tag:blogger.com,1999:blog-50299703577747668002024-03-05T02:24:15.789-08:00Cerita Panas IndonesiaSitus ini menceritakan adegan seksual tanpa sensor, hanya kami tujukan bagi kalangan dewasa berusia 17 tahun keatas.Jika anda masih berada di luar cakupan tersebut, maka anda diharuskan untuk segera meninggalkan situs ini sebelum melangkah terlalu jauh.Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.comBlogger147125tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-22163286913407299932008-07-16T21:33:00.000-07:002008-07-16T21:34:25.754-07:00Pembantuku Leni Seksi<div align="justify"><strong>Cerita Panas Indonesia Terpopuler</strong>. Namaku Dedi, umur 31 tahun tapi di umur 30 aku sudah menduda dengan meninggalkan anak berumur 5 tahun. Jadi pada tahun 2000 aku mengalami konflik rumah tangga yang tidak bisa diselesaikan lagi selain di meja hijau, perceraianku dengan istriku meninggalkan banyak masalah dan membuat perubahan besar dalam hidupku antara lain, anak, rumah, hubungan dengan orang tua dan lain-lain, salah satunya adalah nasib pembantuku, Leni yang sudah bekerja mengasuh anakku selama 2 tahun.<br /><br />Leni adalah sosok gadis desa yang polos. Dua tahun lalu dia aku jemput dari bilangan Serang. Umurnya pada saat baru kerja denganku baru 17 tahun dimana dia baru tamat SMP dan tidak mampu lagi untuk meneruskan sekolah karena kondisi keluarganya yang sangat memprihatinkan. Di usianya yang masih belia dia harus menghidupkan keluarganya dan adik-adiknya. Selama kerja di tempatku dia diperlakukan dengan sangat baik dan sudah kuanggap keluargaku sendiri dan dia pun bekerja sangat rajin dan penuh perhatian dengan anakku.<br /><br />Namun konflik rumah tanggaku mempengaruhi nasib Leni yang sangat menggatungkan hidupnya dengan keluargaku. Malam itu disaat istriku minggat dari rumah, dia datang kepadaku duduk di lantai menundukkan kepalanya sambil menangis, di tangangya menggenggam sebuah tas besar seperti siap-siap mau pergi jauh sambil menangis dia berkata.<br /><br />“Pak Leni pamit, tapi Leni bingung mau kemana Leni enggak enak dengan keadaan di rumah ini”<br /><br />Lalu aku berusaha menahannya untuk tidak pergi malam itu.<br /><br />“Len Ibu sudah pergi dan saya cerai bukan berarti saya mengusir kamu, kamu mau pergi kemana? Malam malam gini bahaya dijalan”<br />“Dan kamu pikirkan dengan keluarga kamu kalau kamu tidak bekerja”. Kemudian Leni kelihatannya mau mengerti dan dia berjalan kembali ke kamarnya.<br /><br />Keesokan harinya dia mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasanya, manyapu, mengepel dan lain-lain. Sedangkan aku disibukkan dengan masalah rumah tangga yang lagi berantakan.<br /><br />Enam bulan berselang aku hidup di rumah sendirian dan ditemani Leni yang membantu mengurusi rumah. Aku stress menghadapi masalah perceraianku tapi untungnya Leni gadis polos itu baik sekali, apa apa yang bisanya di siapkan oleh istriku dia kerjakan seperti menawarkan sarapan, membuatkan kopi, menyiapkan pakaian. Aku terharu sekali dengan keadaanku dimana disaat Aku kehilangan seseorang, tapi aku mendapatkan perhatian dari seseorng yang sebelumnya tidak pernah kuduga yaitu Leni gadis polos yang baik sekali.<br /><br />Lalu aku juga membalas kebaikannya dengan memenuhi segala kebutuhannya. Aku jadi sering pergi bareng untuk belanja kebutuhan sehari hari sekaligus membelikan pakaian yang layak untuknya, namun Leni tetap menjaga kesopanan dan menjaga jarak antara seorang pembantu dan majikannya. Kalau pergi pun dia selalu duduk di belakang.<br /><br />Malam itu sepulang aku pergi berbelanja dengan dia, hujan deras sekali dan kita harus berlari kehujanan untuk menurunkan barang dari mobil. Dan setelah selesai kami berdua bergegas ke dapur untuk merapihkan barang tersebut. Dengan tubuh yang basah kuyup Leni menyodorkan handuk kering kepadaku.<br /><br />“Pak badannya dikeringin dulu nanti sakit”.<br /><br />Aku terharu sekali dengan perhatiannya, sudah lama aku haus akan kasih sayang seperti itu. Aku terima handuk tersebut sambil memandangi wajah cantiknya yang basah. Air diwajahnya menambah kecatikan polos wajahnya apalagi diterangi oleh lampu dapur yang kekuning kuningan, kemudian dengan handuk yang diberikannya aku seka wajahnya.<br /><br />“Kamu saja Len, aku enggak mau kamu sakit, aku sayang sama kamu Len”<br />Dia tekejut sekali dan menunduk”Bapak apa-apaan sih? Leni kan pembantu”<br />“Enggak Len kamu seperti gadis yang lain, kamu cantik sekali”.<br /><br />Kemudian kupeluk tubuhnya yang pendek dan sintal itu. Kepalanya tepat berada di dadaku. Pada saat kupeluk dia mengencangkan badannya seolah menolak, tapi melemah seolah menerima.<br /><br />“Pak jangan pak.. Leni takut”.<br /><br />Kuusap keningnya yang basah dan kukecup jidatnya yang halus.<br /><br />“Tapi apa aku salah kalau aku sayang sama kamu Len?”<br /><br />Tubuh Leni seperi lemas tanpa daya, bibirku terus merayap ke mata terus ke hidungnya seolah menyapu wajahnya yang halus dan putih. Suaranya yang halus dan mendesah terus mengucapkan.<br /><br />“Leni takut pak, Leni takut”.<br /><br />Namun gerak tubuhku terus menggeliat di tubuhnya.<br /><br />“Tenang Len Kamu aman bersama aku”.<br /><br />Lalu kuhinggapkan bibirku di di bibirnya yang tebal, kuhisap lembut bibir bawahnya, sembari aku mainkan lidahku di mulutnya. Terasa di balik buah dadanya yang montok itu detak jantungnya yang berdegup kencang. Sambil terus berpelukan dan berciuman kami melangkah kecil menuju ruang tengah dekat dapur dan kududukan dia di sofa. Kuberanikan tangan kanan menelusup ke balik kausnya yang basah tersebut dan kususupkan jari jemariku ke pangkal buah dadanya yang halus sampai berputar putar di sekitar aerolanya. Suara Leni semakin melemah.<br /><br />“Pak.. Pak Dedi mmhh”..<br /><br />Leni berusaha melipat badannya agar aku sulit meraih buah dadanya, Tapi Leni tidak berdaya. Begitupun ketika tangan kiriku menelusup ke dalam selangkanya melalui rok panjangnya yang tersingkap ke atas dia berusaha menutup pahanya rapat-rapat, tapi akhirnya melemah ketika jari tengahku berhasil menyentuh celah kemaluanya yang belendir dibalik celana dalamnya yang kumal, kini tidak ada kata-kata lain yang terucap dibalik desahannya selain.<br /><br />“Pak Dedi mmhh.. Pak.. Pak”.<br /><br />Sekarang intensitasku berpusat di kemaluannya, kumainkan clitorisnya dengan gerakan berputar dan sedikit menekan, cairan lendir terus mengalir dari kemaluan Leni sampai ke liang duburnya. Memang benar kata orang, kalau wajahnya putih kemaluannya cepat basah. Ketika jari tengahku mulai menyusup ke liang kemaluannya Leni menahan tanganku sembari berkata.<br /><br />“Pak Leni masih perawan jangan ya pak”.<br /><br />Kuhormati permintaannya. Dilain pihak kugantikan peran tanganku yang di dada dengan mulut, kubuka kaus putihnya yang tinggal hanya BH kumal yang sudah kukendorkan. Kumainkan lidahku di sekitar puting dan arolanya, Leni semakin menggelinjang tanpa bisa di kontrol lagi, desahannya berubah menjadi erangan-erangan halus.<br /><br />“Aaarghh..! Arrghh”<br /><br />wajahnya yang putih polos berubah menjadi merah seperti udang rebus. Dan di tangan kiriku kemaluannya menjadi lebih tebal dari sebelumnya. Di telinganya kubisikan.<br /><br />“Len aku sayang sama kamu, kalau kamu mengijinkan aku untuk memberikan kebahagiaan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya aku akan memberikannya.. Tapi aku tidak mau memaksakan kamu, karena aku tidak mau menyakiti kamu”.<br /><br />Mata polos Leni berbinar sambil memandang ke arah mataku.<br /><br />“Nikahi Leni ya pak, Leni mau memberikan ini untuk bapak” sambil menuntun tangan kiriku ke arah kemaluannya.<br /><br />Dari sofa Leni kugendong ke kamar dimana sudah lama tempat tidur itu dingin setelah perceraianku. Di tempat tidur itu kutanggalkan seluruh pakaiannya sehingga yang tersisa hanya tubuh bogelnya yang putih. Begitu pun aku menanggalkan pakaianku tanpa sehelai benang pun.<br /><br />Aku mulai permainan dari awal dengan menciumi wajahnya, kemudian lehernya.. Kutanamkan kepercayaan kalau aku sayang sama dia. Sambil mengusap keningnya kuciumi putingnya, pelan-pelan kuhisap puting susunya yang bulat dan kemerahan. Tangan kiriku memainkan clitorisnya yang basah. Tubuh Leni menggelinjang kuat sembari mendesah manja.<br /><br />“Aaah Pak aahh mm aah”.<br /><br />Setelah puas bergumul dengan buah dadanya bibir gua terus merayap ke bawah.. Dan hinggap di belantara bulu kemaluannya yang halus. Kedua pahanya kubuka lebar-lebar sampai terlihat celah kemaluan yang memerah dan berlendir, kusapukan lendir yang membasai mulai dari celah dubur ke atas sampai ke clitoris dengan lidahku. Kumainkan biji clitorisnya dengan lidahku dengan gerakan memutar dan memijat, Lani gadis polos itu berubah menjadi macan betina dia mengelinjang hebat disertai jeritan-jeritan manja ketika bibirku mengigit pelan clitorisnya. Kedua pahanya terasa keras menjepit kepalaku, sembari memekikan erangan.<br /><br />“Pak! Aaacgghaahh aagghh pak, Leni kenapa nihh rasanya ada yang mau keluar aggrrggh.. Leni sudah enggak kuat mau ngeluarin pak!!”<br /><br />Kemudian jepitannya melemah sambari menggeliat keringat birahi disekujur tubuhnya membuat tubuhnya menjadi seperti berminyak. Rupanya dia mengalami klimaks untuk pertama kalinya, kemudian kuciumi wajahnya yang berkeringat tersebut.<br /><br />“Kamu bahagia Len?”<br /><br />Matanya berkaca tapi mengangguk.<br /><br />“Kamu akan mendapatkan kenikmatan yang lebih dari ini Len”<br /><br />Sembari kuarahkan penisku ke liang kemaluannya, terasa degup jantungnya bertambah keras ketika kepala penisku menyentuh bibir bagian dalam kemaluannya.<br /><br />“Pak jangan!” dia bergumam<br />“Tenang sayang enggak sakit kok”.<br /><br />Sedikit demi sedikit kepala penisku desapkan ke liang kemaluanya, Leni sedikit meringis disertai desahan manjanya, lama juga kutekan-tekan penisku di liang kemaluannya, agak susah ditembus karena bibir kemaluan bagian dalamnya cukup tebal. Setelah perjuangan yang cukup lama akhirnya baru kepala penisku yang masuk, aku kemudian memeluk tubuhnya erat sembari membisikkan.<br /><br />“Maaf ya sayang ini agak sakit, masalahnya kamu masih perawan”<br />“Pak Leni sayang sama bapak”.<br /><br />Kemudian Sleep! kudorong kuat penisku diserai jeritan halus Leni<br /><br />“Aaahh!!”<br /><br />Dari kemaluanya mengalir lendir disertai darah segar yang kemudian menodai sprei.<br /><br />“Makasih ya sayang” kubisikan ke telinga Leni.<br /><br />Kemudian gerakan kulanjutkan naik turun seirama dengan erangan Leni, agghh Pak aagghh! Tubuh Leni menggeliat liar mengikuti gerak pinggul, gerakan semakin cepat naik turun semakin kupercepat seiring dengan kenikmatan yang kurasakan. Ketika pinggulnya menarik kebawah terasa sekali bibir kemaluannya seperti menyedot penisku, akupun mengerang kenikmatan. Sudah tidak terasa sudah 10 menit tubuhku dan tubuh Leni berpacu untuk mendapatkan puncak kenikmatan, kami berdua saling menekan kemaluan kita masing masing, ketika gerakan naik turun kugantikan dengan gerakan memutar sambil menekan keras penisku ke arah atas, Leni menjerit keras.<br /><br />“Aagghhk!! Leni sudah enggak kuat paakk!! aaggkkhh!”<br />Sembari memeluk tubuhku erat erat diiringi kemaluannya terasa berdenyut,”Leni puas Pak Leni puas!”<br />“Aku juga mau keluar Leenn!!” Aku tekan penis kuat-kuat di kemaluannya sembari menyemburkan sperma hangat di kemluannya”Sayaang!!”.<br /><br />Lalu dengan tubuh yang dilumuri keringat birahi kami berdua berpelukan, dan berciuman. Leni menangis dia menyesal sekali, aku pun menyesal telah menodai wanita yang baik sekali. Isak tangisnya terus menerus sampai akhirnya kami berdua tertidur berpelukan.<br /><br />Jam tiga pagi malam yang sama aku terbangun menatap tubuh Leni yang terkulai, kubisikan kata-kata cinta di telinganya.<br /><br />“Len Aku mencintaimu dan ingin menikahimu”.<br /><br />Kucium bibirnya, belum lagi kering air matanya kucium leher dan dadanya, rupanya aku terangsang lagi. Kedua pahanya yang putih kuangkat dan kubengkek ke atas tanpa basa basi langsung kudesapkan penisku yang tegang lagi ke liang kemaluannya. Leni terbangun dan terkejut tanpa basa-basi telebih dahulu kumainkan irama keras lagi di kemaluannya dia hanya bisa menjerit kenikmatan.<br /><br />“Agghh agghh bapak kok enggak bilang-bilang oohh oohh, vagina Leni sakit pak!”<br /><br />Tapi lama kelamaan Leni merasakan kenikmatan dari setiap gesekan penisku.<br /><br />“Terus Pak.. Terus agghh terus Pak dedi”<br /><br />Terus kubalik badan Leni menjadi dia di atas.<br /><br />“Coba kamu Len yang gerak”<br /><br />Leni duduk tepat diatas pinggulku, dengan sedikit kikuk dia berusaha menggerakan pinggulnya.<br /><br />“Aghh.. Eaghh Leni enggak kuat Pak ngilu di memek Leni”.<br /><br />Memang dengan posisi dia di atas tekanan penisku di clitorisnya semakin kencang. Lalu kubantu menggerakkan pinggulnya dengan tanganku.<br /><br />“Terus sayang gerakin”<br />Leni merajuk manja,”Ahh Pak ngilu”<br /><br />Aku enggak hiraukan rajukannya sekarang kubantu gerakan pinggulku ke atas dan kebawah, Leni terus mengerang kuat, tapi lama kelamaan dia bisa menggoyangkan pinggulnya ke depan dan ke belakang, sambil kadang kadang menjerit..<br /><br />“Terus sayang terus” aku bergumam Leni sudah pinter sekarang, Gerakan Leni semakin hebat dan menekan semakin kuat..<br />“Leni sudah hampir Pakk!”<br />“Sudah sayang keluarin aja”<br /><br />Leni kemudian memelukku erat-erat sembari menjerit.<br /><br />“Ooohh! Aaagghh!! Leni keluar pak..”<br />“Gantian aku yaa!”<br /><br />Cerita Panas Indonesia Terpopuler. Kemudian dengan cepat, tanpa melepaskan penis di kemaluannya kubalik, sekarang badanku di atas dan kedua kaki pendek Leni melingkar di dadaku, kumainkan lagi gerakan naik turun, kurojok-rojok kemaluannya selama beberapa menit, keras terdengar suara ciplakan air yang membanjiri kemaluan Leni, terus kutekan sekuat kuatnya vagina Leni dan.<br /><br />“Leni aku keluar lagii Len..”<br />“Paakk Leni jugaa agghh!”<br /><br />Kemudian kami berdua lemas tertidur dengan raut wajah penuh kepuasan. Malam itu menjadi malam yang sangat bersejarah bagi kami berdua. Dan sejak itu kami menjadi tidak canggung untuk melakukannya dan akhirnya barang dan baju Leni pindah ke kamarku.<br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-87907775537067451742008-07-16T21:30:00.000-07:002008-07-16T21:32:47.935-07:00Aku Menyerah Om<div align="justify"><strong>Cerita Panas Indonesia Terpopuler</strong>. Ketika itu rumah memang sedang sepi, hanya Oom Win dan aku saja yang ada di rumah. Kedua orang tuaku sedang berlibur ke Bali dan kakak-kakakku yang sudah berkeluarga sudah pindah ke lain kota. Pembantu-Pembantu pun tidak ada karena memang saat itu hari lebaran.<br /><br />Sambil malas-malasan, aku menonton televisi sendirian karena Oom Win juga belum pulang malam itu, jadi sekalian saja menunggu Oom Win (yang katanya akan membawa temannya malam itu). Sebetulnya aku agak kesal dengan berita itu karena aku berharap Oom Win dapat melakukan kegiatan “rutin” kami yang biasa kami lakukan sejak aku berumur 16 tahun.<br /><br />Bunyi bel di pintu memecah konsentrasiku pada acara televisi, dan aku pun sudah menebak bahwa itu pasti Oom Win beserta temannya yang ada di luar pintu.<br /><br />“Malam, Oom”<br />“Malam Anna, ini kenalkan teman Oom Adeel”<br /><br />Cerita Panas Indonesia Terpopuler. Teman Oom Win ternyata adalah seorang keturunan Pakistan-Cina dengan tampang yang notabene diatas rata-rata. Tubuhnya tegap, dadanya bidang dan perawakannya yang lumayan tinggi telah mendapatkan simpatiku.<br /><br />“Anna, Adeel ini jago pijat lho”<br />“Anna kagak capek kok Oom, jadi kagak usah dipijat” sahutku sambil memasang tampang kesal di depan kedua orang itu.<br />“Anna, kamu jangan gitu dong sama teman Oom. Dia sengaja Oom undang malam ini untuk memijatmu karena Adeel bukan pemijat biasa, dia ahli kecantikan”<br /><br />Setelah mendengar kata-kata kecantikan yang ternyata cukup ampuh untuk mengubah pikiranku, aku pun setuju untuk dipijat oleh Adeel.<br /><br />“Adeel, kamu mandi dulu deh setelah itu giliranku”<br /><br />Dan selama Adeel mandi, Oom Win menerangkan kepadaku bahwa Adeel adalah seorang pemijat professional yang dapat mempercantik pasien-pasien nya, dan kepiawaiannya telah banyak terbukti.<br /><br />“Ok deh, Oom. Anna mau dipijat oleh Adeel dengan syarat nanti malam Oom mau melakukan kegiatan “rutin” kita”<br />“Iya, Anna, Oom janji”<br /><br />Setelah selesai mandi, Adeel hanya mengenakan celana training sambil bertelanjang dada.<br /><br />“Adeel, kamu mulai saja pijatnya. Aku mandi dulu,” kata Oom Win.<br /><br />Cerita Panas Indonesia Terpopuler. Dengan tampang masih kesal aku pun menuju ke kamar Oom win yang ternyata telah secara diam-diam dipersiapkan untuk pijat malam ini. Kamar itu telah dilengkapi dengan lilin-lilin yang ditata rapi berjajar diseluruh dinding ruangan; tidak lupa juga minyak tradisional untuk keperluan pijat.<br /><br />Lumayan juga selera Oom Win, begitu pikirku. Kami pun masuk dan membiarkan pintu sedikit terbuka karena memang tidak ada orang lain lagi di rumah itu yang akan menganggu kegiatan kami. Adeel merengkuh pinggangku sambil menuntunku ke tempat tidur Oom Win yang cukup lebar.<br /><br />“Anna, saya hanyalah seorang pemijat, dan kalau kamu tidak keberatan, saya akan pijat kamu dalam keadaan bugil”<br /><br />Adeel pun meninggalkan aku memberi aku waktu untuk bersiap-bersiap sementara dia menunggu di luar kamar Oom Win. Dengan perasaan heran tapi demi memenuhi janji Oom Win dan membayangkan bahwa aku akan mendapat kepuasan dari Oom Win malam ini, aku pun cuek saja dan langsung melepaskan semua pakaianku dan mengambil handuk untuk menutupi bagian pinggulku ketika berbaring tengkurap.<br /><br />Karena menunggu Adeel terlalu lama, aku pun tertidur (karena suasana ruangan yang gelap temaram itu juga mendukung kantukku).<br /><br />Setelah Adeel memijatku beberapa lama, tenyata tanpa kusadari Oom win yang setelah selesai mandi hanya mengenakan kimono saja, duduk di kursi sambil melihat Adeel yang sedang memijatku. Ketika aku terbangun, kurasakan lembutnya tangan Adeel memijat-memijat kepalaku dan memang kuakui pijatannya professional sekali. Minyak yang digunakannya juga terasa segar di tubuh dan berbau enak.<br /><br />Adeel mengatur posisi tubuhku yang tengkurap sehingga kedua tanganku direntangkan ke arah samping. Setelah memijat kepalaku, Adeel pun memijat leherku dan beranjak ke tanganku yang dimulai dari ujung-ujung jari. Kemudian tak beberapa lama, konsentrasinya beralih ke bagian samping tubuhku yang memang menantang karena tanganku terentang ke samping. Pertama-Pertama dituangkan nya minyak ke bagian samping bahuku sehingga cairan yang dingin menuruni susuku menuju kea rah putingnya memang membuatku tersentak. Karena licinnya minyak itu, kadang-kadang tangannya mengena pentilku, dan itu membuatku semakin terangsang.<br /><br />Cerita Panas Indonesia Terpopuler. Setelah selesai dengan pungguku, Adeel pun beralih ke ujung-ujung jari kakiku, dan pelan-pelan naik ke pahaku. Ketika disingkapkannya handuk yang menutupi bagian pinggulku, aku pun mengalami rangsangan yang terasa sangat erotis, mungkin karena dengan begitu aku bisa memamerkan memekku ke orang yang baru kukenal. Pijitannya di pahaku dilakukannya tanpa menyentuh memekku yang sudah mulai basah itu, dan itu membuatku sedikit kecewa.<br /><br />Tetapi hal yang tak kusangka-kusangka terjadi ketika dia mulai sedikit demi sedikit menuangkan minyak ke belahan pantatku, otomatis aku menggelinjang dan meregangkan selangkanganku. Sebelum aku sempat untuk berpikir lebih jauh, Kedua tangannya yang bertumpuk satu sama lain telah mencakup semua memekku dan memijat-memijat nya. Kedua tangannya masuk lebih dalam untuk memijat perutku sehingga otomatis pergelangan tangannya yang memang penuh minyak itu mengurut-mengurut memekku dan kelentitku. Perasaan yang kurasakan luar biasa karena gerakan itu sekaligus membuat pusarku geli dan memekku seperti diusap-diusap.<br /><br />Pelan namun pasti, Adeel membalikkan badanku, dan langsung saja tangannya menuju ke payudaraku dengan pentil-pentil nya yang sudah mencuat tanda aku memang sudah terangsang hebat. Gerakan tangannya yang berputar-berputar itu ternyata tidak menyentuh pentilku sama sekali, dan itu membuatku semakin memajukan dadaku ke arahnya berharap agar Adeel segera menyentil puncaknya yang sudah tidak dapat menunggu lebih lama lagi untuk disentuh. Adeel pun tersenyum karena aku yakin bahwa dia pun tahu kalau aku ingin pentilku disentuhnya. Tak lama kemudian, harapanku menjadi kenyataan, tetapi bukan dengan jari-jari nya, Adeel meletakkan telapak tangannya yang sudah licin itu tepat diatas kedua pentilku.