun berbincang bincang. Beberapa kali sejak di meja makan beberapa kali dia mencuri curi pandangan ke saya. Memang dia sekarang semakin dewasa dan mukanya cakep mirip bapaknya, perawakannya juga sudah postur orang dewasa. Di ruang tamu ketika bicara, beberapa kali saya membetulkan belahan kimono saya, karena duduk di sofa yg agak rendah. Itu pun selalu setelah saya melirik ke mata Aris yg mulai resah duduknya dengan mata memandang ke bagian kaki saya. Cukup lama juga kami berbincang bincang, sempat menanyakan ke dia soal hobby nya dan masalah pacar dan lain lain.

Orang tuanya baru tiba di rumah setelah agak malam. Merekapun terjebak macet karena hujan dan banjir. Karena sudah lama tidak bertemu, membuat suasana menjadi begitu meriah. Ketika bertemu Frida, dia segera merangkul saya dan menciumi kedua pipi saya. Saya juga menyalami suaminya dan dia tersenyum dengan senyuman khasnya sambil mencium kedua pipi saya. Saya juga membalasnya dengan ciuman di pipinya. Kita berbincang bincang sebentar di ruang keluarga, terutama cerita soal banjir. Frida segera minta maaf ketika dia melihat kimono yg saya kenakan, dan dia berjanji mau meminjamkan baju yg lainnya. Tidak lama setelah itu saya di antarkan Frida ke ruang tidur tamu dan kunci pintu kamar dia bukakan dan dia serahkan ke saya, tidak lupa saya ucapkan terimakasih karena sudah merepotkan mereka. Kamar tidur Frida dan suaminya terletak di sebelah kamar tamu.

Kamar tamunya terlihat rapih dan memang jarang dipakai selain oleh tamu. Antara kamar tamu dengan kamar Frida ada connecting door yang bisa di kunci dari kedua sisi. Saya sempat rebahan sebentar di tempat tidur dan menelpon suami agar tidak perlu khawatir lagi dan minta besok pagi di jemput.

Tidak lama setelah saya berbaring di tempat tidur, terdengar ketukan dan suara Frida memanggil saya dari balik connecting door. Saya segera membuka kunci pintu dan membuka pintunya. Frida dengan membawa beberapa bajunya masuk ke kamar tamu dan semua baju di letakkan di tempat tidur. Saya diminta mencobanya satu satu. Dia juga membawa celana dalam baru yang masih dalam pelastik, tapi saya menolaknya. Baju atasan dan bawahan saja yg saya pilih pilih. Frida ukuran badannya sedikit lebih kecil dari saya sehingga saya harus memilih baju yang ukuran free size atau yg dari bahan elastis, seperti bahan kaos. Frida juga sibuk membantu memilih baju. Sementara dia memilih saya membuka baju kimono yg saya pakai, Frida sedikit tersenyum ketika saya membuka baju, mungkin karena saya tidak memakai apa apa lagi di dalamnya. Dua tiga baju di coba tapi kurang pas di saya, semua bajunya kebanyakan baju yang ngepas di badannya. Ketika saya melepas baju yang dicoba, dia juga membantu melepaskannya dan dengan sedikit memandang ke badan saya dia memuji muji bentuk postur badan saya. Sempat tangannya menyentuh pinggang dan payudara saya dengan ringan. Ukuran payudara dia sedikit lebih kecil dari saya. Sepertinya dengan basa basinya dia ingin lebih menyentuh badan saya, tapi saya segera mengalihkan pembicaraan agar dia berhenti menyentuh badan saya. Saya kurang biasa kalau disentuh wanita, apalagi kami hanya berdua saja. Sementara saya sedang sibuk mencari baju, terdengar suara suami Frida dari ruangannya memanggil Frida, sepertinya baru selesai mandi. Frida memberi tahu bahwa dia ada di kamar sebelah sedang memilih baju untuk saya. Suaminya kemudian mengatakan ke Frida kalau sudah selesai, saya di suruh ke kamar mereka untuk ngobrol ngobrol kalau belum mau tidur. Kamar tidur mereka cukup besar dan di dalamnya ada ruangan lain kecil untuk duduk duduk dan menonton tv, hanya di sekat dengan sederhana. Kamar itu dilapisi permadani yang tebal bulunya seakan kulit binatang buas dan sekelilingnya tersedia bantal bantal duduk, jadi kita bisa duduk di permadani dengan santai sambil menonton tv.