<br /><br />Cerita Panas Indonesia Terpopuler. Dengan gerakan memutar-memutar, Adeel “memijit” pentilku, semakin lama gerakannya semakin cepat dan semakin menekan susuku. Dengan berakhirnya gerakan itu pula aku melepaskan eranganku yang pertama tanda aku mencapai orgasmku yang pertama. Bukannya menghentikannya, Adeel malahan menyentil-menyentil pentilku dengan ujung-ujung jarinya, dan setelah pentilku menjadi keras kembali, Adeel memasang alat perangsang berbentuk lingkaran di kedua pentilku. Ternyata alat itu dapat membuatku terangsang terus-menerus terlebih ketika aku bergerak-bergerak, terasa alat yang seperti cincin itu memberikan kegelian yang sangat di ujung pentilku sehingga kedua puncak itu tetap mencuat keras.<br /><br />Pelan namun pasti, pijatannya beralih kea rah perutku dan Adeel mulai menjilat-menjilat pusarku yang ternyata amat merangsang birahiku. Kembali kurasakan cairan hangat mengalir melalui memekku yang pasti telah berkilat-berkilat karena banyaknya lendir yang keluar. Lama kelamaan, pijatannya turun ke bagian dibawah pusar dengan gerakan memutar, dan gerakan itu menambah banyaknya cairan yang keluar sampai akhirnya aku mencapai orgasme yang kedua. Betapa hebatnya pijatan-pijatan Adeel ini yang ternyata tanpa disetubuhi pun aku bisa mendapatkan orgasme sampe dua kali.<br /><br />Ketika aku belum reda dengan orgasmeku yang kedua kalinya, Adeel membuka selangkanganku lebar-lebar dan merekahkan kedua bibir memekku dengan tangan kirinya. Kemudian dengan telapak tangan kanannya (ke empat jari-jarinya), dia mulai menepuk-menepuk pussyku yang terpampang lebar di depannya. Gerakan-Gerakan itu bermula dengan pelan, dan setiap kali “tamparan” nya mengenai bibirku yang sudah basah itu, aku tersentak-tersentak antara rasa kaget dan erotis.<br /><br />Cerita Panas Indonesia Terpopuler. Akhirnya, pukulan-pukulan kecil itu bertambah keras dan cepat seiring dengan aku mendapatkan sensasi yang luar biasa di rondeku yang ketiga. Aku orgasme hebat diselingi erangan-erangan ketika tamparannya mengenai memekku dengan cairan kentalnya yang mengalir deras sampai ke bongkahan pantatku.<br /><br />Kemudian Adeel memasangkan suatu alat yang aneh sekali di pinggangku, berupa sabuk dengan penis buatan yang berukuran sedang dengan permukaannya yang dipenuhi tonjolan-tonjolan yang tidak sama besarnya maupun tingginya. Keseluruhan alat itu berbentuk seperti ikat pinggang dengan celana dalam yang dilengkapi dengan penis mencuat kea rah dalam. Setelah agak reda, Adeel memberiku segelas air putih sambil menunggu sampai aku agak tenang kembali, dan pelan-pelan memasukkan penis itu ke dalam lubang memekku dan memasangkan strap-strapnya ke pinggangku. Adeel juga mengganjal pinggangku dengan tumpukan bantal sehingga penis itu yang telah dilumuri lubricant, dapat dengan mudah masuk ke lubang memekku.<br /><br />Cerita Panas Indonesia Terpopuler. Alat yang aneh itu ternyata memiliki remote control yang tidak terhubung dengan kabel sehingga tidak merepotkan pemakainya. Setelah dirasanya cukup siap, Adeel melebarkan kakiku dengan memekku yang telah tertancap penis palsu itu. Kemudian, dia menekan tombol di remote control yang ternyata menyebabkan alat itu bergerak memutar pelan-pelan seakan-seakan menggaruk rahimku. Dan oleh gerakan itu, maka seluruh dinding rahimku kegelian.<br /><br />“Argh, argh, hmph hmph..”<br />“Enak kan, Anna?”<br />“Oh, alat biadab, oh, oh, oh”<br /><br />Di tengah-tengah permainan itu, Adeel menambah getaran-getaran kecil di alat itu sehingga aku merasa melambung dibuatnya. Alat itu ternyata dapat pula mengeluarkan cairan dari bagian ujungnya, sehingga rahimku terasa disemprot-disemprot oleh cairan yang seolah-seolah terasa seperti cairan air mani.<br /><br />“Oh, oh, Adeel, Anna sudah mau keluar”<br /><br />Dan seketika itu Adeel menghentikan alat itu, dan tampak sekali di wajahku rasa kecewa yang amat sangat.<br /><br />“Please Adeel, Anna mau, Anna nggak tahan Adeel, gerak-gerak in lagi Adeel”<br /><br />Bukannya menurutiku, Adeel hanya senyum-senyum sendiri melihatku, dan aku pun tidak tahan akhirnya hanya memegang-memegang kelentitku saja. Tiba-Tiba Adeel mengulurkan tangannya, dan mengajakku untuk berdiri.<br /><br />“Aku akan turuti permintaanmu jika kamu mau melakukan syaratnya”<br />“Please, Adeel apa aja akan aku lakuin”<br />“Kamu harus berjalan-berjalan di luar kamar ini dengan alat itu”<br />“Siapa takut, tapi please Adeel, sudah tanggung tadi”<br /><br />Karena cincin yang masih terpasang di pentil-pentil ku bergoyang-bergoyang setiap kali aku bergerak, maka aku pun mulai terangsang lagi. Kemudian aku pun melangkah keluar kamar dan mulai berjalan-berjalan. Tiba-Tiba kurasakan alat itu kembali beroperasi mengorek-mengorek isi rahimku, kakiku pun menjadi lemas karena sensasi yang kurasakan lebih hebat dengan posisi tubuhku yang berubah-berubah dan kedua kaki ku yang tetap kupaksakan melangkah menambah rangsangan di kelentitku dan memekku.<br /><br />“Adeel, Anna tidak kuat berjalan lagi, oh please” sambil berjalan terseok-terseok aku pun merintih-merintih.<br />“Ayo kamu teruskan atau alat itu kuhentikan”<br /><br />Akhirnya aku hanya dapat menuruti kemauan Adeel untuk terus berjalan-berjalan dengan alat yang semakin dasyat mengorek-mengorek rahimku dengan tonjolan-tonjolan nya itu. Ketika aku mencapai orgasmeku, Aku pun terjatuh lemas di sofa.<br /><br />Kemudian, Adeel menghentikan alat itu tepat ketika aku mencapai orgasmeku dan dengan hati-hati dia membereskan alat itu melepaskan nya dari pinggangku. Aku pun terkulai lemah untuk beberapa saat sebelum Adeel akhirnya membopongku ke dalam kamar Oom Win dan merentangkan kedua pahaku untuk siap dimainkan oleh penis asli milik Oom Win yang sudah berdiri tegak mencuat itu.<br /><br />“Thank you banget, Adeel, aku sangat menikmati permainan ini. Sekarang kamu boleh pulang,” kata Oom Sam sambil memberi Adeel sejumlah uang.<br />“Oom, Anna sudah nggak kuat lagi Oom,” dengan tampangku yang sudah pasrah demi melihat kemaluan Oom Win yang sudah berdiri.<br />“Oom hanya memenuhi janji Oom, Anna”<br /><br />Malam itu, akhirnya aku tertidur kecapaian setelah mendapatkan empat kali orgasme lagi dengan Oom Win dari berbagai posisi. Keesokan harinya, aku terbangun dengan posisiku yang mengangkang lebar menantang.<br /><br />Tamat </div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-20956317317950863312008-07-16T21:28:00.000-07:002008-07-16T21:29:28.453-07:00Mamaku Sayang<div align="justify"><strong>Cerita Panas Indonesia Terpopuler</strong>. Cerita ini bermula pada saat gue masih berumur 17 taon, saat itu gue masih duduk di bangku SMA. Waktu itu gue akuin kalo gue emang tergolong anak yg bandel, gue seneng banget nongkrong/ngumpul sama anak-anak yang usianya jauh diatas gue. Itu semua berakibat pada umur segitu gue udah ngerasain sex bebas.<br /><br />Sampai pada suatu hari (hari sabtu)…, waktu gue baru bangun tidur telepon rumah gue bunyi dan saat itu seperti biasanya dirumah engga ada orang selain gue dan nyokap gue. Dengan terpaksa walaupun mata masih lima watt gue jalan ke ruang tengah buat ngangkat telepon. Ternyata dari cewek gue…langsung aja rasa ngantuk gue ilang sama sekali, berhubung dari semalem gue udah ngerencanain kegiatan yang mantaf punya dengan cewek gue itu.<br /><br />Ngobrol punya ngobrol engga taunya cewek gue ngasih kabar bahwa pada hari itu dia ada acara dengan keluarganya keluar kota katanya sih arisan keluarga dan dia mau engga mau harus ikut.Walaupun dengan segala macam rayuan dia tetap bilang kalo engga bisa jalan ama gue hari itu, denga kesal telepon gue banting yang ada dipikran gue saat itu…ilang deh rencana yang udah gue buat semaleman, padahal gue udah ngebayangin malem ini bakalan ngelonin body cewek gue yang aduhai…. Abis teleponan gue berniat nyari rokok gue ke kamar dan sekalian bermaksud buat tidur lagi…abis kesel sih!. Baru beberapa langkah telepon udah bunyi lagi…gue pikir ini pasti dari cewek gue lagi. Pas gue angkat ternyata dari kakaknya nyokap gue, berhubung gue lagi bad mood gue bilang aja kalo nyokap gue masih tidur.<br /><br />Tante gue akhirnya hanya kasih tau kalo acara jalan ama nyokap gue dibatalin dan minta tolong untuk disampein. Abis itu gue engga jadi ngambil rokok gue dikamar tapi gue langsung menuju ke kamar nyokap buat ngasih tau perihal telepon tadi. Waktu gue buka pintu kamar gue lihat nyokap gue sedang duduk di ranjang sambil sandaran di bantal dan nyokap kelihatan sedang merem sambil tangannya maninin nonoknya sendiri pake alat yang mirip seperti kontol beneran.<br /><br /><br /><br />Waktu itu gue kaget setengah mati takut kalo nyokap gue marah…tapi keliatannya nyokap gue juga kaget bercampur malu. Dia langsung ngeberesin bajunya yang acak-acakan dan peralatannya di masukin kelaci tempat tidur. Sambil masih kaget gue bialng aja… “Mah tadi ada telpon dari tante Avin katanya acara hari ini batal!”. Gue lihat nyokap gue udah bisa netralisir keadan dan bilang “Oh…Gitu toh…ya udah engga apa-apa Jim, maksih deh…!” Setelah itu gue langsung aja beranjak menuju ke pintu untuk segera keluar dari kamar nyokap. Tapi baru beberapa langkah gue denger nyokap manggil gue…”Jim…kamu mau nolongin Mamah engga sayang…?”. “Nolong apaan sih Mah? pasti Jimmy mau dong..!”, sambil gue balik badan. “Sini dulu dong, duduk disini samping Mamah…!” kata nyokap. Dengan masih agak bingung gue duduk juga disamping nyokap gue. Trus nyokap gue bilang…”Jim…kamu kan tadi udah liat Mamah lagi ngapain kan…!, abis Papah kamu udah lama engga pulang sih Jim, kamu pasti ngerti lah…!!”. “Iya Mah…Jimmy ngerti koq’” jawab gue. “Trus Jim…Mamah kayaknya lagi nanggung nih..!Kamu bisa tolong mamah sebentar kan?”, tanya nyokap gue lagi. “Maksud mamah apa nih…Jimmy belon ngerti Mah…?”, gue belagak bego. “Kamu Mamah ajarin deh! nanti juga kamu ngerti gampang koq Jim…!”. Abis itu nyokap gue langsung ngelepas dasternya dan dibalik itu dia ternyata udah engga pake apa-apa lagi…!!alias bugil…(gile juga yah nyokap gue).<br /><br />Gue kaget bukan main tetapi berhubung pingin tau juga gue diem aja sambil memperhatikan bentuk tubuh nyokap gue, ternyata body nyokap gue masih dua tingkat diatas body cewek gue. Body nyokap gue kelihatan udah mateng bener, teteknya masih kenceng dengan puting yang tegak menantang.<br /><br />Jembut yang lebat namun ditata dengan rapi berbentuk segitiga sehingga bagi yang melihatnya merupakan suatu pemandangan yang menggiurkan. Tanpa gue sadarin kontol gue udah ngaceng dan berhubung gue cuma pake celana pendek tipis doang maka jelas terlihat. Dan rupanya hal ini disadari oleh Nyokap gue, “Nah kan kamu udah mulai terangsang…jadi kayaknya makin gampang aja nih Jim…?”, kata nyokap gue sambil usaha untuk ngelepasin semua baju gue.<br /><br />“Tapi Mah…nanti apa kata orang…?”, sahut gue sekenanya. “Kan engga ada yang ngeliat Jimmy…dan ngapain juga kita harus kasih tau ke orang-orang…cukup kamu sama Mamah aja…!”, Nyokap gue ngasih penjelasan. Setelah baju sama celana pendek gue lepas maka gue cuma pake celana kolor doang, dan gue lihat Nyokap gue ngasih kode ke gue untuk ngelepasin yang satu itu juga. Tapi gue masih ragu “Kan malu Mah…”, kata gue. “Malu sama siapa sih Jim…kan cuma sama Mamah aja masa sih kamu malu…ya udah Mamah yang lepasin yah…?”, abis bilang gitu nyokap gue ngeplorotin celana dalem gue dan ngelempar ke kolong ranjang.<br /><br />Setelah CD gue lepas maka kontol gue yag dari tadi udah ngaceng berat langsung nunjuk ke muka nyokap gue. “Wah punya kamu lumayan juga nih…Jim, kayaknya sih sama dengan punya Papah kamu nih…!”, sambil ngomong gitu nyokap gue ngelus-ngelus kontol gue dengan lembut. Perasaan gue saat itu kayaknya gimana…gitu…gue engga tau lagi harus berbuat apa, jadi gue diemin aja sambil mencoba nikmatin apa yang diperbuat nyokap gue. Abis itu nyokap langsung jilat palkon gue yang udah berdenyut-denyut engga karuan, sambil sesekali ngelamot abis batang kontol gue yang lumayan gede.<br /><br />Selang beberapa menit nyokap gue nyuruh gue untuk naik ke ranjang, maka kita berdua segera beranjak dari lantai kamar ke atas ranjang nyokap gue yang empuk dan luas. Nyokap gue langsung ambil posisi celentang dengan kedua pahanya dikangkangin lebar-lebar sambil bilang..,”Jim…coba kamu sini…jilatin tetek Mamah dong…!”. Berhubung gue udah dirasuki oleh birahi yang tinggi ditambah memang seharusnya hari ini gue ngelakuin ini dengan cewek gue sendiri dan acara itu ternyata gagal total, maka gue langsung aja menghampiri tetek nyokap gue yang masih kelihatan kencang dan padat walaupun tidak begitu besar tapi cukup proposional dengan ukuran tubuhnya.<br /><br />Gue lantas ambil inisiatif untuk menjilati bagian putingnya dulu sambil sesekali menggigit gemas (dalam urusan begini gue udah bukan beginer lagi). Usaha ini ternyata menimbulkan rangsangan buat nyokap gue ini terbukti dengan terdengar rintihan nikmat dari mulut nyokap gue, “Shhhhh….uuuhhhh…shhssshhhsss….aduh…Jim… “. Ternyata tetek nyokap gue memang masih kencang dan bertambah kencang setelah gue lamot abis. Setelah puas dengan tetek gue mulai turun ke bagian bawah yaitu ke bagian nonok nyokap gue. Gue mulai dari arah jembut yang berbentuk segitiga terus turun ke arah itilnya yang udah mulai nyembul keluar, semua gue jilat abis sampe engga ada yang kelewat.<br /><br />Suara nyokap gue yang tadinya cuma rintihan berubah menjadi teriakan, “Aaaahhhh….waaawww…Jim…aduhhhh…Jim…k amu pinter banget sih….ahhhh….shhhhh…!”. “Udah Jim….ahhh..Mamah udah engga tahan nih…!!”, kata nyokap gue lagi. ya udah, abis itu gue bangun dan langsung gue arahin kontol gue ke arah lobang vagina yang udah basah mendekati banjir.<br /><br />Gue masukin pelan-pelan…dan terasa hangat, bleeep…masuk sudah kontol gue ke dalem nonok nyokap gue. Walaupun terasa sedikit agak longgar dibanding punya cewek gue tapi ranggsangan yang gue terima lebih besar dan ini semua menambah nikmat yang tidak ada bandingnya. Pelan-pelan gue maju mundurin kontol gue sesuai dengan gerakan yang dilakukan nyokap gue, makin lama gerakan gue makin cepat dan gue rasain tubuh nyokap gue bergetar hebat sambil kedua tangannya meremas pantat gue kenceng banget.<br /><br />Gue tau kalo nyokap gue udah orgasme dan itu pun ditandai denga erangan hebat…”Aaaaawwww…..ahhhh….Jimmyyyyyy…..adu uuuhhhh….Mamah engga tahan Jim…..aaahhhhhhh……..”, gue ngerasa kontol gue dibanjiri oleh cairan yang membuat makin licin dan kayaknya gue juga udah engga tahan. “Mahhhh….Jimmy udah mau keluar nihhhhh…..ahhh…..,keluarin di dalem apa diluar Mah…..?”, tanya gue. “Udah keluarin di dalem aja Jim…engga apa-apa koq….!”, jawab nyokap sambil ngelus ngelus pantat gue. Dengan cepat gue gesekin kontol gue dan akhirnya muncratlah peju gue di dalem nonok nyokap gue, “Creeet…creeeet…..creeeet….aaaahhhhhhh, Mah enak banget nih….”, ujar gue setelah muncratin peju gue banyak banget. “Iya sayang…Mamah juga enak koq….”, balas nyokap dengan lembut di kuping gue. “Tuh…Jim gampang kan…udah gitu enak lagi!!”, kata nyokap gue setelah kita berdua tidur berdampingan sambil menyeka keringat yang keluar dari tubuh masing masing. “Jimmy makasih banyak yah…sayang…yah…!”, kata nyokap gue sambil mengecup pipi gue lembut banget, abis berkata begitu dia langsung bangun dan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badan dengan air dari shower.<br /><br />Sambil masih tiduran gue, jadi berpikir apa yang gue lakuin dengan nyokap gue ini bener apa salah…tapi ini semua awalnya kan diluar kehendak gue sendiri jadi akhirnya gue putusin “What the hell lah…”.<br /><br />Semenjak saat itu gue jadi rutin ngelakuin itu sama nyokap gue dan kita udah bikin jadwal tetap disesuaikan dengan jadwal kepulangan bokap gue, dan itu semua yang ngatur nyokap gue sendiri. Hubungan dengan cewek gue masih berlanjut tapi itu cuma sekedarnya, cuma buat pelampiasan kalo bokap gue pulang dan libido gue lagi tinggi.<br /><br />Yang jelas setelah saat itu gue cuma pingin ng***** sama nyokap gue sendiri karena rasanya lebih nikmat dibanding dengan yang lain. Sekian cerita dari gue, sekarang gue udah berusia 25 taon dan udah kerja di salah satu perusahaan yang bergerak dibidang komputer. Sampai saat ini gue masih suka ngelakuin itu sama nyokap gue cuma frekuensinya udah jarang, itu juga kalo kepingin aja dan lagi malas untuk keluar rumah.<br /><br />Tamat</div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-36857423951081748272008-07-16T21:25:00.000-07:002008-07-16T21:28:10.885-07:00Bibiku jadi Korbanku<div align="justify"><strong>Cerita Panas Indonesia Terpopuler</strong>. Saat itu aku baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Bandung. Di sana aku tinggal di rumah pamanku. Paman dan bibi dengan senang hati menerimaku tinggal di rumah mereka, karena paman dan bibiku yang sudah 4 tahun menikah belum juga punya anak sampai saat itu, jadi kata mereka biar suasana rumahnya tambah ramai dengan kehadiranku.<br /><br />Pamanku ini adalah adik ibuku paling kecil, saat itu dia baru berumur 35 tahun. Rumah pamanku sangat luas, di sana ada kolam renangnya dan juga ada lapangan tenisnya, maklum pamanku adalah seorang pengusaha sukses yang kaya. Selain bibiku dan pamanku, di rumah itu juga ada 3 orang pembantu, 2 cewek dan seorang bapak tua berusia setengah umur, yang bertugas sebagai tukang kebun.<br /><br />Bibiku baru berumur 31 tahun, orangnya sangat cantik dengan badannya yang termasuk kecil mungil akan tetapi padat berisi, sangat serasi berbentuknya seperti gitar spanyol, badannya tidak terlalu tinggi kurang lebih 155 cm. Dadanya yang kecil terlihat padat kencang dan agak menantang. Pinggangnya sangat langsing dengan perutnya yang rata, akan tetapi kedua bongkahan pantatnya sangat padat menantang. Wajahnya yang sangat ayu itu, manis benar untuk dipandang. Kulitnya kuning langsat, sangat mulus.<br /><br />Kedua pembantu cewek tersebut, yang satu adalah janda berumur 27 tahun bernama Trisni dan yang satu lagi lebih muda, baru berumur 18 tahun bernama Erni. Si Erni ini, biarpun masih berumur begitu muda, tapi sudah bersuami dan suaminya tinggal di kampung, bertani katanya.<br /><br />Suatu hari ketika kuliahku sedang libur dan paman dan bibiku sedang keluar kota, aku bangun agak kesiangan dan sambil masih tidur-tiduran di tempat tidur aku mendengar lagu dari radio.<br />Tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamarku, lalu terdengar suara, “Den Eric.., apa sudah bangun..?” terdengar suara Trisni.<br />“Yaa.. ada apa..?” jawabku.<br />“Ini Den. Saya bawakan kopi buat Aden..!” katanya lagi.<br />“Oh.. yaa. Bawa masuk saja..!” jawabku lagi.<br /><br /><br /><br />Kemudian pintu dibuka, dan terlihat Trisni masuk sambil tangannya membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir kopi panas dan pisang goreng. Ketika dia sedang meletakkan kopi dan pisang goreng di meja di samping tempat tidurku, badannya agak merapat di pinggir tempat tidur dan dalam posisi setengah membungkuk, terlihat dengan jelas bongkahan pantatnya yang montok dengan pinggang yang cukup langsing ditutupi kain yang dipakainya. Melihat pemandangan yang menarik itu dengan cepat rasa isengku bangkit, apalagi ditunjang juga dengan keadaan rumah yang sepi, maka dengan cepat tanganku bergerak ke obyek yang menarik itu dan segera mengelusnya.<br /><br />Trisni terkejut dan dengan segera menghindar sambil berkata, “Iihh.., ternyata Den Eric jail juga yaa..!”<br />Melihat wajah Trisni yang masem-masem itu tanpa memperlihatkan ekspresi marah, maka dengan cepat aku bangkit dari tempat tidur dan segera menangkap kedua tangannya.<br />“Aahh.. jangaann Deenn, nanti terlihat sama si Erni, kan malu atuu..!”<br />Tapi tanpa memperdulikan protesnya, dengan cepat kutarik badannya ke arahku dan sambil mendekapnya dengan cepat bibirku menyergap bibirnya yang karena terkejut menjadi agak terbuka, sehingga memudahkan lidahku menerobos masuk ke dalam mulutnya.<br /><br />Dengan segera kusedot bibirnya, dan lidahku kumain-mainkan dalam mulutnya, memelintir lidahnya dan mengelus-elus bagian langit-langit mulutnya. Dengan cepat terdengar suara dengusan keluar dari mulutnya dan kedua matanya membelalak memandangku. Dadanya yang montok itu bergerak naik turun dengan cepat, membuat nafsu birahiku semakin meningkat. Tangan kiriku dengan cepat mulai bergerilya pada bagian dadanya yang menonjol serta merangsang itu, mengelus-elus kedua bukit kembar itu disertai ramasan-ramasan gemas, yang dengan segera membangkitkan nafsu Trisni juga. Hal itu terlihat dari wajahnya yang semakin memerah dan nafasnya yang semakin ngos-ngosan.<br /><br />Tiba-tiba terdengar suara dari arah dapur dan dengan cepat aku segera melepaskannya, Trisni juga segera membereskan rambut dan bajunya yang agak acak-acakan akibat seranganku tadi.<br />Sambil menjauh dariku, dia berkata dengan pelan, “Tuhkan.., apa yang Trisni katakan tadi, hampir saja kepergok, Adeen genit siih..!”<br />Sebelum dia keluar dari kamarku, kubisikan padanya, “Triis, ntar malam kalau semua sudah pada tidur kita teruskan yah..?”<br />“Entar nanti ajalah..!” katanya dengan melempar seulas senyum manis sambil keluar kamarku.<br /><br />Malamnya sekitar jam 21.00, setelah semua tidur, Trisni datang ke ruang tengah, dia hanya memakai pakaian tidur yang tipis, sehingga kelihatan CD dan BH-nya.<br />“Eeh, apa semua sudah tidur..?” tanyaku.<br />“Sudah Den..!” jawabnya.<br />Untuk lebih membuat suasana makin panas, aku telah menyiapkan film BF yang kebetulan dapat pinjam dari teman. Lalu aku mulai menyetel film itu dan ternyata pemainnya antara seorang pria Negro dan wanita Asia.<br /><br />Terlihat adegan demi adegan melintas pada layar TV, makin lama makin ‘hot’ saja, akhirnya sampai pada adegan dimana keduanya telah telanjang bulat. Si pria Negro dengan tubuhnya tinggi besar, hitam mengkilat apalagi penisnya yang telah tegang itu, benar-benar dasyat, panjang, besar, hitam mengkilat kecoklat-coklatan, sedangkan ceweknya yang kelihatan orang Jepang atau orang Cina, dengan badannya kecil mungil tapi padat, kulitnya putih bersih benar-benar sangat kontras dengan pria Negro tersebut.<br /><br />Dengan sigap si Negro terlihat mengangkat cewek tersebut dan menekan ke tembok. Terlihat dari samping penisnya yang panjang hitam itu ditempatkan pada belahan bibir kemaluan cewe yang putih kemerah-merahan. Secara perlahan-lahan mulai ditekan masuk, dari mulut cewe tersebut terdengar keluhan panjang dan kedua kakinya menggelepar-gelepar, serta kedua bolah matanya terputar-putar sehingga lebih banyak kelihatan putihnya. Sementara penis hitam si Negro terlihat makin terbenam ke dalam kemaluan cewenya, benar-benar suatu adegan yang sangat merangsang. Selang sejenak terlihat pantat si Negro mulai memompa, makin lama makin cepat, sementara cewe itu menggeliat-geliat sambil setengah menjerit-jerit.<br /><br />“Aduuh.., Den. Kasian tu cewe, Negronya kok sadis benar yaah..? Iihh.., ngilu rasanya melihat barang segede itu..!” guman Trisni setengah berbisik sambil kedua bahunya agak menggigil, sedangkan wajahnya tampak mulai memerah dan nafasnya agak tersengal-sengal.<br />“Wah.., Tris kan yang gede itu enak rasanya. Coba bayangkan kalau barangnya si Negro itu mengaduk-aduk itunya Trisni. Bagaimana rasanya..?” sahutku.<br />“Iih.., Aden jorok aahh..!” sahut Trisni disertai bahunya yang menggigil, tapi matanya tetap terpaku pada adegan demi adegan yang makin seru saja yang sedang berlangsung di layar TV.<br /><br />Melihat keadaan Trisni itu, dengan diam-diam aku meluncurkan celana pendek yang kukenakan sekalian dengan CD, sehingga senjataku yang memang sudah sangat tegang itu meloncat sambil mengangguk-anguk dengan bebas. Melihat penisku yang tidak kalah besarnya dengan si Negro itu terpampang di hadapannya, kedua tangannya secara refleks menutup mulutnya, dan terdengar jeritan tertahan dari mulutnya.<br /><br />Kemudian penisku itu kudekatkan ke wajahnya, karena memang posisi kami pada waktu itu adalah aku duduk di atas sofa, sedangkan Trisni duduk melonjor di lantai sambil bersandar pada sofa tempat kududuk, sehingga posisi barangku itu sejajar dengan kepalanya. Segera kupegang kepala Trisni dan kutarik mendekat ke arahku, sehingga badan Trisni agak merangkak di antara kedua kakiku. Kepalanya kutarik mendekat pada kemaluanku, dan aku berusaha memasukkan penisku ke mulutnya. Akan tetapi dia hanya mau menciuminya saja, lidahnya bermain-main di kepala dan di sekitar batang penisku. Lalu dia mulai menjilati kedua buah pelirku, waahh.., geli banget rasanya.<br /><br />Akhirnya kelihatan dia mulai meningkatkan permainannya dan dia mulai menghisap penisku pelan-pelan. Ketika sedang asyik-asyiknya aku merasakan hisapan Trisni itu, tiba-tiba si Erni pembantu yang satunya masuk ke ruang tengah, dan dia terkejut ketika melihat adegan kami. Kami berdua juga sangat kaget, sehingga aktivitas kami jadi terhenti dengan mendadak.<br /><br />“Ehh.., Erni kamu jangan lapor ke Paman atau Bibi ya..! Awas kalau lapor..!” ancamku.<br />“Ii.. ii.. iyaa.. Deen..!” jawabnya terbata-bata sambil matanya setengah terbelalak melihat kemaluanku yang besar itu tidak tertutup dan masih tegak berdiri.<br />“Kamu duduk di sini aja sambil nonton film itu..!” sahutkku.<br />Dengan diam-diam dia segera duduk di lantai sambil matanya tertuju ke layar TV.<br /><br />Aku kemudian melanjutkan aktivitasku terhadap Trisni, dengan melucuti semua baju Trisni. Trisni terlihat agak kikuk juga terhadap Erni, akan tetapi melihat Erni yang sedang asyik menonton adegan yang berlasung di layar TV itu, akhirnya diam saja membiarkanku melanjutkan aktivitasku itu.<br /><br />Setelah bajunya kulepaskan sampai dia telanjang bulat, kutarik badannya ke arahku, lalu dia kurebahkan di sofa panjang. Kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, hanya bagian pantatnya ke atas yang tergeletak di sofa. Sambil membuka bajuku, kedua kakinya segera kukangkangi dan aku berlutut di antara kedua pahanya. Kedua tanganku kuletakkan di atas pinggulnya dan jari-jari jempolku menekan pada bibir kemaluannya, sehingga kedua bibir kemaluannya agak terbuka dan aku mulai menjilati permukaan kemaluannya, ternyata kemaluannya sudah sangat basah.<br />“Deen.., oh Deen..! Uuenaak..!” rintihnya tanpa sadar.<br /><br />Sambil terus menjilati kemaluannya Trisni, aku melirik si Erni, tapi dia pura-pura tidak melihat apa yang kami lakukan, akan tetapi dadanya terlihat naik turun dan wajahnya terlihat memerah. Tidak berselang lama kemudian badannya Trisni bergetar dengan hebat dan pantatnya terangkat ke atas dan dari mulutnya terdengar desahan panjang. Rupanya dia telah mengalami orgasme. Setelah itu badannya terkulai lemas di atas sofa, dengan kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, matanya terpejam dan dari wajahnya terpancar suatu kepuasan, pada dahinya terlihat bitik-bintik keringat.<br /><br />Aku lalu berjongkok di antara kedua pahanya yang masih terkangkang itu dan kedua jari jempol dan telunjuk tangan kiriku kuletakkan pada bibir kemaluannya dan kutekan supaya agak membuka, sedang tangan kananku kupegang batang penisku yang telah sangat tegang itu yang berukuran 19 cm, sambil kugesek-gesek kepala penisku ke bibir vagina Trisni. Akhirnya kutempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Trisni, yang telah terbuka oleh kedua jari tangan kiriku dan kutekan penisku pelan-pelan. Bles..! mulai kepalanya menghilang pelan-pelan ke dalam vagina Trisni diikuti patang penisku, centi demi centi menerobos ke dalam liang vaginanya.<br /><br />Sampai akhirnya amblas semua batang penisku, sementara Trisni mengerang-erang keenakan.<br />“Aduhh.. eennaak.., ennkk Deen. Eenak..!”<br />Aku menggerakan pinggulku maju mundur pelan-pelan, sehingga penisku keluar masuk ke dalam vagina Trisni. Terasa masih sempit liang vagina Trisni, kepala dan batang penisku serasa dijepit dan diurut-urut di dalamnya. Amat nikmat rasanya penisku menerobos sesuatu yang kenyal, licin dan sempit. Rangsangan itu sampai terasa pada seluruh badanku sampai ke ujung rambutku.<br /><br />Aku melirik ke arah Erni, yang sekarang secara terang-terangan telah memandang langsung ke arah kami dan melihat apa yang sedang kami lakukan itu.<br />“Sini..! Daripada bengong aja mendingan kamu ikut.., ayo sini..!” kataku pada Erni.<br />Lalu dengan masih malu-malu Erni menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi, Trisni kusuruh menungging, telungkup di sofa. Sekarang dia berlutut di lantai, dimana perutnya terletak di sofa. Aku berlutut di belakangnya dan kedua pahanya kutarik melebar dan kumasukkan penisku dari belakang menerobos ke dalam vaginanya. Kugarap dia dari belakang sambil kedua tanganku bergerilya di tubuh Erni.<br /><br />Kuelus-elus dadanya yang masih terbungkus dengan baju, kuusap-usap perutnya. Ketika tanganku sampai di celana dalamnya, ternyata bagian bawah CD-nya sudah basah, aku mencium mulutnya lalu kusuruh dia meloloskan blouse dan BH-nya. Setelah itu aku menghisap putingnya berganti-ganti, dia kelihatan sudah sangat terangsang. Kusuruh dia melepaskan semua sisa pakaiannya, sementara pada saat bersamaan aku merasakan penisku yang berada di dalam vagina Trisni tersiram oleh cairan hangat dan badan Trisni terlonjak-lonjak, sedangkan pantatnya bergetar. Oohhh.., rupanya Trisni mengalami orgasme lagi pikirku. Setelah badannya bergetar dengan hebat, Trisni pun terkulai lemas sambil telungkup di sofa.<br /><br />Lalu kucabut penisku dan kumasukkan pelan-pelan ke vagina si Erni yang telah kusuruh tidur telentang di lantai. Ternyata kemaluan Erni lebih enak dan terasa lubangnya lebih sempit dibandingkan dengan kemaluan Trisni. Mungkin karena Erni masih lebih muda dan jarang ketemu dengan suaminya pikirku.<br /><br />Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa vagina si Erni itu dapat mengempot-empot, penisku seperti diremas-remas dan dihisap-hisap rasanya.<br />“Uh enak banget memekmu Errr. Kamu apain itu memekmu heh..?” kataku dan si Erni hanya senyum-senyum saja, lalu kupompa dengan lebih semangat.<br />“Den.., ayoo lebih cepat..! Deen.. lebih cepat. Iiih..!” dan kelihatan bahwa si Erni pun akan mencapai klimaks.<br />“Iihh.. iihh.. iihh.. hmm.. oohh.. Denn.. enaakk Deen..!” rintihnya terputus-putus sambil badannya mengejang-ngejang.<br /><br />Aku mendiamkan gerakan penisku di dalam lubang vagina Erni sambil merasakan ramasan dan empotan vagina Erni yang lain dari pada lain itu. Kemudian kucabut penisku dari kemaluan Erni, Trisni langsung mendekat dan dikocoknya penisku dengan tangannya sambil dihisap ujungnya. Kemudian gantian Erni yang melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di depanku dan bergantian menghisap-hisap dan mengocok-ngocok penisku.<br /><br />Tidak lama kemudian aku merasakan penisku mulai berdenyut-denyut dengan keras dan badanku mulai bergetar dengan hebat. Sesuatu dari dalam penisku serasa akan menerobos keluar, air maniku sudah mendesak keluar.<br />“Akuu ngak tahan niihh.., mauu.. keluaar..!” mulutku mengguman, sementara tangan Erni terus mengocok dengan cepat batang penisku.<br />Dan beberapa detik kemudian, “Crot.. croot.. croot.. crot..!” air maniku memancar dengan kencang yang segera ditampung oleh mulut Erni dan Trisni.<br />Empat kali semprotan yang kurasakan, dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni dan Trisni. Aku pun terkulai lemas sambil telentang di atas sofa.<br /><br />Selama sebulan lebih aku bergantian mengerjai keduanya, kadang-kadang barengan juga.<br />Pada suatu hari paman memanggilku, “Ric Paman mau ke Singapore ada keperluan kurang lebih dua minggu, kamu jaga rumah yaaa..! Nemenin Bibi kamu ya..!” kata pamanku.<br />“Iya deeh. Aku nggak akan dolan-dolan..!” jawabku.<br />Dalam hatiku, “Kesempatan datang niihh..!”<br />Bibi tersenyum manis padaku, kelihatan senyumnya itu sangat polos.<br />“Hhmm.., tak tau dia bahaya sedang mengincarnya..” gumanku dalam hati.<br />Niatku ingin merasakan tubuh bibi sebentar lagi pasti akan kesampaian.<br />“Sekarang nih pasti akan dapat kunikmati tubuh Bibi yang bahenol..!” pikirku dalam hati.<br /><br />Setelah keberangkatan paman, malam harinya selesai makan malam dengan bibi, aku nonton Seputar Indonesia di ruang tengah.<br />Bibi menghampiriku sambil berkata, “Ric, badan Bibi agak cape hari ini, Bibi mau tidur duluan yaa..!” sambil berjalan masuk ke kamarnya.<br />Tadinya aku mau melampiaskan niat malam ini, tapi karena badan bibi kelihatan agak tidak fit, maka kubatalkan niatku itu. Kasihan juga ngerjain bibi dalam keadaan kurang fit dan lagian rasanya kurang seru kalau nanti belum apa-apa bibi sudah lemas. Tapi dalam hatiku aku bertekad untuk dapat menaklukkan bibi pada malam berikutnya.<br /><br />Malam itu memang tidak terjadi apa-apa, tapi aku menyusun rencana untuk dapat menaklukkan bibi. Pada malam berikutnya, setelah selesai makan malam bibi langsung masuk ke dalam kamarnya. Selang sejenak dengan diam-diam aku menyusulnya. Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya yang kebetulan tidak dikunci. Sambil mengintip ke dalam, di dalam kamar tidak terlihat adanya bibi, tapi dari dalam kamar mandi terdengar suara air disiram. Rupanya bibi berada di dalam kamar mandi, aku pun dengan berjingkat-jingkat langsung masuk ke kamar bibi. Aku kemudian bersembunyi di bawah kolong tempat tidurnya.<br /><br />Selang sesaat, bibi keluar dari kamar mandi. Setelah mengunci pintu kamarnya, bibi mematikan lampu besar, sehingga ruang kamarnya sekarang hanya diterangi oleh lampu tidur yang terdapat di meja, di sisi tempat tidurnya. Kemudian bibi naik ke tempat tidur. Tidak lama kemudian terdengar suara napasnya yang berbunyi halus teratur menandakan bibi telah tertidur. Aku segera keluar dari bawah tempat tidurnya dengan hati-hati, takut menimbulkan suara yang akan menyebabkan bibi terbangun.<br /><br />Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis. Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan. Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.<br /><br />Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.<br /><br />Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.<br /><br />Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.<br /><br />Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.<br /><br />Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.<br /><br />Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi. Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.<br /><br />Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku. Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.<br /><br />Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.<br />“Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.<br />Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.<br /><br />Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.<br /><br />Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.<br />“Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.<br />Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.<br /><br />Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.<br />Kubisikan lagi ke kuping bibi, “Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”<br />Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.<br />Kemudian Bibi berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”<br />Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.<br /><br />Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.<br />Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshhh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”<br />Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.<br /><br />Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi. Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.<br /><br />“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.<br />Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Wooww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.<br /><br />Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.<br />Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”<br />Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”<br />Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.<br /><br />Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.<br /><br />Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.<br />“Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.<br />Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.<br /><br />Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.<br /><br />Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya. Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.<br />Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”<br /><br />Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat. Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.<br /><br />Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain. Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.<br /><br />Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.<br />“Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.<br />Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks. Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.<br /><br />Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.<br /><br />Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.<br />“Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”<br /><br />Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain. Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku, kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.<br /><br />“Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.<br />Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.<br />“Aaduhh.. Riic.. Biiibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.<br /><br />Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.<br /><br />Semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti kecapaian menjelang fajar. Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, diselang seling mengerjai si Trisni dan Erni apabila ada waktu luang. Hal ini berlangsung terus tanpa paman mengetahuinya sampai saya lulus serjana dan harus pindah ke Jakarta, karena diterima kerja di suatu perusahaan asing.<br /><br />Tamat</div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-849358094432076162008-05-14T09:17:00.002-07:002008-05-14T09:20:39.067-07:00Cerita Panas Orgasme dengan Lelaki Lain<div align="justify">Aku hendak menceriterakan pengalaman aku kena jamahl dgn kawan kawan suami aku. aku baru saja setahun menikah, tapi belum juga memiliki anak,entah bagaimana kejadiannya masa hari ulangtahun perkawinan aku yg pertama kami rayakan dlm satu pesta yang sederhana dengan kawan kawan suami aku.<br /><br />Kawan suami aku ada yg bujang dan ada yg sudah kawin. aku nie pulak dikategori dlm wanita yg ada rupa dan bodylah, walau tak secantik ratu dunia tapi kalau lelaki memandangku mesti menoleh 2 kali, bukan perasan tapi kenyataan kerana aku selalu mendapat pujian dr kawan-kawan suami aku sebab itu aku tahu malah ada yg berani ajak bergurau nyerempet kehal hal yang berbau porno, tambah lagi kami suami isteri open minded dan tidaklah terlalu kolot sangat, ucapan ucapan yang berbau pornosering juga kami lontarkan yang membuat jengah telinga mendengarnya itu biasalah terlontar dr mulut aku, tapi aku ni setakat berani cakap je, kalau ada yg cuba-cuba nak peluk aku atau ambil kesempatan aku melawan juga, bagi aku, nonok aku tu hanya utk lelaki bernama suami.