Akhirnya saya memilih baju atasan kaos lengan panjang berwarna cream dengan kancing di depan, bahannya agak tipis tapi bagian dadanya cukup tertutup kalau kancing yg atas di tutup, karena ukurannya tidak pas dengan saya, terkesan sempit dan kancing kancingnya seperti tertarik ke samping terutama bagian dadanya, sehingga baju sedikit terangkat dan bagian pinggul dan puser saya sedikit terlihat. Bawahannya hanya dapat celana jeans pendek yang ujungnya berserat serat, sebenarnya kalau bisa mau cari yg lain lagi karena terlalu pendek, hanya sebatas pangkal paha lebih sedikit, tapi ya sudah lah. Tapi baju dan celana itu tidak segera saya pakai, sayang, untuk besok pagi saja setelah mandi, sekarang biar dengan kimono ini.

Suasana ruangan duduk di kamar tidur mereka cukup menyenangkan, kami bertiga duduk berderet, Frida duduk di tengah. Sambil menonton tv kami berbincang bincang dengan santainya dan penuh tawa. Awal pembicaraan suami Frida menanyakan keadaan keluarga saya termasuk suami saya. Suami Frida sangat gembira bisa bertemu saya, apalagi menurutnya sudah lama kami tidak bertemu, mungkin sudah setahun lebih. Sebenarnya saya tahu setelah pertemuan terakhir kami waktu itu, Frida sempat bertemu dengan suami saya dan mereka sempat menikmati tidur bersama, semua itu suami pernah cerita ke saya, tapi karena Frida diam saja soal itu maka saya juga pura pura tidak tahu dan mungkin Frida memang tidak cerita ke suaminya.

Ada satu hal yg membuat terpancing hati saya memanas, suami Frida sempat bicara katanya mereka suami istri tidak menyiapkan acara khusus karena saya datang mendadak ke rumah mereka. Dia sempat bicara ke Frida dan saya di rungan itu bahwa malam ini kita harus ada acara khusus. Frida tersenyum penuh arti dan begitu juga saya.

Fokus pembicaraan kembali soal saya yg kehujanan, suami Frida sampai bertanya soal baju saya yang basah berikut bra dan celana dalam saya dengan penuh humor. Kira kira pembicaraannya seperti berikut waktu itu;

"jadi kamu benar benar basah kuyup sampai kedalam..."
"ya iya lah mas...lihat saja sekarang apa yg dia pakai", kata Frida.
"ini dia didalam kimononya tidak pakai apa apa lagi...", Frida meneruskan.
Suami Frida tertawa dengan penuh arti yang sedikit ngeres.
"Tuh kan...mulai pikiran kotor" kata Frida sambil tertawa, dan kami pun bertiga tertawa.
"Dia ini Rxx, sekarang lagi enggak mood sama aku, padahal aku sudah pakai baju tidur tipis seperti ini...", kata Frida sambil kedua tangannya meremas payudaranya dari luar baju tidurnya.
Memang malam itu Frida pakai baju tidur yang begitu sexy, kelihatan kedua payudaranya membayang bayang dibalik bajunya.
"Dia lagi kepingin megang ini kamu...", kata Frida sambil salah satu tangannya memegang dada saya dan menggenggam payudara saya dari atas baju saya.
Saya agak kaget, tapi entah kenapa waktu itu, saya hanya diam saja membiarkan tangan Frida menggenggam payudara saya, dan anehnya suasana tetap saja penuh humor.
Suaminya pura pura tidak mendengar, matanya di alihkan ke tv, Frida juga mulai iseng dengan tangan yg satunya segera menuju ke daerah bawah puser suaminya yang juga mengenakan baju tidur kimono seperti saya. Tangan Frida menyelinap ke balik kimono suaminya dan sepertinya mengelus elus penis suaminya.
"Tuh...kan Rxx, lihat ini...dia sudah tegang", kata Frida sambil meminta saya melihatnya.

Sebenarnya saya juga sudah mulai terangsang ketika Frida meremas dada saya, terasa dari dalam vagina saya cairan sedikit keluar dan terasa basah.