<br /><br />So malam tu aku pakai baju seksi sikitlah...dengan tali halus dan leher lebar menampakkan pangkal tetek aku yg gebu dan padat ni, skirt pendek sampai pangkal peha...warna hitam lagi..lepas tu aku biarkan rambut aku yg paras bahu ni mengerbang..dgn make up yg simple nampaklah keayuan semulajadi aku walaupun dah bersuami tapi disebabkan kami jarang dpt bersama kerana suami selalu keluar negara kerana tugasnya jadi kira bontot dan tetek aku nie taklah jatuh sgt sebab tak selalu ditenyeh laki tapi aku tetap bahagia dengannya. jadi sampai saja kami kerumah kawan yg organise majlis tu, aku bersalam dgn kawan2 suami tapi aku heran sikit sebab tiada wanita lain selain aku, bila aku tanya mereka kata isetri masing-masing tak free, kena jaga anak demamlah, ada yg kata gf takdalah, so aku tak kisahlah memandangkan majlis ni aku hadiri bersama suami, so acara makan dan potong kek pun bermula, aku tak sangka mereka hidangkan minuman keras...utk pengetahuan suami aku ni tidaklah terlalu menyukai minuman keras...tapi aku tak kisah...cinta punya fasal. so malam tu laki aku pun mabuk jugalah termasuk juga aku..kononnya tak mahu minum tapi setelah dipaksa kawan2 suami dan demi menjaga hati mereka dan suami [nanti dikata aku tak sporting pula] so aku pun minumlah benda tu...aku ingat cognac ke...ntah apalah aku tak tahu..yg aku tahu banyak botol minuman keras kat atas meja tu...kawan laki aku tu adalah dlm 7-8 org...legih kurang pukul 11 malam aku rasa aku dah mula mabuk sebab rasa pening semacam dan aku rasa nak gelak aje...aku minum tak banyak,,,rasanya 2 gelas je kott tapi disebabkan tak biasa minum jadi cepatlah aku ni mabuk, manakala laki aku pula aku tengok dah terlentok kat kerusi sambil tengok cerita apa ntah [video blue kalau tak silap] so salah sorang kawan laki aku tu..nathan kalau tak silap aku, tanya aku nak baring ke? aku kata takpa, biar aku duduk sebelah laki aku..so aku pun duduk..ntah macamana aku hampir terjatuh betul-betul depan nathan, secara spontan nathan menarik tgn aku langsung tertarik tali baju aku yg halus tu..dahlah putus tali baju tu sebelah, so terlondehlah sikit dan menampakkan terus tetek aku yg sebelah tu...agaknya si nathan tu stim tengok tetek aku, maklumlah aku rasa malam tu semua org mabuk, so aku kata takapalah sambil menarik baju tu utk cover tetek aku yg terdedah tapi si nathan insist nak tolok aku...aku rasa dia sengaja ambil kesempatan utk memeluk aku, so aku tepis tgnnya sayangnya dia makin berahi pula bila aku melawan, dimasa yg sama kawan2nya yg lain tergelak melihat kelakuannya dan menggalakkan nathan supaya memeluk aku sekali lagi, aku minta pertolongan dr suami tapi dia dah terlalu mabuk, malah dah tertidur pun dikerusi tu aku tahu dia minum dr awal majlis tadi lebih kurang kol 7mlm , dia minum tak henti-henti, agaknya dia lepas gian kott sebab sejak kawin dia tak minum lagi arak] bila tiada jawapan dr suami aku bergegas lari dan cuba masuk kebilik tapi kawan2nya yg lain mengepung aku keliling, aku menjerit tapi siapalah nak dengar sebab suara radio membatasi jeritan aku...dlm hati aku dpt rasa sesuatu yg buruk pasti berlaku...lalu aku merayu kepada mereka supaya jgn mengapakan aku dan mengingatkan mereka bahawa suami ku adalah kawan mereka tapi dek kerana terlalu mabuk mereka tidak mengendahkan rayuan aku...nathan terus memeluk aku dr belakang manakala 2-3 org kawannya yg lain menangkap kaki dan memegang tgn aku...lalu mereka beringkan aku kat lantai yg berkapet tebal tu...sakit juga kepala aku terhentak kat lantai...mereka terus memegang tgn aku kiri dan kanan serta kedua kaki aku...mereka kangkangkan kaki aku...nathan pula terus bertindak ganas dan menyentap pakaian aku..hingga koyak rabak, aku menjerit tapi seorg dr mereka terus menekup mulut aku dgn tuala...aku jadi makin sesak nafas...dan aku dpt rasakan seluar dlm aku dibuka org...aku rasa ada tangan2 kasar mula meraba dan meramas tubuh badan aku, tetek aku menjadi sasaran mereka...aku meronta tapi tidak berdaya sebab 4 org dr mereka memegang aku, kemudian aku dengar mereka bersorak menmanggil nathan..nathan..nathan...Aku lihat nathan mula terseyum sambil memandang tubuh aku yg terlantar berbogel tanpa seurat bbenangpun. dlm hati aku tahu apa yg mereka akan buat....aku masih cuba meronta dan menjerit sayangnya mulut aku tersumbat kain dan anggota badan aku dipegang kejab oleh mereka, seketika kemudian aku rasa nonok aku panas dan basah...aku cuba bgn dan aku dpt lihat nathan sedang menjilat nonok aku dng rakus, manakala kawannya yg 2 lagi sedang membuka pakaan mereka masing-masing...menampakkan btg konek mereka yg semuanya sedang tegang dan kerasss...aku makin takutt..aku menangis tapi tangisan aku sedikitpun tidak mereka hiraukan malah mereka terus mengusap konek masing-masing supaya ketegangannya berterusan, kemudian aku dpt rasakan nathan telah memasukkan btg koneknya kedlm nonok aku...aku rasa sakit sgt keran dia merodok dgn rakus sekali...tersentak aku dibuatnya kerana koneknya agak besar dan panjang berbanding dgn suami aku...nathan tak henti2 memuji nonok aku ketat dan sedap serta sbgnya, kawan2nya yg lain tak sabar nak menjolok sama...ada yg terus menghisap dan menggentel tetek aku...tubuh badan aku digomol mereka bergilir-gilir...dlm masa yg sama nathan terus menerus menusukkan btg koneknya kedlm nonok aku selaju dan sekuat hatinya...berdecap-decap jugaklah bunyi air nonok aku tu, walaupun aku tahu aku dirogol mereka tapi kerana mabuk aku juga rasa steam dan sedap dilakukan begitu, lama-kelamaan rontaan aku makin lemah...malah aku membiarkan mereka melakukan apa saja ketubuh badan aku..dlm 20 minit kemudian nathan menjerit kessedapan..dia melepaskan air maninya dlm nonok aku sambil menghentakkan kuat koneknya kat nonok aku tu...dlm hati aku...sedaaappp juga keling nie punya konekk....kemudian tiba-tiba seorg dr kawannya terus menarik nathan dan dgn cepat menjolokkan koneknya pula kedlm nonok aku yg sedang basah dng air mani nathan...dia terus menghayunkan konekknya berkali-kali dan tak sampai 10 minit dia pun terpancutkan air maninya dlm nonok aku...kemudian seorg demi seorang merodok nonok aku dgn konek mereka yg tegang dan keras itu, aku jadi lemah dan tak bermaya...selepas lelaki ke3 melepaskan air maninya kedlm nonok aku, lelaki ke4 tidak merodok terus, tapi dia lapkan sisa air mani tu dan menjilat semula nonok aku...dan spt yg lain dia juga melepaskan airmaninya kedlm nonok aku tu , seterusnya lelaki ke5,ke6, ke7 dan ke8 melakukan perkara yg sama...malah masa lelaki ke 6 merogol aku, aku bukan setakat steam aje, malah aku minta dia berbaring dan aku diatas...aku tunggang lelaki tu selaju yg boleh hingga aku climax berkali-kali...lelaki yg lain [yg dah sudah merogol aku] menjerit gembira sebab aku beri respon tanpa diduga...malah sambil aku menunggang lelaki tadi, aku hisap konek salah seorg lelaki yg masih menunggu giliran utk menjunamkan konekknya kesara nonok aku...aku makin ghairah dna bertindak liar...<br /><br />Mereka makin suka dan gamat...terus ada yg menjilat bontot aku dna memasukkan jari kedlm lubang jubur aku...aku rasa makin sedap dan climax ntah berapa kali...adegan seterusnya berlangsung hingga kesemua lelaki merasa puas dgn layanan aku dan tak disangka nathan sekali lagi merangkul dan merodokkan koneknya yg tegang semula...aku main dgn nathan hampir 1 jam berikutnya...seingat aku dr pukul 11 mlm sampai 2 pagi rasanya nonok aku dikerjakan oleh 8 org lelaki india/china dan melayu...aku betul-betul teruk dikerjakan mereka, tapi nasib baik jubur aku tak dirodok dgnkonek mereka...kalau tidak lagi teruk aku kena...mereka setakat jolok dgn jari jemari saja. selepas aku dirogol bergilir-gilir, mereka pun keletihan termasuk aku sendiri dan kami terlelap disitu juga dgn keadaan berbogel hingga kepagi kira-kira jam 10 pagi baru aku tersedar itupun setelah dikejut suami..aku menangis dlm pelukan suami dan ceritakan kat dia apa yg dah berlaku, sayangnya suami aku buat dono aje seolah-olah dia merestui kawan2nya merogol aku...seketika kemudian seorg demi seorg bgn dan bergegas mengenakan pakaian masing-masing, aku tengok nathan sudah siapkan minuman pagi, lepas minum pagi baru aku tahu bahawa suami aku berpakat dgn nathan dan suami aku kata kejadian itu adalah hadiah bagi hari ulangtahun perkawinan kami yg pertama kerana aku dulu pernah menceritakan pd suami tentang imiginasi nakal aku..iaitu kena rogol oleh lebih dr 5 lelaki dlm satu masa...rupanya imiginasi aku itu dipenuhik oleh suami aku sendiri dan kawan2nya yg bersetuju utk mengambil bahagian bila dia ceritakan pd nathan,...patutlah dia mabuk sakan malam tu...dan sekali lagi hari tu aku dikerjakan oleh 9 lelaki termasuk suami aku sendiri, kali ini aku yg merelakan diri aku di tenyeh oleh lelaki2 itu...bermacam aksi aku diperlakukan, dan acara mainan tu berlangsung hampir 4 jam berikutnya kerana masing-masing melanyak nonok aku sepuasnya dan selama yg mereka mampu bertahan...dan nathan is the best amongs them...hari tu aku tak kemana-mana selain kena fuck dgn lelaki tu bergilir-gilir, sementara menanti lelaki ke 9 menghabiskan permainan, lelaki pertama kembali tegang semula dan mahu menyetubuhi aku sekali lagi...pendek kata hari tu seharian tubuh badan dan nonok aku bermandi air mani lelaki...dan suami aku org yg paling gembira melihat impian aku jadi kenyataan..dan aku jugaturut gembira kerana dpt merasa konek lain selain dr suami aku...keesokannya aku demam...hampir seminggu baru aku kembali pulih...mana tidaknya 9 lelaki lanyak nonok aku berkali-kali, rasanya setiap sorang tu fuck aku 3 kali...bayangkan betapa penatnya aku dan sampai bengkak juga nonok aku kena kerjakan dek mereka...mau tak demam seminggu...nasib baik tak memudaratkan dan tak mengandung..kalau tidak, aku tak tahu anak sapa yg aku kandungkan tu...sebulan dr kejadian tu aku teruskan hubungan dgn nathan...setiap kali suami aku keluar negara, kehendak seks aku dipenuhi oleh nathan tanpa berselindungdr suami aku...dan perkara tu berlarutan hingga nathan berkahwin. sekarang masing-masing dah ada keluarga sendiri, aku ada 2 anak, tapi aku tak tahu anak sapa sebenarnya..sebab selain nathan dan suami ada juga 2-3 dr lelaki tu yg dtg fuck aku dgn rela aku sendiri....untill now aku masih berhubung dgn salah seorg dr mereka tapi bukan nathan...suami aku seolah merestui perbuatan aku itu..malah terkadang dia jadi penonton dikala aku di tunggangi jantan lain....aku tak tahu sampai kapan hal ini berahir......kenikmatan yang kudapat dari bermain dengan lebih dari 2 atau 3 lelaki telah mempengaruhi jiwaku........sehingga klimaks yang kudapat dari hanya seorang lelaki tidak ada lagi artinya......... </div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-44523323524720288322008-05-14T09:17:00.001-07:002008-05-14T09:17:47.504-07:00Cerita Panas Pantylover<div align="justify">Cerita ini terjadi akhir desember yang lalu, ini adalah sebagian benar adanya walaupun untuk nama dan beberapa hal lain sudah disamarkan. Aku hanya berniat berbagi cerita dengan teman teman semuanya. Kalau ada di antara teman-teman yang menganggap aku aneh dengan apa yang akan aku ceritakan, lebih baik jangan membacanya karena kisah ini mengandung unsur-unsur yang tidak umum dan prilaku aneh (mungkin) dan tidak sebaiknya dibaca oleh orang dibawah 17 tahun.<br /><br />Aku adalah seorang mahasiswa semester 3 di sebuah perguruan tinggi swasta di kota B. Sudah 2 tahun belakangan ini aku kost disebuah rumah deket kampus. Ditempat kostku dengan puluhan kamar dan bercampur pria dan wanita membuatku sangat betah tinggal di tempat ini. Apalagi aku cukup akrab dengan teman-teman wanita di kost, jadi mereka tidak pernah menaruh curiga terhadap kelakuanku yang aneh di belakang mereka. Setidaknya begitulah yang aku harapkan.<br /><br />Tetapi bukan kisah di kostku yang akan aku ceritakan, karena kisah ini terjadi di rumah Mbak Dewi. Aku memanggilnya Mbak karena dia adalah istri tetanggaku di kotaku, dan aku cukup akrab dengan Mas Andi. Mas Andi sering memanggilku untuk datang ke rumahnya, kalau ada hal hal yang memerlukan bantuanku, ngebenarin genteng, mindahin lemari dan hal hal semacam itu. Mereka cukup baik kepadaku. Hanya mereka belum dikaruniai momongan. Dari yang kutahu dari Mas Andi adalah mereka memang sengaja belum mempunyai anak karena mereka sama sama sibuk, Mas Andi bekerja di salah satu konsultan engineering dan setahun belakangan ini ditempatkan di luar pulau, membuat dia jarang pulang kerumah, sementara Mbak Dewi sebagai akuntan di salah satu garmen membuatnya selalu sibuk.<br /><br />Kehidupan mereka cukup mapan. Dirumah mereka di salah satu komplek cukup terkenal hanya ditemani seorang pembantu, Bik Lastri. Karena alasan inilah Mas Andi jadi sering menyuruhku main ke rumahnya disaat dia sedang berada diluar kota, kadang Mbak Dewi sendiri yang nelpon aku nyuruh kerumah, ngebenarin komputer, nungguin rumah dan lain lain. Seperti saat itu, hari jumat, aku lagi males-malesan dikamar kost ketika Mbak Dewi nelpon dari kantornya, katanya komputernya rusak dan nyuruh aku kerumahnya. Dengan senang hati aku berangkat kerumahnya dan mendapati Lastri sedang bersih bersih halaman. Setelah basa basi sedikit dengan Lastri aku langsung masuk dan menuju kamar Mbak Dewi.<br /><br />Harum kamar Mbak Dewi menyambutku di kamarnya, wow... benar benar terasa lembut di penciumanku. Aku memperhatikan isi kamarnya, ditata sangat rapi, tidak ada barang-barang yang berantakan, semua berada pada tempatnya. Sambil menunggu komputernya nyala aku menuju kamar mandi dikamarnya, ini adalah hal yang selalu aku lakukan setiap kali ke rumahnya. Biasanya kalau ada Mbak Dewi atahu Mas Andi aku pura pura ingin kencing atahu cuci muka agar bisa masuk kamar mandi. Dan kalau aku beruntung aku akan menemukan tumpukan pakian kotor dalam keranjang di kamar mandi yang belum sempet diberesin Lastri. Tampaknya hari ini aku tidak beruntung karena ketika aku buka pintu dan mataku menuju keranjang ternyata kosong, mungkin sudah diambil sama pembantunya.<br /><br />Hampir aku menutup kembali pintu dan meneruskan pekerjaanku ketika secara tidak sengaja saat aku buka pintu dari atas gantungan dibelakanga pintu jatuh sebuah daster biru muda. Wow... Aku bersorak dalam hati, ternyata aku masih beruntung hari ini, aku memungut daster yang jatuh dari lantai. Jantungku langsung berdetak kencang saat aku memegangnya dan mendekatkan ke hidungku, ugh... aku menciumnya, aromanya benar benar khas. Aku tidak akan pernah lupa aroma itu. Bahan daster yang lembut aku tempelkan ke wajahku. Ah.... aku benar benar menikmatinya.<br /><br />Hal ini benar benar membuat gairahku memuncak. Dan alangkah senang hatiku ketika mengetahui bahwa digantungan itu bukan hanya daster tapi sepasang bra dan CD. Dengan pura pura jongkok dikamar mandi, aku menyimpan kembali daster itu di gantungan dan aku ambil CD warna merah berenda dari gantungan.<br />Uch...<br />Memandangnya saja membuat adikku gemeteran, aku tidak tahu bahannya terbuat dari apa, tapi saat disentuh itu sangat halus dan lembut. Aku memandangi CD itu dengan seksama, masih bersih banget, saat aku melihat di bagian tengahnya, aku tidak menemukan warna lain. Aku mencium CD itu dan menghirup aromanya. Dan aroma itu benar-benar masuk ke otakku dan mengalir ke aliran darahku. Aku konak banget saat itu. Aku menciumi CD Mbak Dewi sambil remes-remes adikku. Aku memasukkan CD itu ke kepalaku dan memandang wajahku di cermin besar disampingku, wow...<br /><br />Aku benar benar menikmati saat saat itu. Inilah yang aku sebut perilaku aneh pada diriku, aku sangat horny saat berhadapan dengan daleman wanita, terutama yang sexy, bahkan kalau di kost, aku sering mengambil jemuran teman wanita dan membawanya ke kamar dan menikmatinya di kamar, kadang aku memakainya dan bermasturbasi dengan CD itu. Saat aku memakainya, terasa sangat lembut di kulitku dan kelembutan itu mengalir dalam darahku membuat aku horny. Bahkan tidak jarang dengan tidak membuka CDnya aku bermasturbasi dan membiarkan adikku muncrat di CD itu dan kemudian menyimpannya kembali di jemuran.<br /><br />Hal ini sudah berlangsung sejak aku kuliah. Mungkin ini adalah salah satu perilaku aneh, tapi bagiku ini adalah suatu kenikmatan, dan aku tidak menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan, tetapi hanya kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan inilah kadang aku harus "meminjam" punya teman-teman cewekku sekalipun dari jemuran. Bahkan aku pernah mencuri daleman Mbak Dewi dari kamarnya dan menyimpannya di kamarku. Dengan CD Mbak Dewi aku selalu berfantasi sambil bermasturbasi dikamarku saat libidoku sedang tinggi.<br /><br />Sadar bahwa Lastri ada diluar, buru buru aku menenangkan diri dan menyimpan kembali daleman itu pada tempatnya dan pura pura siram wc seolah olah aku habis pake kamar kecil. Dengan raut wajah sebiasa mungkin aku keluar dari kamar dan ngelongok dari jendela, ternyata Lastri Masih aktif dengan pekerjaannya. Aku kembali Masuk kamar dan mulai otak atik komputernya Mbak Dewi, tapi dari yang aku tahu, ternyata komputernya baik-baik aja kok, tidak ada masalah apa-apa, semuanya beres.<br />"Mbak Dewi, komputernya ngga apa apa kok Mbak, bagus kok."<br />"O gitu ya Her, syukurlah kalau bagus, tapi tolong dilihat hardisknya Her, kayaknya kepenuhan deh."<br />"Emang diisi apa Mbak, sampe penuh?"<br />"Nggak tahu juga, tapi tadi malam pas Mbak pake, kayaknya penuh deh, coba kamu check aja dulu, nanti Mbak telpon lagi, ok."<br />Suara Mbak Dewi dari seberang sana dan aku menutup telpon. Saat hendak kembali ke kamarnya Mbak Dewi, aku memperhatikan Lastri yang berada di lantai atas, aku buru buru masuk kamar dan langsung ke kamar mandi, dan kembali dengan 'privat pleasure'ku. Aku kembali mengambil CD Mbak Dewi dan mengusap-usapnya ke wajahku, juga branya, aku ciumin berulang ulang, benar benar memberi kenikmatan kepadaku. Setelah merasa cukup puas aku simpan dan kembali dengan pekerjaanku.<br /><br />Aku meng explore komputernya Mbak Dewi dan ngechek isi hardisknya, masih sangat banyak sebenarnya space yang kosong. Jadi tidak ada alasan untuk penuh. Iseng-iseng aku list file yang berukuran paling gede, ah.. ternyata ada file music.dat berukuran 600-an mega. Dari nama file dan extensionnya kepalaku langsung tertuju kalau itu adalah movie. Soalnya selama ini di kost kalau nyetel bokep, nama filenya kayak gitu-gitu juga. Dengan media player aku coba kepenasaranku, dan... ternyata benar!<br /><br />Tampilan awalnya yang warning dengan fbi segala membuat aku langsung yakin bahwa itu adalah bokep, dan saat aku memforwardnya, itu memang benar benar bokep, asli bokep. Jadi deh nonton bokep dulu, aku kunci kamar dari dalam dan mulai menikmati suguhan film itu, adegannya engga ada yang aneh sebenarnya, seperti biasa aja, tapi mungkin karena situasi dan kondisi yang membuatku sangat konak saat menikmati film itu. Setelah yakin pintu terkunci, aku kembali ambil CD dan bra Mbak Dewi dari kamar mandi, dan aku duduk sambil pelorotin celanaku, aku menikmati bokep itu sambil usap usap adikku dengan memakai CD dan bra Mbak Dewi. Semakin lama rasanya semakin deket aja adikku, sudah terasa hangat banget, mungkin karena gesekan bahan CD yang sangat halus membuat adikku engga kuat berlama lama. Aku sudah berpikir untuk mengeluarkannya di kamar mandi, ketika tiba tiba kring telpon di luar mengagetkan aku setengah mati. Aku langsung lompat ke kamar mandi simpan daleman Mbak Dewi dan pake kembali celanaku.<br /><br />Kemudian terima telpon walaupun napas Masih belum teratur.<br />"Gimana Her, udeh di check semuanya?, ada yang rusak engga?" suara Mbak Dewi terdenger merdu sekali di telingaku.<br />"Enggak kok Mbak, udeh di check semua, tapi emang ada satu file yang gede banget, tapi itu enggak mengganggu kok, jadi engga usah dihapus, biarin aja, hardisknya masih banyak kok, Mbak tidak akan terganggu, sekarang udah baik lagi kok komputernya" aku mencoba menjelaskan dengan terbata-bata.<br />"File apaan bisa gede banget Her, Mbak nggak pernah nyimpen file yang gede kok?" Mbak Dewi ingin tahu.<br />"Ada movie di hardisknya Mbak, tapi kalau mau dihapus juga enggak apa apa kok" aku agak gugup juga.<br />"Movie apaan Her, kok bisa, gini aja Her, kalau kamu mau pulang, pulang aja dulu, nanti malam dateng lagi ya, kalau mau makan, makan aja dulu."<br />Lega hatiku saat menutup telpon. Sekalipun aku sering mencuri CD Mbak Dewi, aku sangat menaruh hormat kepadanya, aku selalu bersikap sopan kepadanya, tidak pernah aku memikirkan hal yang bukan bukan tentang dia kecuali saat aku berfantasi dengan CDnya. Selain dari itu aku sangat menghormatinya sebagai orang yang lebih tua dariku. Juga sebagai orang yang sering berbuat baik kepadaku, tidak sepantasnya aku berpikir yang bukan-bukan tentang dia. Dan setelah ngeberesin kembali komputernya dan pamit ke Lastri aku siap pulang. Aku tidak tahu apakah selama ini Mbak Lastri tahu atahu tidak atas kelakuanku ini, tetapi dari yang aku tahu tidak pernah tahu kok, karena setiap aku beraksi aku selalu kembali menyimpannya pada tempatnya, kecuali CDnya yang pernah aku curi 2 biji dari lemarinya, mungkin dia nyari-nyari, tapi banyak sekali kok koleksi CDnya, bagus bagus lagi, masa dicariin hilang 2 biji. Jangan jangan dia sudah lupa malah.<br /><br />Jam 7 tepat aku sudah ada di rumah Mbak Dewi lagi. Aku diajak makan malam, minum kopi dan ngerokok bareng, ngobrol tentang kuliahku dan macam-macam hal lainnya. Mbak Dewi terlihat cantik seperti hari biasanya, dengan pakian santai dirumah, kaos oblong dan celana pendek gombrang, tetap tidak menghilangkan pesona di wajahnya. Tetapi seperti yang aku sebutkan diatas, aku selalu berusaha menaruh hormat kepada Mbak Dewi, aku selalu mencoba bersikap seolah tidak ada apa apa.<br />"Mau lagi kopinya her?" kata Mbak Dewi sambil ngembusin asap rokoknya ke arahku.