Begitu cepatnya kejadian berlangsung, tangan Frida yang tadi menggenggam payudara juga menyelinap ke balik belahan kimono di dada saya dan telapak tangannya langsung menggenggam payudara saya. "Rxx, kamu juga sudah keras begini...", Frida berbisik di kuping saya.

Saya sama sekali tidak bereaksi, malah membiarkan tangan Frida memainkan payudara saya. Pada saat itu saya masih ingat, suami Frida menoleh ke kami berdua dan pandangan matanya beretemu dengan mata saya saling memandang.

Setelah itu saya sudah tidak ingat lagi kejadian selanjutnya dan tidak ingat lagi urut urutannya. Pokoknya waktu itu terus kami saling memulai permainan yg mengasyikan. Yg masih ingat dan terkesan ketika Frida dan saya ber posisi 69, dia terlentang di bawah dan saya diatas seperti anak bayi merangkak, dan suaminya berlutut tepat dia depan saya, penisnya diberikan ke saya dan saya melakukan oral, terasa begitu keras dan tegang di dalam mulut. Sementara itu kedua tangan suami Frida terus meremas remas dan mempermainkan payudara dan puting saya. Terasa mulut frida dan lidahnya menjilat jilat mulut vagina dan clitoris saya dan kadang kadang terasa lidahnya memasuki vagina saya. Rasanya ketika itu susah untuk diceritakan, pokoknya saya begitu terasngsang, semakin lama semakin basah mulut vagina saya, banyak mengeluarkan cairan, tapi Frida terus tidak henti hentinya menjilatnya, terdengar suara lidahnya.

Penis suami Frida juga terus saya mainkan, sepertinya dia juga begitu terangsang, dari ujung penisnya terasa cairannya keluar sedikit sedikit setiap sedikit saya hisap, rasanya asin dan agak lengket dan setiap itu juga tangannya semakin keras memainkan payudara saya.

Suami Frida dengan baiknya memperlakukan Frida dan saya, bergantian kami dipeluk, begitu juga ketika kami memasuki permainan utamanya, secara bergantian suami Frida memasuki saya dan Frida. Kami bertiga seakan bersatu menjadi satu saling merangsang dengan permainan sex itu. Pada saat saat terakhir suami Frida mencapai klimaks, Frida menyuruh suaminya menyelesaikannya dengan saya, tqpi walupun begitu suami Frida tetap minta izin ke saya dengan berbicara dekat kuping saya untuk menyelesaikannya di dalam saya. Saya menyetujuinya dengan aba aba kepala saya, pada saat itu mulut saya sudah tidak bisa bicara apa apa lagi, yg keluar dari mulut hanya suara yg sedang menikmati sex. Sampai akhirnya saya merasakan sesuatu yg panas menekan masuk di dalam vagina, suami Frida mencapai klimaks di dalam vagina saya. Saya juga sudah tidak ingat persis kejadiannya waktu itu, hanya terkesan waktu itu begitu nikmat dan mengesankan walaupun sebenarnya saya belum mencapai klimaks. Setelah selesaipun suami Frida menciumi Frida dan saya dan kami berdua dipeluknya. Kami sempat terdiam tidak bergerak disana.

Setelah selang waktu beberapa saat kemudian saya kembali kekamar saya menginap dan connecting door saya kunci kembali. Begitu capai dan ngantuknya, saya langsung merebahkan diri di tempat tidur dan tidak sadar saya sudah tertidur dengan lelapnya sampai tidak sempat memakai kimono tidur saya, dibiarkan tergeletak di sudut tempat tidur.

Pagi hari saya terbangun dengan sedikit kaget karena pintu kamar ada yg mengetuk dan saya lihat jam, ternyata saya sudah tertidur begitu lelap sampai hari sudah agak siangan.

Ternyata yg mengetuk adalah Aris. Begitu tergesa gesa mau membukakan pintu, saya tidak sempat memakai rapih kimono tidur saya. Tanpa mengikat tali kimono dan hanya dirapatkan dengan tangan kemudian pintu saya buka. Aris tidak langsung bicara tapi dia sempat memandang saya yang agak kacau penampilannya, dia tersenyum dan menanyakan ke saya apakah tidurnya nyenyak, sayapun membalsnya dengan senyum. Kemudian saya tanya tentang orangtuanya. Ternyata mereka sudah pergi kerja dan sengaja tidak membangunkan saya. Aris hanya dipesani oleh ibunya untuk nanti mengajak sarapan pagi saya dan menemani saya sampai supir saya menjemput.

Karena ingin mandi saya minta izin ke Aris untuk pinjam kamar mandinya, selain itu saya masih menjemur celana dalam dan bra saya di kamarmandinya Aris. Mungkin karena selama ini Aris saya anggap masih kecil jadi tidak terlalu peduli menjemur pakaian dalam saya di kamar mandinya.

Saya sendiri masuk ke kamar Aris dan menuju kamar mandinya. Ternyata celana dalam dan bra saya belum kering, sayapun terus mandi saja di situ. Ketika mandi dan menyabuni badan, saya masih merasakan payudara saya kencang dan puting saya terus mengeras seperti kemarin.

Selesai mandi dan mengeringkan badan saya memakai baju Frida yg tadi malam di pinjamkan ke saya, baju kaos lengan panjang dengan kancing baju didepan yg agak kekecilan sedikit dan celana jeans pendek. Waktu memilih baju tadi malam karena lampu kamar tidak begitu terang maka tidak terlalu perhatikan benar, ternyata di kamar Aris yg terang ini ketika saya pakai baju itu, sayapun langsung sedikit tersenyum. Karena bahannya agak tipis, kalau tidak pakai bra terlihat payudara agak membayang sedikit walaupun tidak begitu ketara. Tapi yg agak membuat menantang dan menjadi perhatian adalah puting saya terlihat jelas mengecap di baju, dan karena agak sempit kancing kancingnya sedikit tertarik dan terlihat celah celah diantara kancing. Begitu juga bagian bawah baju, karena terangkat di bagian dada sehingga puser dan pinggul sedikit terlihat, tapi kalau kedua tangan keatas, perut terlihat jelas. Saya jadi ketawa sendiri dalam hati.

Kalau celana lumayan cukup, hanya saja paha jadinya kelihatan kemana mana. Tapi sudahlah, waktu itu saya pikir hanya baju sementara untuk pulang ke rumah, tidak untuk dipakai kemana mana. Setelah beres semua saya menuju ruang keluarga dan menemui Aris dan minta kantong plastik kecil untuk menyimpan pakaian dalam saya yg masih basah itu. Aris sempat bertanya untuk apa, sayapun tanpa ada perasaan apa apa dengan polosnya saya katakan untuk menyimpan pakaian dalam yg masih basah sambil menunjukkan ke Aris. Di segera ke kamarnya dan kembali dengan kantong plastik yg bagus, saya surprise juga begitu perhatiannya ke saya. Ketika saya memasukkan bra dan celana dalam kedalam pelastik sepertinya aris dengan teliti memandang saya dari ujung rambut sampai kaki, terutama bagian dada saya, berkali kali dia melirik mencuri pandangan. Begitu juga ketika kami berdua sarapan duduk berhadap hadapan. Ketika sarapan itu saya baru sadar anak ini sudah dewasa, sudah mengenal wanita walaupun tidak tahu sejauh mana. Perasaan selama ini menganggap masih kecil dan memang saya kenal waktu dia di smp.

Ketika sedang makan saya baru merasakan kepala agak pusing dan badan seperti mau flu, mungkin karena kehujanan kemarin, tapi saya tahan dan memeruskan sarapan pagi. Setelah selasai kami kembali ke kamar keluarga dan Aris menyalakan tv untuk saya. Kemudian dia minta izin mau ke garasai untuk mengerjakan sesuatu, dan kalau ada perlu minta di dipanggil saja. Sepertinya dia sedang asyik dengan hobynya mengotrak atrik mobilnya. Saya duduk sebentar di ruang keluarga dan sempat membaca koran dan majalah yg ada di dekat situ. Acara tv tidak ada yg bagus, berita di tv banyak membahas masalah banjir. Saya sempat menelpon ke rumah untuk menanyakan jam berapa saya akan di jemput, ternyata menurut pembantu, suami saya pagi itu tidak mengantor.