<br />"Enggak Mbak, nanti aja lagi" aku agak kikuk.<br />"Komputernya gimana Her, coba diperiksa lagi yuk, file apaan sih yang gede, jangan-jangan nanti malah ngerusak lagi."<br />"Eh, iya iya Mbak" aku beranjak mengikut Mbak Dewi ke kamarnya.<br />"Coba idupin aja dulu" katanya menyuruhku duduk di depan komputer, sementara dia masuk ke kamar mandi di kamarnya.<br /><br />Selama ini aku belum pernah berduaan di kamarnya dengan Mbak Dewi, kalaupun berdua itu bukan malam-malam seperti ini. Terdengar suara cipratan air dari dalam kamar mandi, aku bertanya tanya, sedang apa yah Mbak Dewi di dalam. Tapi aku menepiskan pikiran seperti itu. Aku ingat bawah tadi sore aku menikmati CDnya di kamar mandi, jangan-jangan dia tahu kegiatanku tadi. Tidak lama kemudian Mbak Dewi keluar dari kamar mandi dengan balutan handuk gede,<br />"Kamu keluar dulu, Mbak mau ganti pakaian dulu."<br />Aku sempet ngelirik tubuh Mbak Dewi yang putih mulus, wanginya menggairahkan sekali saat dia keluar dari kamar mandi. Aku kemudian ikut nonton tivi di ruang keluarga bersama Lastri, kemudian nyusul Mbak Dewi dengan daster yang tadi sore ada di kamar mandi. Kami nonton tivi bertiga sambil ngobrol.<br /><br />Kemudian Mbak Dewi berkata, "Her, coba lihat dulu komputernya, apanya sih yang bikin hardisk penuh, entar kamu kemalaman pulangnya."<br />Aku Masuk lagi kekamarnya dan duduk di depan komputernya, aku enggak tahu mau ngelakuin apa, aku hanya buka explorer dan hanya lihat-lihat file yang tidak akan mengubah apa apa. Saat itu aku ingat lagi "privat pleasure"ku, dan dengan perlahan lahan sekali aku menuju kamar mandi, jantungku berdegup tidak karuan ketika didalam aku menemukan sepasang lagi daleman Mbak Dewi yang baru diganti saat dia selesai mandi. Aku sangat gemeteran saat itu, aku cium tanpa menyentuhnya, dan menjilati bagian bagian CDnya, ahhh fresh banget.... adikku ngaceng banget saat itu.<br /><br />Tidak puas tanpa merabanya, aku mengambil CD itu dan memasukkannya ke dalam kepalaku jadi tepat belahan tengahnya berada di mulutku, aku melihat diriku di cermin aku terangsang banget saat itu, takut aksiku ketahuan, karena ini benar benar nekat, aku keluar dari kamar mandi dan kembali duduk di depan komputer. Nafasku masih tidak teratur sama sekali, aku gemeteran. Aku otak atik lagi komputernya, pura-pura ada yang tidak beres. Kira-kira setengah jam kemudian, aku mendengar langkah kaki menuju kamar, aku tahu itu pasti Mbak Dewi, jantungku makin kencang, "File apaan sih Her, yang gede?" kata Mbak Dewi setelah duduk di deket aku "coba lihat movie apaan sih."<br />Aku sangat kikuk saat itu, tapi aku tetap harus memberitahunya.<br />"Ini Mbak, sama Mbak Dewi aja dilihatnya yah, malu" aku tahu saat itu mukaku pasti memerah. Aku mempersilakan Mbak Dewi duduk di tempatku, tapi dia malah masuk ke dalam kamar mandi, aku kaget sekali, aku takut aksiku tadi ketahuan sama dia. Kedengerannya dia hanya cuci tangan, kemudian keluar lagi.<br />"Mana Her, coba Mbak mau lihat," katanya.<br /><br />Aku buka media player dan movienya pun berjalan.<br />"Film apaan sih Her, kamu dapet darimana," nadanya tegas ketika adegan bungil itu mulai berlangsung.<br />"Enggak tahu Mbak, tapi emang ada di komputer Mbak Dewi," aku gugup sekali saat menjawabnya.<br />"Ah yang benar.." Mbak Dewi senyum ke arahku dan kembali menikmati film itu.<br />Saat itu aku benar-benar tidak tahu harus berbuat apalagi ketika tiba tiba Mbak Dewi berkata, "Kamu nggak usah pura-pura Her, Mbak Dewi tahu kok, kelakuan kamu selama ini, Mbak kehilangan CD, Mbak tahu kamu yang ambil, Mbak simpan di kamar mandi, begitu Mbak lihat lagi, posisinya udeh berganti, siapa lagi kalau bukan kamu?"<br />Hah... panas terasa ke seluruh tubuhku, malu banget rasanya.</div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-86453661275612957582008-05-14T09:16:00.000-07:002008-05-14T09:17:07.483-07:00Humor Panas Saya Potong Saja PakPak Bejo seorang petani yang sangat lugu, sedang bingung bagaimana <br />caranya supaya sang istri tidak hamil lagi, karena anak mereka<br />sudah 4 orang. Pada suatu hari ada seorang tetangga yang memberi tahu <br />pak Bejo tentang Keluarga Berencana (KB), beberapa hari kemudian pergilah <br />pak Bejo dan istrinya ke Rumah Sakit terdekat. Di Rumah Sakit dokter memberikan <br />penjelasan kepada pak Bejo tentang KB dan alat-alat apa saja yang bisa digunakan <br />para peserta KB. Pada saat dokter mempersilahkan pak Bejo untuk memilih alat apa <br />yang akan digunakan, pak Bejo memilih alat yang paling gampang dan murah untuk digunakan <br />yaitu kondom, lantas mereka pulang dan mempraktekkan alat tersebut. satu bulan kemudian <br />dengan marahnya pak Bejo kembali ke rumah sakit tersebut dan menuduh dokter sebagai pembohong, karena <br />istrinya tetap saja hamil. Lantas sang dokter dengan tenang menanggapinya dengan menanyakan bagaimana <br />cara pak Bejo menggunakan kondom tersebut, dengan lugunya pak Bejo manjawab " SAYA KENAKAN ITU KONDOM, <br />LANTAS DIUJUNGNYA ADA SISA PAK DOKTER, YA SAYA POTONG SAJA UJUNGNYA PAK, BIAR PAS ".Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-49096474383109453572008-05-14T09:15:00.000-07:002008-05-14T09:16:19.409-07:00Humor Saya Punya BanyakEmpat orang sedang mengadakan perjalanan menyusuri hutan<br />belantara naik helikopter. dua orang Indonesia, satu orang arab<br />dan satu orang Inggris. Mereka makan bersama.<br />Orang Inggris baru makan 2 sendok sisanya dibuang sama<br />bungkusnya.<br />Orang Indonesia : " wah kenapa langsung dibuang kan baru<br />sedikit dimakan " .<br />" Ah saya masih punya banyak. tenang saja " katanya menyombong.<br />Orang arab baru buka bungkus makan langsung membuangnya<br />lewat jendela. orang Indonesia lagi lagi heran.<br />Merasa tidak mau kalah dan untuk menunjukkan kesombongannya.<br />setelah makan nasi jatahnya habis langsung membuang temannya<br />lewat jendela.<br />" He! apa maksud anda " kata orang arab senada dgn orang Inggris.<br />dengan nada agak sombong orang indonesia bilang :<br />" Ahh saya masih punya banyak ".Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-41203671438397921322008-05-14T09:14:00.000-07:002008-05-14T09:15:21.405-07:00Cerita Panas Salah Orang<div align="justify">Cerita ini bermula dari suatu kebetulan yang tidak disengaja. Sampai saat ini aku suka tertawa sendiri kalau mengingat awal kejadian ini. Bermula dari suatu Sabtu siang, aku janjian ketemu dengan salah seorang teman chat-ku. Namanya Fenny, mahasiswi tingkat akhir di salah satu PTS di Jakarta Barat. Teman chat-ku yang satu ini cukup misterius. Aku nggak pernah tau dia tinggal dimana, dengan siapa, bahkan aku tak pernah dikasi nomer telepon rumahnya. Kampusnya pun aku nggak yakin kalau yang disebutnya benar.<br /><br />Saat janjian dengan Fenny pun hanya lewat SMS. Biasanya aku nggak pernah meladeni teman-teman chat yang janjian ketemu via SMS. Kapok, dulu pernah dibo'ongin. Tapi entah kenapa aku penasaran sekali dengan Fenny. Akhirnya kami janjian untuk ketemu di Mal Kelapa Gading, tepatnya di Wendy's. Resenya, Fenny juga nggak mau kasi tau pakaian apa yang dia pakai dan ciri-cirinya. Pokoknya surprise, katanya.<br /><br />Itulah kenapa hari Sabtu siang ini aku bengong-bengong ditemani baked potatoenya Wendy's sambil menunggu kedatangan Fenny. Sudah hampir satu jam aku menunggu tapi tidak ada kabar. SMS-ku nggak dibales-bales, mau telepon pulsa udah sekarat. Aku hanya duduk sambil memperhatikan sekelilingku yang cukup sepi. Mataku tertuju pada seorang wanita keturunan Chinese berumur kira-kira 30-an yang duduk sendirian di salah satu sudut. Herannya sejak tadi wanita tersebut memperhatikanku terus. Aku sempat berpikir apa dia yang bernama Fenny. Tapi rasanya bukan. Akhirnya karena bete menunggu aku pun meninggalkan Wendy's.<br /><br />Tiba-tiba aku merasa ada yang menepuk bahuku dari belakang. Aku menoleh dan melihat wanita yang kuperhatikan tadi tersenyum ke arahku.<br />“Rio ya?” tanyanya. Aku terkejut. Kok dia tau namaku. Jangan-jangan wanita ini benar Fenny. Aku mengangguk.<br />“Iya, mm.. Fenny?” tanyaku. Wanita itu menggeleng sambil mengernyitkan kening.<br />“Bukan, kok Fenny sih? Kamu Rio yang di Kayuputih kan?” aku tambah bingung mendengarnya.<br />“Bukan, lho tante bukan Fenny?”.<br /><br />Kemudian wanita itu mengajakku berteduh di salah satu sudut sambil menjelaskan maksud yang sebenarnya. Aku mendengarkan, lantas aku juga gantian menjelaskan. Akhirnya kami sama-sama tertawa terbahak-bahak setelah tau duduk persoalannya. Wanita itu bernama Linda, dan dia juga sedang janjian dengan teman chat-nya yang juga bernama Rio, seperti namaku. Akhirnya kami malah berkenalan karena orang-orang yang kami tunggu tak kunjung datang juga. Aku memanggilnya Ci Linda, karena dia menolak dipanggil tante. Kesannya tua katanya.<br /><br />Siang itu Ci Linda malah mengajakku jalan-jalan. Aku ikut dengan Altis-nya karena aku tidak membawa mobil. Ci Linda mengajakku ke butik teman maminya di daerah Permata Hijau. Tante Wiwin, sang pemilik butik adalah seorang wanita yang sudah berusia di atas 50 tahun, tubuhnya cukup tinggi dan agak montok. Kulitnya yang putih bersih hari itu dibalut blus transparan yang bahunya terbuka lebar dan celana biru tua dari bahan yang sama dengan bajunya. Agak-agak eksentrik. Dasar desainer pikirku. Karena hari itu butik Tante Wiwin tidak begitu ramai, kami bertiga ngobrol-ngobrol sambil minum teh di salah satu ruang santai.<br /><br />“Aduh Yo.. maaf..” seru Tante Wiwin. Wanita itu menumpahkan teh yang akan dituangnya ke cangkirku tepat di celanaku bagian pangkal paha. Aku sedikit mengentak karena tehnya agak panas.<br />“Nggak pa-pa Tante...” jawabku seraya menepuk-nepuk kemejaku yang juga kena tumpahan teh. Tante Wiwin reflek menepis-nepis bercak teh yang membasahi cenalaku. Ups.. tanpa sengaja jemari lembutnya menyentuh batang kemaluanku.<br />“Eh.. kok keras Yoo? Hihihi...” goda Tante Wiwin sambil memijit-mijit kemaluanku. Aku jadi tersenyum. Ya gimana nggak keras sedari ngobrol tadi mataku tak lepas dari bahu Tante Wiwin yang mulus dan kedua belah paha Ci Linda yang putih.<br />“Iya.. Tante sih numpahin...” jawabku setengah bercanda.<br />“Idih.. Tante Wiwin kumat genitnya deh... biasa Yo, udah lama nggak... awww!!” Ci Linda tak sempat menyelesaikan celetukkannya karena Tante Wiwin mencubit pinggang wanita itu.<br />“Iya nih Tante, udah numpahin digenitin lagi. Pokoknya bales tumpahin juga lho hihihi...” aku gantian menggoda wanita itu. Tante Wiwin malah tersenyum sambil merangkul leherku.<br />“Boleh, tapi jangan ditumpahin pake teh ya..” bisiknya di telingaku. Aku pura-pura bego.<br />“Abis mau ditumpahin apa Tante?” tanyaku. Tante Wiwin meremas batang penisku dengan gemas.<br />“Ya sama ‘teh alami’ dari kamu dong sayang.. mmmhhh.... mmmm...” Tante Wiwin langsung mengecup dan melumat bibirku. Aku yang memang sedari tadi sudah horny menyambut lumatan bibir Tante Wiwin dengan penuh nafsu. Kedua tanganku memeluk pinggang wanita setengah baya itu dengan posisi menyamping. Sementara tangan Tante Wiwin yang lembut merangkul leherku. Ah.. lembut sekali bibirnya.<br /><br />Ci Linda yang melihat adegan kami tidak tinggal diam. Wanita berkulit putih mulus itu mendakati tubuhku dan mulai memainkan kancing celana jeansku. Tak sampai semenit wanita itu sudah berhasil melucuti celana jeansku sekaligus dengan celana dalamnya. Tanpa ampun lagi batang penisku yang sudah mulai mengeras itu berdiri tegak seolah menantang Ci Linda untuk menikmatinya. Ci Linda turun ke bawah sofa untuk memainkan penisku. Jemarinya yang lembut perlahan-lahan mengusap dan memijit setiap centi batang penisku. Ugghh.. birahiku semakin naik. Lumatan bibirku di bibir Tante Wiwin semakin bernafsu. Lidahku menjelajahi rongga mulut wanita setengah baya itu. Tante Wiwin merasa keasyikan.<br /><br />Aku yang semakin terbakar nafsu mencoba menularkan gairahku ke Tante Wiwin. Dari bibir, lidahku berpindah ke telinganya yang dihiasi anting perak. Tante Wiwin menggelinjang keasyikan. Dia meminta waktu sebentar untuk melepas anting-antingnya agar aku lebih leluasa. Lidahku semakin liar menjelajahi telinga, leher dan bahu Tante Wiwin. Tampaknya wanita itu mulai tak kuasa menahan birahinya yang semakin memuncak. Dia melepaskan diri dari tubuhku dan memintaku untuk melorotkan celananya. Tanpa disuruh kedua kalinya aku pun langsung melucuti Tante Wiwin sekaligus dengan bajunya, hingga tubuh wanita itu bersih tanpa sehelai benang pun.<br /><br />Gila, udah kepala empat tapi tubuh Tante Wiwin masih kencang. Kulitnya yang putih betul-betul terasa halus mulus. Sambil bersandar pada pegangan sofa, Tante Wiwin merentangkan kedua belah pahanya yang mulus dan memintaku melumat kemaluannya yang bersih tanpa bulu. Tanpa basa-basi aku langsung mendekatkan wajahku ke vaginanya dan mulai menjilati daerah pinggir kemaluannya.<br /><br />“Hhhmmmm.. sshhh.... terusss Yoo....” desah Tante Wiwin keasyikan. Aku terus menjilati vaginanya sambil tangan kananku membelai pangkal pahanya yang mulus. Di bawah, Ci Linda masih asyik mempermainkan kemaluanku. Kelima jemarinya yang lentik lincah sekali membelai dan mengocok batang penisku yang ujungnya mulai basah. Sesekali lidahnya membasahi permukaan penisku. Sebagian batang penisku tampak merah terkena lipstik Ci Linda. Kepala wanita itu naik turun mengikuti ayunan kenikmatan di penisku. Ahhh... lembut sekali mulut Ci Linda mengulumnya. Saking asyiknya tak sadar aku sampai menghentikan permainanku dengan Tante Wiwin untuk merasakan kenikmatan yang diberikan Ci Linda. Tante Wiwin tersenyum melihat ekspresiku yang mengejang menahan nikmat. Wanita itu merengkuh kepalaku untuk melanjutkan tugasku memberi kenikmatan untuknya.<br /><br />Aku semakin buas melumat kemaluan Tante Wiwin. Jemariku mulai ikut membantu. Liang kemaluan Tante Wiwin sudah kutembus dengan jari tengahku. Sambil kukocok-kocok, aku menjilati klitorisnya. Wanita itu menggelinjang tak karuan menahan rasa nikmat. Kedua tangannya yang lembut menjambak rambutku.<br /><br />Tanpa kusadari, Ci Linda sudah melucuti dirinya sendiri sampai telanjang bulat. Tiba-tiba wanita itu naik ke atas tubuhku dan bersiap mengurung penisku dengan vaginanya yang lembut. Kedua tangannya merengkuh leherku. Tubuhnya mulai merendah hingga ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya. Dengan bantuan tangan kiriku, perlahan penisku mulai masuk ke dalam liang kenikmatan itu, dan.... sssllppp blleeessss.. Amblas sudah penisku di liang kemaluan Ci Linda. Sambil memeluk bahuku, tubuh Ci Linda naik-turun. Ugghh.. nikmat sekali. Aku sampai nggak bisa konsen ngelumat vagina Tante Wiwin. Tapi aku nggak mau kalah. Yang penting Tante Wiwin mesti diberesin dulu.<br /><br />Sambil menahan birahiku yang sudah di ubun-ubun gara-gara Ci Linda, aku terus melumat vagina Tante Wiwin. Jari tengahku yang kini sudah dibantu jari manis semakin cepat mengocok-ngocok di dalam vagina Tante Wiwin. Lidahku semakin liar menjelajahi klitoris dan bibir vaginanya. Tubuh Tante Wiwin pun semakin menggelinjang tak karuan. Sepertinya wanita itu sudah tak kuasa lagi menahan kenikmatan yang kuberikan. Aku pun mulai merasa dinding vaginanya berdenyut.<br /><br />“Sssshhh... ooohhh... Riioooo.....aahhhh....” Tante Wiwin mendesah meregang nikmat sambil meremas kepalaku yang masih menempel ketat di vaginanya. Aku merasakan rembesan lendir yang cukup deras dari dalam sana. Hmmm... aroma vagina yang begitu khas segera tercium. Aku pun menghirup lendir-lendir kenikmatan itu sambil menjilati sisa-sisa yang menempel di vagina Tante Wiwin. Setelah puas melepas kenikmatannya, Tante Wiwin mengangkat kedua pahanya dari tubuhku dan membiarkan aku leluasa menikmati permainan dengan Ci Linda.<br /><br />Bebas dari tubuh Tante Wiwin, kini Ci Linda yang mendekap tubuhku erat. Payudaranya yang bulat dan montok menempel ketat di dadaku. Ahh.. kenyal sekali. Aku semakin merasakan kekenyalannya karena tubuh Ci Linda naik-turun. Sementara bibir kami asyik saling melumat.<br />“Mmhhh..ssllppp...aahh...mmmmmm...” berisik sekali kami berciuman. Tante Wiwin sampai geleng-geleng melihat kami berdua yang sama-sama dipacu birahi.<br /><br />Kemudian kami bertukar posisi. Tubuh kami berguling ke arah berlawanan sehingga kini tubuh Ci Linda duduk bersandar di sofa dengan posisi kedua kaki mulusnya yang mengangkang. Sambil bertumpu pada lutut di lantai, aku bersiap memasukkan penisku lagi ke dalam liang kemaluan Ci Linda. Ugghh... kali ini lebih mudah karena vagina Ci Linda sudah basah. Pantatku maju mundur seiring kenikmatan yang dirasakan Ci Linda. Wanita itu bahkan sudah tak kuasa memeluk tubuhku. Kedua tangannya direntangkan untuk menahan rasa nikmat yang dirasakannya. Aku semakin menggoyang pantatku dengan keras. Aku tahu bahwa sebentar lagi Ci Linda akan mencapai klimaks, namun aku juga tahu bahwa Ci Linda tak mau kalah denganku. Aku melihat ekspresinya yang berusaha menahan nikmat.<br /><br />“Terus Yo... bentar lagi tuh.. hihihi...” goda Tante Wiwin. Aku tersenyum kemudian mengecup bibir wanita yang sedang duduk di samping Ci Linda tersebut. Tante Wiwin malah membantuku dengan menjilat, mengisap dan mengulum payudara dan puting Ci Linda.<br />“Aahhh... Yoooo... sssshhhhh.....” akhirnya Ci Linda meregang kenikmatannya. Aku merasakan cairan hangat membasahi penisku di dalam vaginanya. Aku mendekap tubuh Ci Linda yang hangat.<br />“Hh.. gila kamu Yo, aku pikir bakal kamu duluan...” ujar Ci Linda. Aku tersenyum sambil melirik ke arah Tante Wiwin.<br />“Ya kan berkat bantuan Tante Wiwin..” jawabku seraya mencubit hidung Tante Wiwin. Wanita itu memelukku.<br />“Nah, sekarang giliran aku lagi Yo, kamu kan belum puasin aku dengan pentunganmu itu hihihi... Ayo, kali ini pasti kamu udah nggak tahan..” Tante Wiwin menantangku bermain lagi. Tanpa diminta dua kali aku langsung menjawab tantangannya. Aku pun melakukan hal yang sama seperti dengan Ci Linda tadi. Kali ini aku mengakui permainan Tante Wiwin yang jauh lebih liar dan berpengalaman. Akhirnya kami klimaks bersama-sama. Aku klimaks di dalam vagina Tante Wiwin yang hangat.<br /><br />Ruang santai itu memang betul-betul hebat. Tak seorang karyawan pun yang mengetahui apa yang baru saja kami lakukan. Setelah puas bermain, kami bertiga mandi bersama. Tadinya setelah mandi kami mau melanjutkan lagi di kamar tidur Tante Wiwin. Tapi karena sudah sore, sebentar lagi suami Tante Wiwin pulang. Untungnya Ci Linda punya ide untuk melanjutkan di hotel. Tante Wiwin pun setuju, namun aku dan Ci Linda berangkat duluan.<br /><br />Malam itu kami check-in di salah satu hotel di daerah Thamrin. Aku dan Ci Linda lebih dulu melanjutkan permainan. Satu jam kemudian Tante Wiwin baru datang melengkapi kenikmatan kami. Dan yang bikin aku surprise, malam itu Tante Wiwin mengajak teman seprofesinya yang umurnya kira-kira lebih muda 3 atau 5 tahun, namanya Tante Ida. Malam itu aku betul-betul puas bersenang-senang dengan mereka bertiga. Kami melepas birahi sampai jam 3 pagi. Kemudian kami tidur sampai jam 9 pagi, lantas kembali menuntaskan permainan. Aku betul-betul tidak menyangka kalau gara-gara salah orang bisa sampai seperti ini.<br /><br />Sampai kini aku nggak pernah ketemu dengan Fanny, teman chat-ku. Kami pun nggak pernah SMS-an lagi. Entah kemana perginya Fanny. Tapi yang jelas semenjak kejadian itu, aku terus keep contact dengan Ci Linda, Tante Wiwin dan Tante Ida. Sekarang Ci Linda sudah menikah dan tinggal di Australia dengan suaminya. Tapi kami masih sering kontak. Sedangkan dengan Tante Wiwin dan Tante Ida, aku masih terus berhubungan untuk sesekali berbagi kenikmatan. Tadinya mereka ingin memeliharaku sebagai gigolo, namun aku menolak karena aku melakukannya bukan untuk uang dan materi, tapi untuk kesenangan saja. Kadang kalau Ci Linda sedang di Indonesia, kami menyempatkan diri untuk mengunjungi butik Tante Wiwin bersama-sama untuk melepas birahi. Tempat Tante Wiwin sering dijadikan tempat affair kami agar suaminya tidak curiga.<br /><br />Oke, segitu dulu pengalamanku. Salam manis buat Ci Linda yang lagi hamil 3 bulan. Mudah-mudahan kesampean dapat anak laki-laki. Buat Tante Wiwin dan Tante Ida, thank’s buat kehangatan yang diberikan. Juga buat Fanny, my mysterious friend yang udah membuka jalan hehehe... Lain kali kalau ada pengalaman yang berkesan, aku akan ceritakan lagi di situs ini.