Ternyata pusing saya tidak hilang, malah sepertinya bertambah saja dan mulai bersin bersin. Karena takut keterusan, segera saya menuju garasi untuk bertemu Aris untuk minta obat pusing dan flu. Di garasi saya temui Aris sedang mengerjakan sesuatu di bawah dashboard tempat duduk kanan. Saya masuk kemobil dari pintu kiri dan memanggil Aris, dia sedikit kaget dan terjedut dashboard. Melihat itu saya jadi ketawa dan diapun ikut ketawa dan katanya kaget. Kemudian saya bilang bahwa saya agak pusing dan minta obat pusing atau flu. Aris minta waktu sebentar karena sedang tanggung kerjaannya. Selagi menunggu saya duduk di kursi kiri sambil memperhatikan dia bekerja, tapi tidak lama dia berhenti dan meninggalkan kerjaannya, sepertinya tidak konsentrasi di lihat oleh saya.


Setelah mencuci tangan dia terus menuju meja bar yg ada di salah satu sudut ruangan keluarga dan saya mengikutinya dari belakang. Di dekat meja bar itu ada rak tempat obat, tapi sepertinya dia tidak menemukan obat sakit kepala. Sementara menunggu saya duduk di kursi bulat untuk meja bar, meja dan kursinya persis seperti yg ada di bar bar itu. Kemudia Aris melihat ke atas meja bar persis di atas saya duduk, ada laci kecil disana. Dia minta tolong saya membuka laci itu. Karena agak tinggi terpaksa saya harus jinjit dan membuka laci itu. Di dalamnya ada kotak kecil dan Aris minta itu diturunkan. Karena agak tinggi saya tidak bisa memegang dengan benar kotak itu dan kepeleset. Kotak itu hampir jatuh meniban saya. Untung Aris segera menolong merauk kotak itu hingga tidak jadi menjatuhi saya. Tapi ketika dia mau menolong itu badannya menubruk saya dan saya juga refleks takut tertiban, dengan cepat memeluk Aris.

Setelah kotak itu ditaruh Aris di meja bar, saya dan dia sedikit terdiam, dia minta maaf karena kejadian itu, tapi saya hanya senyum saja. Ternyata obat pusing ada di kotak itu.

Ketika dia mau memberikan obat itu tiba tiba dia bicara yg agak lucu. Dia minta izin mau mencium saya. Tentu saja saya tidak ada perasaan apa apa dan langsung memiringkan pipi saya untuk di cium. Tapi kemudian dia bilang bahwa dia masih ingat dahulu waktu pesta ulang tahunnya, saya memberi selamat dan mencium bibirnya. Kemudian saya jadi teringat waktu itu, memang saya cium dia dengan ringan bibirnya. Rupanya dia masih teringat terus ketika itu dan sekarang dia ingin membalasnya rupanya, tapi tentu dia sekarang bukan Aris yg dulu kecil itu. Tapi sudahlah, saya izinkan dia mencium saya, soalnya dia begitu lucu sekali cara bicaranya.

Dia mencium bibir saya dengan lembut awalnya, tapi semakin lama dia semakin berani dan memang pintar dia cara mencium saya. Secara refleks ciuman dia saya balas dengan mesra, tapi ini malah membuat perasaan dan suasananya menjadi aneh, karena terus terang menjadi terangsang ciuman Aris ini. Takut keterusan, segera saya lepas bibir saya dari bibir Aris, tapi sepertinya dia seakan tidak mau berhenti. Saya bilang ke Aris dengan pelan dan halus untuk menyudahkannya karena saya terus terang bilang nanti keterusan dan itu tidak baik karena saya ini kan seperti tante nya saja, bukan temannya. Seperti tidak mau berhenti disana, dia minta sekali lagi saja dan entah kenapa waktu itu saya membolehkannya, seakan tindakan saya tidak sesuai dengan ucapan saya ke dia. Aris kembali mencium saya dan sayapun menyambutnya, tapi kali ini dia lebih berani lagi, lidahnya berusaha mau membuka mulut saya dan inginmelakukan french kiss sepertinya. Karena memang pintarnya, sayapun kalah dengan kemauan Aris. Saya memerimanya dengan membuka mulut saya dan lidahnya dengan cepat masuk ke mulut saya. Sayapun menyambutnya dengan lidah saya sampai akhirnya kami melakukan deep kiss. Terus terang saya waktu itu jadi terangsang.