<br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-88620609580073936562008-05-08T07:54:00.000-07:002008-05-08T07:56:47.772-07:00Cerita Humor : Gigi MotorAda seorang bapak dari desa Anu di dekat Sorong (Irian Jaya)<br /> mendapatkan undian dari sebuah produk makanan.<br /> Ternyata ia mendapatkan sebuah sepeda motor keluaran tahun terakhir.<br /> Tentu saja sang Bapak sangat senang dan bangga karena di desanya<br /> jangankan sepeda motor sepeda kumbang pun jarang yg punya.<br /> Singkat cerita sang Bapak pun mengajak anak laki-lakinya yg baru<br /> kelas 6 SD untuk berkeliling desa naik motor tsb. <br /> Di perjalanan sang anak heran karena ayahnya kok terus-menerus<br /> pakai gigi satu gas pun terus dipacu sampai bunyinya menderu-deru<br /> tapi sang Bapak tsb tdk mengoper ke gigi dua.<br /> Akhirnya sang anakpun protes, "Pak giginya itu diganti...!"<br /> Tapi anehnya sang Bapak tidak menuruti malah memacu gas hingga<br /> suara mesin motor tsb sudah mirip suara singa yg mengaum.<br /> Melihat hal tsb sang anak kembali protes dgn nada yg sama,<br /> "Pak giginya itu diganti...lah !" berkali-kali.<br /> Mendengar protes yg bertubi-tubi dari anaknya akhirnya<br /> sang Bapak pun menjawab dengan nada setengah marah<br /> "Hai Nak, kamu boros sekali.<br /> Gigi satu dulu dipakai sampai habis baru pakai gigi dua..!"Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-54649918148676845862008-05-08T07:52:00.000-07:002008-05-08T07:53:55.903-07:00Cerita Humor : Celana DalamSepasang pengantin baru sedang melakukan<br /> "ritual" malam pertama mereka.<br /> Hari sudah hampir pagi,<br /> namun sang suami masih belum juga berhasil menembus<br /> "benteng pertahanan" sang istri. <br /><br /> Ketika matahari telah mulai menampakkan sinarnya,<br /> akhirnya berhasil juga usaha sang suami.<br /> Dengan peluh bercucuran bermandikan keringat,<br /> ia berkata kepada sang istri,<br /> "Yang, kamu betul-betul luar biasa. <br /> Segala trik dan ilmu sudah saya kerahkan,<br /> namun kamu betul -betul perawan tulen."<br /><br /> Sang istri dengan malu-malu menjawab, <br /> "Aaah mas.<br /> Mas aja yang terlalu bernafsu,<br /> sehingga lupa mencopot celana dalam saya."Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-26470856585288376642008-05-08T07:43:00.000-07:002008-05-08T07:52:40.367-07:00Cerita Humor: Burung BirahiAlkisah di suatu taman,<br /> terdapat seekor burung jantan yang sedang birahi.<br /> Dia sedang mencari burung betina untuk diajak melakukan hubungan.<br /> Menjumpai burung betina dia langsung menarik perhatiannya<br /> dengan bersiul-siul, "Hei cewek, yuk kita ML".<br /> Burung betina tadi jual mahal dengan berkata<br /> "Sorry lah yaw, memang gue cewek apaan?". <br /><br /> Kemudian burung jantan tadi melanjutkan mencari<br /> burung betina yang lain.<br /> Berkali-kali dia mendapatkan jawaban serupa.<br /> Akhirnya dia bertemu dengan burung betina yang pertama.<br /><br /> Berhubung burung betina tadi juga sebenarnya mau tapi malu,<br /> akhirnya burung betina tadi menawari<br /> "Mas, tadi aku cuma bercanda, kok, yuk ML yuk!".<br /> Si burung jantan tadi menjawab "Ogah ah".<br /> Si burung betina kaget, kok burung jantan tadi tidak mau.<br /><br /> Ternyata setelah dari tadi ditolak terus,<br /> burung jantan tadi terus onani.Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-55835890000305059502008-05-06T09:50:00.000-07:002008-05-06T09:51:32.581-07:00Cerita Panas Karena Loyo.....<div align="justify"><strong>CERITA PANAS</strong>. Ayahnya lelaki desa kebanyakan yang tumbuh menjadi pria keras karena sulitnya kehidupan. Itu membangun watak lugu sekaligus otoriternya dalam mendidik semua anak-anaknya. Khususnya Sumiati yang manis dan sebenarnya menyimpan daya tarik seksual tersembunyi.<br /><br />Faktor inilah yang membuat Sumiati secara tidak sengaja, jatuh di tangan seorang lelaki tua namun kaya yang punya Perkebunan Kelapa Sawit cukup luas di desa Aru Malili , tempat keluarga Parto, ayah Sumiati bekerja.<br /><br />Budiarta, atau biasa dipanggil Tuan Budi, secara tak sengaja suatu hari melihat Sumiati mengantar makanan kepada Ayahnya yang sedang bekerja pada pembangunan koridor pengangkutan tandan kelapa sawit miliknya. Cukup sekali itu, entah oleh magnit apa, Budiarta yang sudah berusia 61 tahun langsung kemudian tak bisa lagi melupakan gadis pendiam bertubuh indah dan padat itu.<br /><br />Melalui kebayanya yang sederhana, pengusaha perkebunan yang sukses dan sudah menduda lebih 15 tahun sejak bercerai dengan istri ketiganya ini, bisa membayangkan bagaimana lekuk tubuh Sumiati. Bagaimana bentuk buah dadanya yang montok dan agak besar, pinggulnya yang penuh berisi, sampai bagaimana gelinjang dan geliat gadis itu, jika dirangsang dalam ketelanjangannya.<br /><br />Budiarta mencoba menghapus dan membuang semua pikiran liar itu, karena sadar kondisi dirinya. Namun semakin dibuang, kian meradang keinginan untuk menguasai gadis desa itu. Puncaknya, suatu hari, diam-diam dia meminta Parto membawa anaknya ke villa tempat peristirahatannya di tengah perkebunan kelapa sawit yang luas itu.<br /><br />Di sanalah dia bisa melihat dan meneliti sosok Sumiati dari dekat. Bukan main. Ini kesimpulannya. Gadis itu benar-benar memiliki daya tarik seksual luar biasa. Sumiati seperti mutiara yang belum terpoles, atau berlian yang tersaput lumpur. Sekali dia bersih, maka pesonanya akan memancar cemerlang.<br /><br />Melanggar tekadnya sendiri untuk melewati hari-hari tuanya secara tenang sendirian di perkebunannya, Budiarta nekat melamar Sumiati sebagai istrinya. Tentu saja ini bagai durian runtuh bagi Keluarga Parto. Dan Sumiati sendiri, yang semula sempat terkejut karena sadar harus mendampingi seorang pria tua sebagai suaminya, kemudian menepis semua pertimbangan dari tuntutan naluri wajar yang ada di dalam dirinya, sebagai seorang gadis belia.<br /><br />Perkawinan itupun berlangsung dengan meriah. Membuat Desa Aru bagai tenggelam dalam kenduri panjang yang terus berdegup kencang. Dan di balik itu, Ibu Sumiati terus mengajarkan kepada anaknya, bagaimana caranya melayani seorang suami dengan baik. Secara khusus di tempat tidur. Sumiati mendengar dan menyimaknya dengan jantung tak henti berguncang. Membayangkan kelamin lelaki dalam keadaan tegang, besar dan keras, seperti sempat secara tak sengaja dilihatnya. Saat itu dia terbangun tengah malam dan ingin kencing di dapur.<br /><br />Dari balik sumur tiba-tiba dia mendengar suara Ibunya. Entah keluhan, atau sejenisnya. Begitu dia mengendap dan melihat lebih jelas, matanya terbelalak dengan jantung seolah berhenti berdegup. Dia saksikan dengan pakaian sudah terbuka, Ibunya sedang bersandar di pohon dekat sumur, dengan sebelah kaki terangkat, sementara di depan, Ayahnya, dengan kelamin yang besar dan tegang sedang bersiap menyetubuhinya. Dengan ketakutan dia segera menjauh dari sana.<br /><br />Namun bayangan itu, penis ayahnya yang besar dan keras, kelamin Ibunya yang siap menerima penis itu, tak pernah dia lupakan. Sesuatu yang membuat bagian bawah tubuhnya menjadi berdenyut, gatal dan luar biasa peka terhadap sentuhan. Badannya kadang sampai menggigil dan pikiran- pikiran aneh yang berkaitan masalah itu, dengan keras segera dia lupakan.<br /><br />Sekarang, dia akan menjadi seperti ibunya. Budiarta memang sudah tua, tetapi sebagai orang kaya yang hidupnya terpelihara serta rajin olahraga, pria itu tetap kelihatan agak kekar. Berarti penisnya juga pasti masih perkasa. Itu yang belakangan ini menggoncangkan perasaannya.<br /><br />Sebenarnya tak beda jauh dengan Budiarta sendiri. Gambaran tentang kemolekan tubuh Sumiati, aroma keremajaannya, keranuman kewanitaannya, bangun tubuhnya yang padat karena selalu bekerja cukup keras untuk membantu mengatasi kemiskinan keluarganya, membuat otak Budiarta seperti gila. Meski ada keresahan yang tak habis menyelimuti batinnya.<br /><br />Malam yang dinantikan oleh keduanya itu tiba. Secara perlahan, di kamar pengantinnya yang mewah, di lantai yang sudah dihampari kain sofa yang tebal, Budiarta melepaskan pakaian Sumiati satu persatu. Gadis itu sendiri terus menunduk sambil membiarkan dirinya pasrah untuk diperlakukan apapun.<br /><br />Tak lama kemudian, Sumiati sudah tergolek di atas lantai dengan telanjang bulat. Gadis itu terlihat berusaha menutupi buah dadanya yang sintal, serta kelaminnya yang ditumbuhi bulu agak lebat. Namun Budiarta selalu mencegah usaha itu. Lelaki ini kemudian mengambil botol madu yang sudah disediakannya.<br /><br />Lalu secara pelan menumpahkan madu tersebut ke sekujur tubuh telanjang Sumiati, yang membuat gadis yang lebih banyak memejamkan matanya ini menjadi kia gelisah. Apalagi ketika tanngan lelaki itu, mulai meratakan ke seluruh permukaan tubuhnya.<br /><br />Dengan gemetar, nafas memburu oleh nafsu, pria tua yang hanya mengenakan celana pendek ini, mulai menciumi dan menjilati sekujur tubuh Sumiati. Kedua tangan Sumiati direntangkan ke atas kepalanya. Ketiak gadis yang berbulu halus itu, dia ciumi dan jilati. Jilatan itu meluncur turun-naik ke sana kemari.<br /><br />Ciuman dan jilatan serta hisapan itu benar-benar bagai bara yang membakar. Membuat gadis desa yang tak pernah seumur hidupnya disentuh pria ini menjadi tersentak-sentak, gelisah, dan terengah-engah menahan gelora perasaan dan emosinya yang bangun menggelora.<br /><br />Makin lama, ciuman, jilatan dan hisapan Budiarta semakin ganas. Kedua puting buah dada Sumiati bergantian disedot dan diremas-remasnya. Bahkan wajahnya dengan kuat digosokan ke sana, membuat benda padat yang tegak menantang itu menjadi penyek dan terdorong kesana-kemari. Sementara tangan Buidarta terus mengusap, menggosok dan meremas bagian vaginanya. Memutar dan menusuk-nusuk di sana.<br /><br />Sumiati tak tahan lagi untuk mengeluarkan suara-suara liarnya oohhhhhhhh............ssshhhhhhhhhh,<br />meski masih terdengar perlahan, pada saat kedua pahanya dikangkangkan, kemudian Budiarta menciumi, menghisap serta memainkan lidahnya di vagina dan bibir kelamin yang basah oleh lendir bercampur madu itu.<br /><br />Sumiati mengerang nyaring kemudian mengejang,....................aauuugghhhhhhhh............oohhhh berpegangan keras di kepala Budiarta, pada saat sesuatu yang luar biasa, fantastis dan melambungkan dirinya ke dalam kenikmatan yang tak bertara datang dari dalam dirinya. Ini orgasme pertama yang pernah dirasakannya. Sesuatu yang pernah diceritakan Ibunya, kalau penis lelaki secara intensif keluar masuk di dalam vagina wanita.<br /><br />"Itu sorga dunia, Nduk".<br /><br />Budiarta nampak terengah-engah, menyaksikan gadis yang memandangnya dengan mata sayu, hanyut jauh oleh nafsu dan kenikmatan itu. Tapi mengapa dia belum juga membuka celana pendeknya, mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi --meski malu-- ingin sekali disaksikan Sumiati. Sesuatu yang menurut Ibunya tak masalah jika kau jilat, kau hisap, dan kau telan air yang akan keluar menyemprot dari sana. Air cikal-bakal kehidupan fisik seorang manusia.<br /><br />Mengapa benda yang tegar, perkasa dan penuh pesona itu tak juga ditunjukan serta diberikan kedirinya untuk bisa ganti dia rangsang?<br /><br />Pertanyaan ini membayangi perasaan Sumiati, ketika Budiarta kembali memperlakukan dirinya seperti tadi. Menjilatinya, menghisapnya dengan ganas. Bahkan membalikanan tubuhnya, mengangkat pantatnya, kemudian menjilati anusnya yang membuat dia berpegangan di sofa tebal yang empuk tersebut dengan tubuh menggigil dan tersentak-sentak menahan getaran nikmat tak terlukiskan.<br /><br />Sumiati kembali merasakan orgasmenya. Kali ini bahkan lebih hebat dari yang pertama, karena membuatnya tanpa sadar terpekik dan mengejang sangat lama.............<br />oooooghhhhhhhhh................sshhhhhhhhhhh.......ohhhhh<br />Nafasnya kemudian memburu kencang, seperti telah berlari naik gunung. Budiarta kemudian menjatuhkan tubuhnya ke sisi gadis itu. Tergolek di sana. Lama. Sumiati berusaha bangun dan diam-diam merasa tidak mengerti, mengapa celana pendek suaminya itu tak menunjukan sesuatu yang sedang berdiri keras di baliknya. Sesuatu yang tegang dan sejak tadi dibayangkannya mirip seperti kepunyaan Ayahnya. Apa sebenarnya yang terjadi?<br /><br />Dengan agak ragu, namun dibekali peringatan Ibunya, agar dia bisa memberikan "pelayanan terbaik" untuk suaminya, Sumiati pelan-pelan menyentuh celana itu. Budiarta cuma diam membisu. .............Malah dia kemudian menurunkan celananya dengan serta merta............, menunjukkan kelaminnya yang -astaga- ternyata kecil, lembek dan mirip punya adik lelakinya yang diam-diam sering dia saksikan di rumah.<br /><br />Inikah yang pernah dia dengar tentang impotensi? Ketidakmampuan seorang lelaki untuk melakukan hubungan seksual? Apakah itu karena pria ini sudah tua, dan wajar seorang pria seperti dirinya tak bisa gampang lagi memfungsikan alat kejantanannya? Atau dia harus berperan lebih berani dan aktif, seperti yang telah diajarkan Ibunya?<br /><br />Pikiran ini, membuat Sumiati pelan-pelan meremas penis yang lunglai itu dengan tangan gemetar. Lalu akhirnya menunduk dan mulai menjilatinya. Budiarta cepat membuka kakinya lebih lebar. Sumiati memasukan penis itu ke dalam mulutnya. Mengecup, kemudian mulai menghisapnya, seperti biasa dilakukan bayi terhadap ibu jarinya.<br /><br />Tubuh Budiarta kelihatan menggeliat-geliat menahan nikmat. Tapi berlalu tiga, lima, bahkan sepuluh menit, penis itu tak juga mau tegang. Ada memang perubahan, karena tak lagi selembek tadi. Tapi tetap saja lemah. Dan mendadak Budiarta menjauhkan wajah Sumiati lalu menggeleng dengan wajah sedih. Sumiati terpanaMengapa Budiarta tak pernah lagi terpikir untuk menikah selama puluhan tahun, dan mengapa akhirnya dia memutuskan untuk mengawini Sumiati, itu semua beranjak dari kondisi dirinya yang demikian.<br /><br />Dia tahu Sumiati gadis yang menarik dan merangsang namun sekaligus penuh pengabdian dan sangat penurut sehingga tak terlalu dikhawatirkan bisa berbuat macam-macam di belakangnya. Yang lebih penting lagi, perwatakan itu akan membuatnya bisa melaksanakan keinginan tersembunyi yang dahulu pernah diminta bisa dilakukan tiga istri terdahulunya, namun justru akhirnya menimbulkan perceraian diantara mereka. Karena kedua istrinya itu kemudian jatuh ke tangan orang lain dengan membawa banyak hartanya.<br /><br />Secara fisik, meski sudah berusia lebih enam puluh tahun, Budiarta sebenarnya masih normal. Namun secara psikis, seksualnya terganggu. Dia tak mampu berhubungan dengan wanita secara normal. Untuk itu, ada cara-cara yang harus dilakukan untuk bisa membangunkan penisnya.<br /><br />Awalnya dia masih berspekulasi, keranuman Sumiati, daya tarik seksualnya serta kesuciannya sebagai gadis --yang diakui Parto ayah Sumiati sendiri-- akan bisa secara perlahan membantu mengatasi problema dirinya. Ternyata tidak. Berulang kali setelah malam pertama itu, Budiarta tetap gagal menyetubuhi Istrinya. Padahal dia ingin sekali menikmati keperawanan wanita yang bangun fisik serta aroma tubuhnya sangat merangsang itu.<br /><br />Sumiati sendiri, seperti memang diperkirakannya, terlihat tak terlalu mempermasalahkan itu. Dia terkesan sangat tidak ingin suaminya menjadikan faktor tersebut sebagai hal yang mengecewakan. Dan, tampaknya, Sumiati merasa cukup puas dengan permainan tangan dan mulut suaminya di seluruh bagian tubuhnya. Dia selalu mampu berulang-ulang mencapai orgasme, meski tentunya tetap berbeda dengan orgasme yang dihasilkan oleh sebuah proses coitus sesungguhnya.<br /><br />Sesuatu yang dahulu pernah diterapkan Budiarta dengan tiga istrinya, segera kembali ingin diulanginya. Oleh faktor pertimbangan ketulusan pengabdian Sumiati, dia yakin, wanita itu tak akan mengkhiantinya, seperti tiga istrinya terdahulu. Ini alasan mengapa dia memutuskan untuk menjadikan Sumiati istrinya yang terakhir.<br /><br />Sumiati tersentak, ketika keinginan itu dia sampaikan. Bahkan membuat wanita itu sampai gemetar karena terkejut dan penolakannya. Namun dengan halus Budiarta terus membujuk dan memberikannya pengertian.<br /><br />"Aku perlu penyembuhan. Aku tidak akan bisa sembuh, tanpa terapi seks yang benar. Dan ini adalah salah satu yang dianjurkan oleh seorang ahli kepada Mas", kata Budiarta malam itu, usai membuat istrinya dua kali orgasme dengan tangan dan mulutnya.<br /><br />Sumiati menelan ludahnya berulang kali dengan bingung.<br />"Lelaki itu hanya untuk membangkitkan kemampuan Mas. Dia nanti akan mencumbumu, namun tidak sampai menyetubuhimu. Nanti setelah punya Mas ini bangun, dia akan pergi dan selanjutnya kita akan bisa berhubungan dengan - normal. Ini juga perlu untukmu, Sum. Kau tidak boleh hanya menikmati hubungan seperti selama ini".<br /><br />"Tapi, kenapa.. kenapa.. harus begitu?"<br />"Jika melihat kau dirangsang oleh orang lain, maka nafsu Mas akan bisa dibangkitkan sampai ke puncaknya yang membuat punya Mas bisa bangun. Mas pernah melakukan ini dengan istri-istri Mas terdahulu, tapi sayangnya mereka akhirnya menghianati Mas. Tapi Mas yakin, Sumiati tak akan memiliki pikiran sekotor mereka itu".<br /><br />Sumiati seperti termangu. Budiarta terus melontarkan bujukannya. Dia meyakinkan wanita muda itu, bahwa apa yang akan dilakukannya dengan lelaki yang akan didatangkan di rumahnya tersebut, merupakan bagian dari proses pengobatan dirinya.<br /><br />"Kalau kau mengabdi dengan Mas, sayang dengan Mas, ingin mengobati menyembuhkan penyakit yang sangat menyedihkan ini, kau pasti bersedia. Jangan anggap ini pengkhianatan, tetapi pengobatan. Bukankah di dalam Agama, barang harampun bisa dihalalkan, jika diperlukan secara darurat untuk pengobatan?" Oh ini salah satu argumentasi hebatnya untuk melemahkan hati si istri.<br /><br />Setelah beberapa hari membujuk, Sumiati akhirnya bersedia. Budiarta gembira sekali. Dia sudah memilih seorang gigolo, Sang Pejantan untuk merangsang habis Sumiati, sementara dia akan mengintip perbuatan mereka. Syaratnya, lelaki itu meski telanjang, dan mungkin akan sangat terangsang, tidak boleh sampai menyetubuhi istrinya.<br /><br />Dia sendiri sudah mengingatkann Sumiati, untuk benar-benar bisa menghayati dan melayani rangsangan Si Lelaki. "Kalau kau tidak mamputerangsang, karena takut, atau hatimu diam-diam menolak, maka nafsu dan punya Mas juga tetap tidak akan bangkit secara sempurna. Bahkan malah tambah payah karena Mas merasa bersalah. Kau harus benar-benar menganggap lelaki itu suami sementara untuk pengobatan Mas. Kau Faham?," kata Budiarta menjelang pelaksanaan "terapi seks" tersebut.<br /><br />Lelaki yang dipanggil Budiarta secara khusus itu, adalah seorang pria 27 tahun yang cukup ganteng, dengan tubuh kekar dan memiliki segalanya untuk bisa memuaskan seorang wanita. Badannya berbulu, beralis lentik, dengan kumis agak tebal di bawah hidung mancung yang menjadikan ciri keturunan Arabnya cukup kentara. Namanya Arman. Jantung Sumiati berdebar kencang menyaksikan kehadiran pria tersebut. Seseorang yang tak bisa dia sangkal, sangat, sangat, sangat menarik, lembut dan sopan.<br /><br />Seseorang yang akan merangsangnya dalam kondisi sama-sama telanjang bulat berduaan di dalam kamar yang akan dikunci si lelaki dari dalam, sampai kemudian pintu kamar itu kembali dibuka waktu suaminya mengetuk dari luar. Kepada istrinya, Budiarta menyatakan akan pergi keluar rumah kira-kira setengah jam, baru kemudian datang lagi dan menunggu penisnya bisa bangkit dengan menyaksikan keduanya bergulat dari balik pintu. Sebenarnya tidak persis begitu. Budiarta tidak benar-benar pergi, namun sekedar mengesankan keluar rumah dengan cara menutup daun pintu dari luar, tetapi segera balik lagi dan mulai melakukan "pengintipan" dari lubang yang secara diam-diam telah dibuatnya tanpa setahu Sumiati.<br /><br /><br />Sumiati benar-benar melayang hanyut. Dengan gemetar, dia membalas pagutan dan rangsangan Arman yang terasa sangat ahli itu. Berulangkali dia hampir orgasme dengan kepiawaian fore play yang dilakukan pria pembangkit atau pengobat suaminya......., namun digagalkan si lelaki lewat cara yang juga piawai. Sepanjang proses perangsangan itu sendiri, tak hentinya Arman melontarkan bisikan- bisikan mesra, penuh sensasi dan sanjungan yang membuat Sumiati semakin melayang.<br /><br />"Kau cantik, tubuhmu harum merangsang. Oh.. payudaramu kenapa begini padat dan menantang? Dan inimu.. ini klentitmu.. keras sekali.. bagaimana perasaanmu? kau terangsang sayang?," bisik Arman.<br />"I.. iiya.." Dengan mata melotot dan nafas memburu, Budiarta menyaksikan bagaimana istrinya mengerang dan menjerit oleh remasan, pijatan, usapan tangan, maupun permainan lidah serta hisapan dan jilatan Sang Pejantan. Arman kadang juga menggunakan kaki dan dengkulnya, gosokan dadanya yang penuh bulu, untuk menambah sensasi dan rangsangan terhadap Sumiati.