Tapi Aris ternyata tidak berhenti sampai di situ. Tangannya mendadak memegang dada saya, kaget saya karena sangat terasa sekali tangannya menyentuh payudara saya yg hanya ditutupi baju kaos tipis. Saya pegang tangannya dan saya coba menariknya dari dada saya, tapi seperti tidak mau menyerah, dia semakin kuat bertahan. Tapi kemudian dia melepas ciumannya dan mengatakan ke saya sejak tadi malam dia terbayang terus tentang saya dan mengganggu pikiran dia. Dia bilang mulai merasakan sesuatu ketika saya di bonceng dengan motornya, ketika saya mandi malam itu dia sempat mengintip lama, baru setelah itu dia mengetuk kaca kamar mandi. Begitu juga ketika sarapan pagi, dia terus berusaha memandang dada saya dan puting yang mengecap di baju, begitu juga paha saya. Dia sengaja tidak mememani saya di ruang keluarga pagi ini karena kalau tidak katanya semakin kacau pikirannya.

Sementara dia bercerita begitu, tangannya sudah membuka hampir semua kancing baju saya. Akhirnya saya kalah dengan alasan dia dan membiarkan tangannya terus bergerak. Saya hanya bisa memejamkan mata saja dan sayapun tidak sadar sudah terangsang. Dengan tangannya dia memainkan payudara dan puting saya dan kemudian mukanya pun membenamkan ke dada saya dan menciumi payudara saya yg sebelahnya. Entah kenapa hari itu terasa begitu tinggi naluri sex saya, padahal semalam baru saja saya bermain dengan Frida dan suaminya bertiga.

Terasa bagian vagina saya mulai basah. Sayapun akhirnya berusaha membuka celana Aris dan dengan mudah bisa terbuka dan bersama celana dalamnya saya tarik kebawah hingga penisnya tampak jelas. Perlahan lahan saya mainkan penisnya, dia sudah seperti bapaknya saja. Penisnya keras sekali terasa. Kemudian Aris saya dorong dia duduk di kursi bar dan saya berlutut. Saya mulai mainkan penis Aris dengan mulut. Ketika pertama kali masuk kemulut, terasa penisnya bergetar dan spertinya Aris begitu menikmati seakan belum pernah mengalami hal yg demikian. Ketika saya hisap beberapa kali, dia sdikit mengeluarkan suara dan menggenggam pudak saya. Dari ujung penisnya terasa banyak sekali keluar cairan asin terus menerus. Saya tahu dia tidak bisa lama lama. Ketika sedang menikmati oral itu tiba tiba pembantu rumah Frida masuk ke ruang keluarga dan dari jarak agak jauh dia mengatakan ke Aris bahwa supir saya sudah datang menjemput. Dari balik meja bar saya yg sedang berlutut tidak terlihat sehingga pembantu menyangka hanya ada Aris yang sedang duduk di sana. Pembantunya tadinya sudah mau ke kamar tamu mau memanggil saya, tapi segera Aris memotongnya dan dia bilang biar dia yg memanggilnya dan dengan nada agak maksa pembantunya disuruh keluar dari ruangan keluarga.

Setelah di dengar pembantu sudah tidak di ruangan keluarga kemudian saya berhenti mencium penis Aris dan berdiri. Saya pandang mata Aris dan saya bilang sudah ya....

Kelihatan muka Aris sedikit kecewa. Saya terus meninggalkan dia dan menuju kamar tamu tempat tadi malam saya tidur untuk mengambil tas yg masih di ruangan itu. Di kamar tamu itu saya sedikit merapihkan pakaian yg sedikit sudah kusut dan menyisir rambut. Sebenarnya saya ada rasa tidak enak juga karena harus mendadak berhenti, perasaan hati ini tidak tenang, seakan tensi darah masih tinggi.

Tiba tiba terdengar suara pintu di ketuk, saya menjawabnya dan ternyata Aris yg mengetuk. Dia membuka pintu pelan pelan dan sedikit agak ragu, terus saya suruh masuk dia ke kamar. Aris masuk dan hanya berdiri di dekat pintu. Dia minta maaf atas kejadian tadi karena merasa tidak sopan dan minta jangan dilaporkan ke orang tuanya, dia mengaku sudah tidak tahan dan sabar lagi ketika di meja bar bersentuhan untuk mengambil kotak obat. Terlihat mukanya agak pucat dan sedikit ketakutan. Saya jadi kasihan dan iba dengan Aris.