<br /><br />Terlihat sekali, Arman terangsang dengan aroma seks yang ditebarkan wanita di depannya. Bau khas tubuh Sumiati membuatnya bagai mabuk. Sementara kejutan- kejutan alamiah di beberapa bagian otot tubuh Sumiati meyakinkannya tentang virginitas wanita ini, seperti memang sudah diceritakan Budiarta<br /><br />Saat pria itu melepas celananya, telanjang bulat sama sekali, mata Budiarta tambah melotot. Luar biasa. Penis itu demikian besar dan kerasnya sehingga masih mampu tegak ke atas, ketika Arman berdiri. Oh itu tidak boleh merenggut keperawanan Sumiati yang sudah menjadi miliknya. Tapi dia percaya, si lelaki tak akan melanggar "kontrak" dengan bayaran mahal ini.<br /><br />Budiarta menyaksikan Arman mendudukan Sumiati yang kelihatan sangat terangsang dan terkesan menjadi "liar dan buas" itu, di tempat tidur. Dia sendiri berdiri di lantai. Penis besarnya kemudian diarahkan ke mulut Sumiati. Tanpa diminta dua kali, Sumiati yang mengira suaminya masih pergi, kemudian menjilat, mengulum, lalu mengisap benda yang sudah lama diidamkannya itu.<br /><br />Sangat rakus!<br />"Oh.. besar.. besar sekali.. punyamu besar," bisiknya bagai orang mengigau.<br />Budiarta melihat air liur istrinya bertitikan di buah dadanya sendiri yang kedua putingnya terlihat demikian tegang.<br /><br />Tidak hanya itu, Sumiati terlihat juga mulai menjilati seluruh bagian kelamin Arman. Seperti kedua kantung testikelnya yang berganti-ganti dijilat dan disedotnya. Kemudian kedua lipatan pahanya. Yang membuat Budiarta terpesona, dalam melakukan perbuatan itu, Sumiati terus berusaha memandang wajah Si Lelaki, seperti ingin mengetahui, bagaimana reaksi yang muncul dari perbuatannya. Dan setiap Arman menjerit keenakan, entah disengaja atau tidak.<br /><br />Sumiati juga ikut mengerang dengan mulut penuh itu, karena terangsang. Sumiati, Si Istri yang selama ini demikian pemalu, lugu, tertutup, penuh pengabdian, seperti telah berubah total. Budiarta menyaksikan bagaimana istrinya itu menarik tubuh Arman untuk ditelentangkan di tilam, lalu menjilati seluruh tubuh pria yang baru dikenalnya itu, kemudian menghisap dan mengocok penis besar Si pria keturunan Arab yang kelihatan perkasa. Dia tak mendengar bagaimana bisikan-bisikan yang dilakukan keduanya.<br /><br />"Mbak Sum kau ahli.. hisapanmu hebat.. ohh yahh.. kau pintar.. kau ingin itu? Kau mau punyaku?," bisik Arman.<br />"Mau.. kau punya besar.. aku mau..," bisik Sumiati diantara kesibukan mengisapnya.<br />Jelas itu ungkapan bawah sadarnya.<br /><br />Kocokan tangan Sumiati demikian cepat, membuat Arman menoleh ke arah pintu seperti ingin mengetahui bagaimana kondisi Budiarta. Pantatnya diangkat, menahan kenikmatan dari permainan si wanita yang kelihatan sudah bagai orang kalap akibat nafsu. Lelaki yang sangat berpengalaman dengan ratusan bahkan ribuan wanita ini menggeliat- geliat ingin melepas bendungan di dirinya.<br /><br />Dan Budiarta tiba-tiba merasa celana dalamnya mengetat. Penisnya bangkit! Oh cukup keras dan menggetarkan. Inilah saatnya. Pintu segera dia ketuk, bersamaan dengan pekikan Arman yang menggeliat-geliat dengan bagian kepala penis besarnya memenuhi seluruh mulut Sumiati. Wanita ini seperti mengerang dan dengan rakus menyedot serta menghisap habis tanpa sisa, sperma yang dengan keras kemudian disemprotkan dari mulut penis Arman. Budiarta mengetuk lebih keras pintu itu. Arman segera melompat bangkit. Membukakannya, di mana Budiarta kemudian langsung menerobos masuk, menindih istrinya yang penuh keringat, kemudian mulai mengambil apa yang menjadi haknya. Menikmati keperawanan Sumiati, menembus selaput daranya.<br /><br />Sumiati sendiri, bagai orang kesetanan, menyambut sergapan suaminya dengan jalan mengangkangkan pahanya lebar-lebar, menunjukan belahan bibir kelaminnya yang basah dan merah. Dia sudah kehilangan rasa malu dengan kehadiran orang ketiga di dalam kamarnya. Arman sendiri, sesuai perjanjian yang telah disepakati, segera keluar. Ketika dia menutup pintu. terdengar jeritan kesakitan bercampur kenikmatan yang sangat merangsang dari mulut Sumiati.............<br />pecahlah perawan itu........<br />selaput tipis yang selalu dijaga ketat oleh si empunya......<br />aaachhhh .....achhhhhh.....accchhhhhh....<br />hanya erangan erangan itu yang terdengar dari luar kamar...<br />rupanya dengan bantuan kontol lelaki lain........dapat menyembuhkan impotensi ........................<br />rasa syukur dari pak Budiarta.....tak terkira.............<br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-73274136115249373942008-05-06T09:49:00.000-07:002008-05-06T09:50:25.577-07:00Cerita Humor Gigi Masih Banyak...???<strong>Cerita Humor</strong><br /> Ada seorang laki-laki yang tersesat dihutan belantara,<br /> yang masih banyak hewan buasnya.<br /> Dia masih terus berjalan dan berjalan mengikuti kata hatinya.<br /> Tiba-tiba ia bertemu dengan seorang nenek-nenek yang mukanya<br /> sudah peot dan berambut putih semua, lalu dia berkata <br /><br /> Laki-laki : nek....(dengan nada bergetar takut)..<br /> boleh saya bertanya dimana jalan keluar dari hutan ini..??? <br /><br /> Nenek : oh....cucuku,<br /> bisa..bisa saja...tapi ada syarat yang harus<br /> kau tempuh...! <br /><br /> Laki-laki : apa..nek..semua syarat akan kulaksanakan<br /> asal saya bisa keluar dari hutan ini. <br /><br /> Nenek : kamu...harus berhubungan intim dengan aku<br /> dan harus sebanyak gigi yang ada dimulutku ini. <br /> baru kamu bisa keluar dari sini. <br /><br /> Laki-laki : !!?? tapi, baiklah nek... <br /><br /> Setelah sekali mereka melakukannya,<br /> Si nenek itu memperlihatkan yang kedua.<br /> Laki-laki itu berfikir ah...cuma dua aja kok..<br /> Dari pada ngga bisa keluar... <br /><br /> TAPI!!!!!!!<br /> Si nenek itu memperlihatkan gigi yang ada dibelakangnya...<br /> dan TERNYATA .....!!!!! AAAHHHAHHHHHHAH.Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-7609033503771795812008-05-06T09:47:00.001-07:002008-05-06T09:49:18.261-07:00Cerita Panas Gemes Deh<div align="justify"><strong>CERITA PANAS</strong>. Sejujurnya, cerita ini saya dedikasikan untuk seseorang di Jakarta, seseorang yang lama saya rindukan, Tira. Saya Anom, tinggal di kota B sejak 25 tahun yang lalu.. eh potong setahun waktu saya ikut program pertukaran pelajar. Tapi, berikut ini bukan cerita tentang pengalaman sex saya ketika ikut pertukaran pelajar itu lho ! Itu ada ceritanya juga (my first sexual experience though.. !), tapi nanti aja dulu… Sekarang simak aja yang satu ini dulu,<br />Keterangan : tulisan yang ditulis dengan tulisan miring merupakan cerita flashback.<br /><br />November 1998<br />Bandung lagi sering-seringnya hujan, becek dimana-mana. I hate it ! Cuaca ini membuat hampir setiap aku selesai kuliah harus bengong dulu di kampus, nunggu hujan reda, abis naik motor sih ! Hingga sore hari sekitar jam 16.00 hujan mulai reda. Pada saat aku sedang kesulitan menyalakan motor, (platina basah, maklum.. motor keluaran 1961), ada seorang cewek yang kukenal -tapi bukan di kampus ini- sedang berjalan di selasar depan lapangan parkir dengan wajah kusut masam. Betul itu si Tira ! Kupanggil dia, dan ia menoleh. Ia menyapaku sekedarnya dan berhenti berjalan. Sambil berlari kecil kuhampiri tuh cewek, "Halo ! Apa kabar loe ? Ngapain di sini ? Nyari data ?", tanyaku seperti berondongan senapan M-16. Dengan senyum sedikit ia menjawab, " Ya gitu deh ! Gue musti nyari data di Fakultas Arsitektur buat skripsi gue nih !" sambil tetap mengenakan wajah kusutnya. "Lho ? Kan loe anak psikologi ? kok nyari data di arsitek?", tanyaku cepat karena memang sudah sekian lama nggak ketemu nih anak dan secara tak sadar ingatanku melayang..<br /><br />Agustus 1998,<br />Di sebuah Sanggar Tari Bali di kotaku, ketika itu aku sedang menjemput sahabatku Jeannie (cewek blasteran Cina-Amerika) pulang latihan tari Bali. Telah berkali-kali aku menjemput Jeannie namun aku nggak pernah melayangkan perhatian pada cewek-cewek yang latihan di situ, abis cowok sendiri, males..<br />Nah, pada saat itulah aku dikenalkan oleh Jeannie kepada temannya, Tira. Cukup cantik, rambut sebahu, dengan tinggi sekitar 160cm, tubuhnya sangat proporsional, aku menebak vital measurementnya sekitar hmm… 34-27-34. Kulitnya putih berkeringat dengan pipi kemerahan segar, memakai kaos putih ketat dengan sarung Bali terikat santai di pinggangnya. Orangnya cuek abiss ! Cenderung sombong sih… but I liked her ! Pertemuan kita hanya segitu karena saya harus mengantar Jannie pulang dan aku pun harus bikin tugas buat besok. Sejak perkenalan kami, seringkali aku jemput sahabatku lebih awal dan seringkali aku masuk ke dalam sanggar untuk menonton mereka latihan. Ketika itu aku hampir selalu memperhatikan Tira yang menari dengan lekuk tubuhnya yang sangat lentur. Terpesona dengan keahliannya ia menari, sampai tak sadar Jeannie mengagetkanku,<br />"Dor ! Hahaha ! Loe jelék banget déh kalo lagi ngécéng, Nom !" ,éjéknya. Aku hanya kaget sebentar lalu kembali kepada posisi semula.. ngeceng dengan jeleknya !<br />"Ooo.. si Tira ya ?" tanyanya mengetahui bahwa aku sedang ngeceng si Tira.<br />Aku menoleh pada Jeannie lalu aku bilang aja langsung, " Iya nih ! Imut bener sih tuh anak? Gimana Jean kalo gue pacaran ama dia ?"<br />"Emang bisa loe ngedapetin die ?" tanya Jeannie sambil mencibir.<br />"Belon tau Anom loe Jean !", sahutku dengan pe-denya.<br />"Tuh anak susah banget Nom ! Udah punya cowok lagi !", katanya.<br />"Yaaaah…"sahutku dengan nada kecewa, namun langsung kulanjutkan, "Berarti semakin tertantang dong !huahaha !"<br />"Apaan yang bikin loe semakin tertantang ?" tanyanya lagi. Aku masih belum sadar bahwa itu bukan suara Jeannie.<br />" Ya semakin tertantang buat ngedapetin si Tira doong !" sahutku yakin namun keyakinanku itu hanya sedetik karena kulihat Jeannie sedang memelototiku dengan wajah menahan tertawa. Dan ketika itulah aku sadar bahwa Tira sudah berada di belakangku dan Jeannie. Aku menoleh dan kulihat wajah manis itu tersenyum ke arahku.. huwalaaaaaaahhhh !<br />Dan sejak itulah aku mulai dekat dengan Tira, meski hanya sebatas teman. Untung cowoknya di Jakarta jadi tidak pernah ketahuan (gosipnya cowoknya cemburuan !). Selang dua minggu kemudian Jeannie punya cowok, tapi aku masih sering ke sanggar tari itu, namun kali ini bukan untuk ngejemput Jeannie tapi ngejemput Tira ! Namun sejak awal September, aku kehilangan kontak dengannya karena ia pergi berlibur dengan cowoknya ke Australia. Sejak itu aku nggak pernah bertemu dia lagi hingga saat redanya gerimis ini.<br /><br />"…Gue nyari data tentang efek ruangan terhadap perilaku manusia.." katanya.<br />"Hah ? Apaan ?", jawabku tersadar dari lamunanku.<br />"Huahahaha !", mendadak aku dikejutkan oleh tawanya yang renyah dan khas dari bibir seorang Tira.<br />"Masih sama aja blo’on-nya loe tuh ya ! Hahaha !", sambungnya.<br />Sambil menggaruk-garuk ranbut gondrongku yang tidak gatal aku tersenyum salah tingkah. Hari itu akhirnya aku berhasil menyalakan motorku dan mengantarkan dia ke tempat les bahasa Perancis. Karena sudah terlambat, aku belum sempat menanyakan kost dimana dia sekarang, jadi hilanglah lagi kontakku dengannya.<br />Sampai pada suatu hari aku menyempatkan diri untuk mengunjungi bekas guru Aikido ku ketika ia sedang mengajar di salah satu gelanggang olah raga di kotaku.Ketika aku memasuki ruang besar itu, kulihat sekitar 30 orang sedang berlatih berpasang-pasangan dan saling membanting. Takeshi Kawamura sedang memberikan aba-aba, dan melatih. Aku berdiri di pinggir ruangan sambil melepas jaket kulitku dan menggantungkannya di salah satu tiang volley. Kuperhatikan mantan guruku itu tidak berubah juga penampilannya, seorang Jepang gendut umur 30-an yang berimigrasi ke Indonesia hanya untuk mengajarkan Aikido, wah idealis sekali kedengarannya, tapi ya begitu tampaknya. Ia tidak memperhatikan kedatanganku sampai ketika ia berbalik badan menghadapku, ia melihatku dan serta merta membungkuk memberikan hormatnya kepadaku. Akupun memberi hormatku kepadanya, tindakan mendadaknya itu membuatku malu karena pasti aku disangka murid-muridnya lebih tinggi tingkatannya dari gurunya itu. Lalu ia memberikan aba-aba untuk beristirahat, dan dengan tersenyum ia mendekatiku, "Apa kabar Anom?"<br />"Baik-baik saja sensei.." jawabku dengan hormat.<br />"Bagaimana dengan krub beradiri di kampusmu itu ? Masih jaran ?", tanyanya tetap dengan suara dan aksen jepangnya yang lantang, membuatku malu dihadapan sekian banyak orang yang langsung melihatiku mendengar pertanyaan eks-guruku itu.<br />"Baik sekali sensei ! Bahkan kami sudah bertambah banyak anggotanya.", jawabku ramah.<br />"Bagus.. bagus ! Tapi semestinya kamu tidak berhenti ratihan Aikido, Anom !" tanggapnya.<br />"Ya, tapi sensei tahu sendiri bahwa aku merasa tidak cocok dengan Aikido.." jawabku.<br />Ketika aku selesai menjawab itulah, guruku itu tersenyum aneh kepadaku, aku bertanya-tanya dalam hati, "Ada apa nih ? Kok senyam senyum gak jelas gitu sih dia ?", sekitar 10 detik ia masih tetap tersenyum, dan ….ngekk ! Sebuah cekikan keras di leher dari belakang dan tanganku terkunci kebelakang badan membuatku sulit bernafas dan tak dapat bergerak. Secara refleks aku melakukan satu sikap beladiri yang sangat cepat dengan melakukan irimi (langkah dasar dalam ilmu beladiri Aikido), lalu mengatasi kuncian dan cekikan itu, kukunci balik orang yang mencekikku dari belakang, ketika aku meraih tubuhnya dibelakangku aku merasakan bahwa yang menyerangku ini adalah seorang perempuan, namun ia sudah terlanjur melayang setinggi satu setengah meter di udara ! Secepat kilat kuraih kembali tubuhnya dan kuarahkan arah jatuhnya kesamping dan kutahan punggungnya dengan tangan kiriku sementara tangan kananku sedang mengunci lengannya. Dengan posisi kedua tanganku yang tidak menguntungkan ini kubiarkan kami jatuh berguling-guling ke samping di atas tatami (tikar Jepang), hingga pada akhirnya posisiku berada diatas memegang kedua pergelangan tangannya. Serta merta aku kaget setengah mati bahwa yang menyerangku adalah…Tira !<br />"Gila kamu, Ra !" sahutku kaget ..<br />Posisi tubuhku yang rebah menelungkup tubuhnya ini membuat jarak antara wajahku dengan wajah Tira hanyalah tinggal 3 cm lagi ! Yang lebih membuat aku berdebar-debar adalah bahwa tubuh kita saling bertindihan. Lalu ia tersenyum manis sekali dengan mata sayu, wajahnya sangat khas dengan pipinya yang kemerahan. Melihat senyumnya itu aku terkesima dan tak dapat bergerak, cantik sekali ! Tak sadar, ‘adikku’ mulai berdiri dan mendesak di dalam celana jinsku. Tampaknya Tira menyadari hal itu, dan bukannya segera melepaskan dirinya dari dekapanku, ia malah semakin mendesakkan pinggulnya ke tubuhku, sehingga selangkanganku pun semakin tertekan dengan selangkangannya, untung gerakan ini tidak terlihat orang lain. Tira menggunakan celana silat dengan bahan kanvas tipis (bahan twill) yang secara langsung membuatku dapat merasakan tonjolan bukit venusnya dan belahan lunak dibalik celananya itu. Merasa sudah terlalu lama dalam posisi itu aku langsung berguling ke samping, berdiri dan mengulurkan tangan untuk membantunya berdiri. Setelah berdiri, aku masih bengong menyadari apa yang telah kami lakukan tadi, ketika kulihat lagi, ia sudah berlalu sambil tersenyum dan memberikan tanda padaku untuk menunggunya sampai selesai latihan.<br />Masih dalam keadaan bengong tak kusadari ada yang bergerak-gerak disampingku, kulihat mantan guru Aikidoku sedang terkekeh-kekeh sendiri melihat kejadian tadi, dan ternyata semua orang sedang tersenyum sambil memperhatikanku. Waduh malunya !!!<br /><br />19.15 BBWI<br />Malam itu aku menunggunya sampai selesai latihan, lalu kami bertemu kembali di luar gedung, berjalan menuju lapangan parkir, diam seribu bahasa, namun ia tetap tersenyum manis.<br />"Ra, kok gue gak pernah tau loe belajar Aikido sih ?", celetukku memecahkan suasana, ia hanya tersenyum sambil menunduk. Sesampainya di samping motorku, aku bingung bahwa aku hanya membawa satu helm.<br />"Waduh, Ra ! Gue cuma bawa satu helm nih ! gimana dong ?" tanyaku menyadari bahwa helmku hanya satu.<br />"Biarin aja ! Udah malem ini, gak akan ada polisi ! Lagian gue boleh dong nyobain ‘helm’ loe? Yang satu-satunya itu kan ?", tanyanya dengan menekankan kata ’helm’ lebih jelas.<br />"Hah ?", baru saja aku masih kaget dengan peristiwa barusan, kini dikagetkan lagi dengan pertanyaannya yang ‘geblek’ itu. Dengan tololnya kujawab, "boleh..nih gue pasangin..", sambil mengenakan helmku itu dikepalanya. Ia tertawa kecil dan membiarkan aku memasangkan tali pengikat helmku di lehernya yang putih mulus itu.Sembari kuikatkan tali helmku itu, aku sadar betul bahwa ia tetap memandangiku dengan tersenyum nakal.<br />"Hihihi… lucu banget sih loe !", katanya. Aku nggak ambil pusing dengan pertanyaannya dan langsung menyalakan motorku, lalu kita boncengan pulang. Di jalan ia bertanya lagi dengan sablengnya,"Cuma segini kecepatan motor loe ?".<br />Masih dengan perasaan yang tak karuan dan mulai kesal dengan dipermainkannya diriku, aku langsung tancap gas. Motor tuaku itu memang mengerti perasaanku, ia melesat cepat bagaikan angin di sepanjang jalan protokol di kotaku itu.<br />"Wuih ! Kenceng banget !", sahutnya agak ketakutan kini, rasain ! kataku dalam hati… baru tahu rasa kamu !<br />"Makanya ! Pegangan dong ! Kalo nggak nanti ketinggalan lho ! Hahahaha !", ledekku puas karena akhirnya bisa membalas jahilnya itu. Tanpa disangka, ia memeluk pinggangku dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya memeluk lengan bawah ke arah bahuku dan meletakkan dagunya di pundakku, posisi sedekat itu membuat dadanya mendesak punggungku.. empuk sekali !<br />"Gila ! Masih sempat di jahil di saat seperti ini ?", pikirku dalam hati.<br />"Hey ! Tangan kanan loe jangan meluk tangan gue dong ! gue kagok nih nyetirnya ! Rada kebawah dong !" teriakku di tengah deru mesin dan angin.<br />"Oke, sayaaaaang !", sahutnya menggodaku (lagi..!), dan… ia meletakkan tangannya tepat di selangkanganku !!!<br />Huwalaah ! Gila kupukir nih cewek ! Aku hanya terbengong-bengong dan tetap memperhatikan jalan di hadapanku.<br />"Lho ? Kok tegang ?", katanya.<br />Ternyata ia memperhatikan mimik wajahku dari kaca spionku. Sialaaaan !! Lalu aku cepat menguasai diri, dan hanya tersenyum sedikit ke arah wajahnya di spion tempat ia memperhatikanku.<br />"Gimana nggak tegang ! Jarang ada cewek yang gue bonceng, pegangan ke situ !" jawabku enteng sudah bisa menguasai keadaan hatiku yang nggak karuan ini.<br />"Tapi sekarang sih udah gak tegang lagi kok…biasa aja tuh !", lanjutku.<br />"Kenapa dong masih keras ?hi.. hi..hi..!", katanya sambil agak meremas genggamannya di selangkanganku. Ya ampun ! Jadi maksud kata ‘tegang’ itu maksudnya adalah batangku ? Ampun nih cewek maksudnya apa sih ? Aku merasa dilecehkan sekali, wajahku mulai cemberut dan mangkel rasanya. Tampaknya ia menyadari hal itu, namun ia tidak mengendurkan genggaman tangannya di selangkanganku !<br />Kami tidak berbicara apa-apa lagi kecuali mendengar petunjuk-petunjuk arah jalan menuju tempat kostnya. Sesampainya di tempat kostnya, is melepaskan helmku, dan turun dari motor. Ia menyerahkan helmku itu kepadaku sambil berkata, " I had a great.. even short.. time with you ! Nice bike you’ve got there !"<br />"You just realized huh ? What this cute thing can do ?", sahutku cuek-cuekan sambil menepuk-nepuk tangki motorku. Ia tersenyum sedikit lalu ia membuang pandangannya ke samping, sambil terus berdiri disampingku tanpa melakukan atau berkata apa-apa.<br />"What the hell does this chick want from me ? A kiss ?", tanyaku dalam hati. Masih saling berdiam beribu bahasa, ia mengajakku untuk masuk dulu ke dalam untuk secangkir kopi atau the. Kuterima saja tawarannya, sambil menghangatkan tubuh di malam dingin ini. Anyway, it’s a long way home dari tempat kost dia ke rumahku.<br />Aku duduk di sudut tempat tidurnya, kamarnya tertata rapi sekali, dihiasi dengan berbagai macam jenis poster artistik, tampaknya ia sangat menyukai kesenian. Ia pergi ke dapur untuk membuatkanku kopi. Kuperhatikan terus kamarnya, meja belajar, dengan sederet jadwal kegiatannya selama seminggu, kayak aktivis aja deh! Penuuuh banget dengan kegiatan kursus, les, kuliah, jadwal fitness dan lain-lain. TV, Playstation™, VCR, CD Player dan sound system. Hingga mataku tertumbuk pada salah satu benda di atas speaker… sekotak kondom DUREX® ! Buat apa ada kondom di sini ? Jangan-jangan…?