Saya suruh Aris pintu kamar ditutup yg rapat dan dikunci. Kemudian dia saya suruh mendekat dan saya berdiri dari tempat tidur. Di depan saya Aris hanya menunduk saja, mungkin takut akan dimarahi oleh saya. Kemudian saya peluk Aris dan dengan suara pelan saya bilang ke dia bahwa saya tidak akan laporkan ke orang tuanya. Ketika berpelukan saya merasakan penisnya masih tegang dibalik celananya. Dengan suara pelan mendekati berbisik, saya minta dia membukakan kancing celana jeans yg saya pakai dan resletingnya. Dengan agak ragu ragu dia melepaskan kancing celana saya berikut resletingnya. Saya merasakan bagian bawah sudah basah dari tadi. Kemudian saya berbaring terlentang di atas tempat tidur dan menunggu Aris menghampiri saya. Seperti sudah diberi lampu hijau, Aris dengan tergesa gesa melepas celananya, dam memang ketika celananya dilepas terlihat penisnya sudah begitu tegang. Dia segera naik ke tempat tidur dan seakan mau menerjang saya. Tetapi ketika dia memeluk saya dan berusaha membuka kancing baju saya, saya katakan agar pelan pelan dan jangan tergesa gesa. Dia begitu nafsunya menciumi payudara saya, dan terasanya pinggulnya bergerak kekiri kekanan seakan mencari posisi yg tepat untuk masuk ke saya. Penisnya segera saya pegang dan saya tunjukkan ke mulut vagina. Seperti sudah mengetahinya saja, Aris segera mendorong pinggulnya dan secepat itu pula penisnya masuk kedalam vagina. Saya sempat mengelurkan suara ketika penisnya masuk, karena begitu merangsang.

Sepertinya Aris sudah pernah melakukan hubungan sex, terasa gerakan pinggulnya begitu membuat saya nikmat, awalnya saya masih bisa mengontrol diri. Saya biarkan dia yg aktif bergerak, hanya kadang kadang saja saya jepit penisnya. Begitu menggebu gebu dia, tapi itupun tidak bisa bertahan lama. Akhirnya dia mengeluarkan suara agak keras dan bersamaan dengan itu terasa penisnya bergetar berkali kali, terasa dari penisnya keluar cairan yg panas berkali kali menekan ke dalam vagina, banyak sekali dia mengeluarkan spermanya dan begitu kental, terasa setelah selesai ketika penisnya keluar dari vagina, cairannya banyak keluar kembali. Begitu perhatiannya dengan saya, Aris segera membuka baju kaosnya dan membersihkan punyanya yg keluar dari vagina saya, sementara itu saya masih terbaring dan nafas agak sesak seperti orang habis lari lari.

Ketika saya masuk mobil, terasa nafas saya masih cepat dan supir sempat menanyakannya, saya bilang tadi lari lari waktu mau masuk mobil. Di mobil saya cepat tertidur dan terasa nyenyak sekali tidurnya, ketika sampai rumah supir membangunkan saya.

Waktu masuk ke kamar, saya lihat suami lagi tidur terlentang dengan pulasnya. Saya dekati dia dan kening dan bibirnya saya cium dengan ringan. Dia kaget terbangun dan segera tersenyum sambil mengelus elus pipi saya. Dia tersenyum melihat baju yg saya pakai dan dia tanyakan baju yg sempit itu. Tidak lama saya bediri menuju kamar mandi untuk mandi. Ketika membersihkan vagina, sisa sperma Aris masih ada di dalamnya.
Setelah mengeringkan badan saya langsung menuju tempat tidur dan rebahan diatas suami saya. Dia tersenyum dan menciumi saya. Saya senganja menggoda dia supaya penisnya mengeras, kemudian sambil saya bercerita tentang banjir, dirumah Frida dan tentang Aris, penis suami saya masukkan kedalam vagina dan sedikit pinggul saya gerakkan. Kami tidak melakukan sex sampai selesai. Setelah selesai cerita, saya rebahan di samping suami dan kami tertidur.

Pengirim: yutita (mesum@plasa.com)

What next?

You can also bookmark this post using your favorite bookmarking service:

Related Posts by Categories



News