<br />Aku tak berani menggeratak barang-barang lainnya, cukup kaget aku untuk mengoprek-oprek lagi. Kulanjutkan penelitianku tadi dan di kepala tempat tidurnya kulihat deretan foto-fotonya, dengan keluarga, dengan pacarnya (hmm.. ganteng juga cowoknya, gede lagi badannya !), dan di deretan paling kanan kulihat benda yang sangat familiar bila kubuka site-site pono di internet… sebuah vibrator ! Pertama kali aku melihat benda itu secara nyata semenjak terakhir aku pulang dari Amerika tahun 1994 ! Warnanya putih gading dengan gerigi sedikit pada bagian tengah batangnya. Baru saja aku memberanikan diri untuk beranjak untuk mengambil benda itu, Tira kembali sambil membawakan dua cangkir kopi panas. Kuurungkan niatku untuk melihat benda itu..<br />"Sorry, lama. Abis kompornya susah nyala tuh !", sahutnya gembira, sambil meletakkan cangkir-cangkir kopi itu di meja belajarnya, lalu menutup pintu kamar serta menguncinya. Pura-pura tidak melihat apa-apa, aku pun menyahut, "Waah ! Sorry nih udah ngerepotin..".<br />"Nggak kok ! Nggak repot.. eh gimana kuliah loe ?", tanyanya.<br />"Baik-baik aja. Mungkin semester depan aku mulai nyusun skripsi nih !", jawabku basa-basi.<br />"Ooh.. baguslah ! Gue sih lagi nyusun sekarang ini !" ,katanya lagi.<br />"Wah ! Canggih juga ya loe ? Nyusun sambil kursus ini itu ! Emang sempet ?", tanyaku tercengang.<br />"Sempet dong ! Atur waktu aja !", sahutnya yakin, "Eh, Nom ! Gue mandi dulu ya ? Lengket nih keringetan !", katanya lagi sambil mnggosok-gosok tangannya.<br />"Lho ? Kan yang lengket-lengket itu enak lho !", sahutku ngawur.<br />"Dasar !", umpatnya sambil memukul lenganku agak keras, lalu berlalu ke kamar mandi. Namun sampai akhirnya terdengar suara siraman air, pintu kamar mandi di kamarnya belum juga ditutup. "Woy ! Kapan mandinya ? kok cuci kaki melulu ?", tanyaku tidak sabar menunggunya terlalu lama, kusangka ia tengah mencuci kakinya dulu sebelum mandi.<br />"Ini juga lagi mandi, blo’on !", jawabnya membuatku tertawa tidak percaya. Sambil beranjak berdiri, aku nyahut, "Kalo gitu aku ikutan nyu….", tak kulanjutkan kata-kataku, dan bengong memandangnya.<br />"Nyu.. apaan ? Nyuci ? Nyuri ?", jawabnya santai.<br />"Aa..aa..eeh..", tanpa dapat berkata-kata aku bengong melihatnya dari atas sampai bawah, ternyata benar… ia sedang mandi ! Tubuhnya terbungkus oleh busa sabun, rambutnya diikat ke atas, dan dari lekuk dan postur tubuhnya, ia memang ‘a masterpiece’ !!!<br />"Aa.. uu..aa..", masih belon bisa berkata-kata aku bengong terus dan tercengang menyaksikan pemandangan indah di hadapanku. Sambil terus menyabuni tubuhnya, ia menggosok bagian bawah lengannya, tampaknya ia menyadari ketercenganganku itu, ia berhenti bergerak, tangannya diturunkan ke samping tubuhnya, lalu naik sambil merayapi kulit putih mulusnya, naik terus hingga ia memegang buah dadanya yang membulat (meskipun sudah agak turun sih..), dan mulai memainkan jari-jarinya pada putting susunya. Aku masih saja terpaku hingga akhirnya pandanganku bertabrakan dengan matanya. Ia tengah tersenyum dengan mata sayu sama persis dengan kejadian di tempat latihan Aikido tadi. Aku terpesona oleh kejelitaannya, terpesona oleh aura indah yang dipancarkannya, terpesona oleh pendar birahi yang dinyalakannya…<br />Tiba-tiba ia bergerak cepat sekali ke arahku dan segera saja aku tersadar dari buaian melenakan itu, namun tanpa sempat berbuat apa-apa, mulutnya sudah menyumpal mulutku, dan memainkan lidahnya didalam mulutku. Secara naluri, akupun membalasnya dengan bernafsu. Kugigit-gigit bibir bawahnya, kubelai-belai rambutnya yang setengah basah tersiram air sedikit rupanya, dan ia pun merspon hal yang sama. Kulanjutkan ciumanku pada bibirnya, kumainkan bibirku secara cepat lalu melambat lalu cepat lagi, begitu terus, dan ciumanku mulai merembet ge dagunya, lalu ke lehernya (untung belum disabuni !), lalu ke telinganya, kujullurkan lidahku kedalam telinganya, dan kugelitik mesra sambil tetap kubelai rambut dan wajahnya. Sambil kugigiti cuping telinganya, ia menggigit pundakku agak keras, matanya terpejam menikmati perlakuanku padanya. Hingga pada suatu saat, kupandangi wajahnya, mata kami pun beradu. Tanganku mulai turun membelai leher, pundak, lengan, dan pinggangnya. Lalu kubuka kanjing dan retsleting jinsku, ia membantunya dengan tetap mata kami saling berpandangan. Nafas kami sudah sangat memburu dan sulit diatur. Diturunkannya jinsku, lalu kurasakan jemarinya menyusup ke dalam celana dalamku, ia menemukannya ! Digenggamnya batang kejantananku, lalu ia mulai meremasnya perlahan, lalu makin keras ! Lalu ia mulai menggosoknya naik turun, karena tangannya masih bersabun, maka gerakannya makin lancar dan licin. Aku menikmati permainan tersebut tanpa melepas pandangan dari matanya.<br />Tangan kananku pun mulai naik membelai tubuhnya, melewati dadanya dan berhenti pada buah dadanya, kumainkan sedikit dengan jemariku sementara tangan kiriku kuturunkan ke pantatnya dan meremasnya perlahan. Dengan tetap berpandangan, kudengar nafasnya sudah mulai memburu dan terengah-engah. Tangannya yang begitu nakal memainkan penisku itu membuatku bergetar nikmat. Pada saat itulah jari-jari tangan kananku mulai memutar-mutar putting susunya secara perlahan. Ia mendesah tanpa berkedip, aku pun begitu. Kuturunkan tangan kiriku tadi dari pantatnya dan mulai menjalari tubuh bagian depannya, kusentuh kulit bagian bawah pusarnya dan ia bergerak sedikit kegelian. Tangan kirinya yang masih menganggur itu ia turunkan untuk memegang tangan kiriku dan menuntunnya ke bawah ke arah selangkangannya. Kutangkap pesannya, kuturunkan perlahan menyusuri bulu-bulu halus yang diselubungi busa sabun itu dan akhirnya kurasakan sesuatu yang sangat lembut, hangat dan basah, aku tak perduli apakah basah karena busa sabun atau cairan kewanitaannya ! Mulailah kumainkan jari tengahnku langsung menggosok-gosok dan menekan klitorisnya yang sudah mengeras. Ia bergetar keras dan mulai mengocok penisku cepat. Aku pun melakukan hal yang sama, kupercepat gerakan jariku sambil terus berpandang-pandangan. Tangan kananku meremas buah dadanya yang indah sembari sesekali memijit-mijit putingnya bergantian kanan dan kiri.<br />Nafas kami sudah sangat cepat sekarang, ia mulai merem melek, akupun begitu. Pinggul kami bergoyang cepat mengikuti irama gerakan tangan masing-masing. Hingga suatu saat kurasakan desakan yang sudah tak asing lagi di daerah selangkanganku. Darahku berdesir cepat, dan ia pun begitu. Matanya mulai melotot dan pinggulnya bergerak semakin liar (teman-teman menyebutnya UWH : Unpredictable Wiggling Hips !), lalu ia berbisik di telingaku, "Nom, kayaknya aku mau sampai ..Nom.. tolong Nom.. dikit lagi Nom..hiiihh !".<br />"Aku juga Ra, ohh.. aku juga !", erangku menahan nikmat. Hingga pada suatu saat ia mendadak mencium bibirku dalam sekali, tiba-tiba terdengar ketukan di pintu kamarnya dan,<br />"NENG TIRAAA !! ADA TELEPON !! DARI MAS ARIII ! ",panggilan itu terdengar seperti suara bom tepat disamping telingaku ! </div><div align="justify"><br />Kami pun saling melotot, dan menghentikan aktivitas kami itu. Kami saling berpandang-pandangan, dan sekali-lagi,<br />"NEEENG ! ADA TELEPOOON !", sahut pembantu kostnya itu.<br />"I..hh..IYA SEBENTAAARRHH..hh..!", sahut Tira menjawab dengan masih terengah-engah.<br />"EMMH.. BI..BILANG SURUHH.. TU.. TUNGGUU..hh !", sahutnya lagi. Kami secara perlahan melepaskan tangan kami dari tubuh masing-masing. Ia berpaling dan menyuruhku untuk keluar kamar mandinya, aku menurut. Entah perasaan apa yang kurasakan saat itu. Yang aku tahu ia bergegas memakai kimononya keluar kamar mandi, melewatiku tanpa menengok atau bahkan melirik ke arahku. Aku duduk terhenyak di samping tempat tidurnya dan menunggunya kembali. Mataku bengong menatap karpet di hadapanku. Sampai beberapa saat kemudian ia kembali menutup pintu dan menguncinya lalu menyandarkan punggungnya di daun pintu. Matanya menatap langit-langit kamar. Nafasnya sudah teratur kini.<br />Kami diam seribu bahasa.<br />Lalu aku berdiri, mengambil jaketku, mamakainya dan bergegas menujunya yang tengah bersandar di pintu. </div><div align="justify"><br />"I’d better go.. I guess..", kataku pelan sekali. Ia tak menjawab, tapi hanya mengangguk kecil lalu sambil menundukkan kepalanya , lalu ia bukakan pintu untukku.<br />"Thanks ! You’re a great coffee maker !", candaku kecil. Ia hanya tersenyum sambil menunduk.<br />Lalu kudekati wajahnya, dan kukecup bibir tipisnya perlahan sekali.<br />Ia diam saja, pasif..<br />"I think I’ve got stuck on you now, Ra !", kataku lagi sambil berlalu. Tak ada kata-kata dari bibirnya, ia tetap menunduk dan menutup pintu kamarnya.<br />Kunyalakan motorku, dan tiba-tiba saja jalan raya sudah di hadapanku..<br />Kupacu motorku sekencang-kencangnya kembali ke rumahku..<br />Malam ini dingin sekali rasanya ..<br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-65458197602265112712008-05-06T09:46:00.000-07:002008-05-06T09:47:11.087-07:00Cerita Panas Gara-gara Kunci Rumah Tertinggal<div align="justify"><strong>CERITA PANAS</strong>. Namaku Hendriansyah, biasa dipanggil Hendri. Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas II SMA, di kota Jember, Jawa Timur.<br /><br />Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nia Ramawati namanya, tapi ia biasa dipanggil Ninik. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Ninik. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu. Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.<br /><br />Keindahan tubuh Mbak Ninik tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Ninik memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.<br /><br />Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Ninik selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam. Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Ninik jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Ninik. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.<br /><br />Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.<br /><br />"Waduh kunci terbawa Baron," ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam."Lho masih di luar Hen.."Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Ninik baru pulang.<br />"Eh iya.. Mbak Ninik juga baru pulang," ucapku membalas sapaannya."Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun," jawabnya."Kok kamu tidur di luar Hen.""Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk," jawabku.Sebetulnya aku berharap agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Ninik membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.<br /><br />"Kenapa Mbak, pintunya macet..""Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya." jawab Mbak Ninik."Kamu bisa membukanya, Hen." lanjutnya."Coba Mbak, saya bantu." jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya.<br /><br />"Kletek.. kletek..." akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.<br />"Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana.""Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver," ucapku bercanda."Terima kasih ya Hen," ucap Mbak Ninik sambil masuk rumah.Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Ninik keluar dan menghampiriku."Tidur di luar tidak dingin. Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen," kata Mbak Ninik."Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, "jawabku basa-basi."Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo."Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.<br /><br />"Mbak, saya tidur di kursi saja."Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.<br />"Ini bantal dan selimutnya Hen."Aku tersentak kaget melihat Mbak Ninik datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek."Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju," ujarku."Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa."<br />"Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa," ujarku menggoda.<br />"Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku," kata Mbak Ninik sambil masuk kamar.<br /><br />Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Ninik hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Ninik. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu. Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Ninik. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Ninik tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.<br /><br />"Kurang hangat selimutnya Hen," kata Mbak Ninik."Iya Mbak, mana selimut yang hangat," jawabku memberanikan diri.<br />"Ini di sini," kata Mbak Ninik sambil menunjuk tempat tidurnya.<br />Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Ninik ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Ninik yang tertutup kain tipis itu.<br /><br />"Sudah jangan bengong, ayo sini naik," kata Mbak Ninik.<br />"Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik," kata Mbak Ninik saat aku hendak naik ranjangnya.Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri."Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat," katanya.<br />"Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong," kataku."OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku."<br />Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Ninik mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Ninik penisku sudah berdiri.<br /><br />"Ayo bukalah bajuku," kata Mbak Ninik.Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.<br /><br />Setelah Mbak Ninik benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Ninik yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Ninik rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.<br /><br />"Oh, Hen nikmat sekali rasanya.."Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Ninik. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Ninik. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Ninik yang merah.<br /><br />"Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya," katanya.<br />"Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue," jawabku.Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Ninik. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Ninik. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Ninik. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Ninik.<br /><br />"Naik ranjang yuk," ucap Mbak Ninik.Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Ninik tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Ninik. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum. Mungkin Mbak Ninik rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Ninik menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.<br /><br />"Masih belum puas menjilatinya Hen.""Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati.""Ganti yang lebih nikmat dong."<br />Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Ninik yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Ninik.<br /><br />"Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..""Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah.."Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Ninik. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur."Mbak Ninik.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah.."Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Ninik semakin menggeliat keasyikan.<br />"Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah.."<br /><br />Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Ninik memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Ninik memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya. Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Ninik. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.<br /><br />"Oh.. Mbak Ninik.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh.."<br />Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Ninik. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Ninik.<br />"Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..""Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah..."Mbak Ninik rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Ninik mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Ninik disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.<br /><br />"Mbak Ninik.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..""Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt.."Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Ninik melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya. Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Ninik kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.<br /><br />"Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih," kata Mbak Ninik.Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku."Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan," jawabku.Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Ninik. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.<br /><br />"Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen...""Mbak Ninik.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii.."Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Ninik membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Ninik bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Ninik berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.<br /><br />"Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi.."<br />Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Ninik yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Ninik."Oh, Mbak Ninik.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..""Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat.."<br /><br />Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.<br /><br />"Kamu nggak sekolah Hen," tanya Mbak Ninik."Sudah terlambat, Mbak Ninik tidak bekerja.""Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang.."Kemudian Mbak Ninik pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Ninik tetap nikmat. Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.<br /><br />Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Ninik dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Ninik, orang tuaku tidak tahu. Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi. </div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-69296383892402435662008-05-06T09:44:00.000-07:002008-05-06T09:45:49.116-07:00Gara-gara Duit GocapSeorang suami yang sedang asik dengan istrinya,<br /> tiba-tiba dikagetkan dengan gedoran pintu anaknya.<br /> "Paakkk..bapak, minta duit gocap dong, buat beli layangan..."<br /> Terpaksa, ia menahan diri sedikit.<br /> Gagal deh hari ini, pikirnya.<br /><br /> Besoknya, ia mulai lagi.<br /> Pada saat udah setengah tiang,<br /> tiba-tiba anaknya menggedor pintu lagi.<br /> "Pakkkkkk, minta duit dong, buat beli layangan,<br /> mosok gocap aja nggak di kasih..."<br /> Jengkel dia, terpaksa hari ini juga gagal lagi.<br /><br /> Besoknya, diulangi lagi,<br /> kali ini pas lagi hampir-hampir - hhheeeh..- tiba-tiba anaknya<br /> nggedor pintu lagi, kali ini lebih keras.<br /> "Paaaakkkk, minta duit gocap dooooong, buat beli layangan..!!"<br /> Tapi, rupanya si bapak ini udah nggak bisa nahan lagi.<br /> Pikirnya, ah biarin aja, bodo amat, nanggung nih...<br /> Pada saat hampir puncaknya, tiba-tiba pintu didobrak.<br /> Terpaksa deh, ia cabut dan "melezit" pada saat di luar.<br /> Si bapak ini langsung dengan jengkelnya ngomel,<br /> "Lihat tuh, gara-gara duit gocap, adikmu bececeran di dinding..!!!!"Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-72733013487558106112008-05-03T07:02:00.001-07:002008-05-03T07:03:52.717-07:00Cerita Panas Kegadisan Yulia<div align="justify"><strong>CERITA PANAS INDONESIA</strong>. Waktu diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa bangga terhadap diriku yang ceria, supel, riang, penuh canda dan memiliki keindahan yang ada di dalam diriku. Tidak jarang aku berkumpul dan berjalan-jalan dengan kenalan baru, untuk saling mengetahui hal-hal yang baru. Aku di sekolah memiliki teman yang cantik dan seksi, sebut saja namanya Rina, tetapi diriku memiliki lebih dari apa yang dimilikinya. Temanku memiliki tubuh yang ideal, tinggi diatas 165 cm, berat 40 kg lebih, kulit putih mulus, bokong yang padat, dan yang paling kami banggakan adalah keindahan kedua buah dada yang kami miliki (34B lebih ukurannya), terkadang kami suka memakai pakaian yang pedek dan ketat untuk dapat memamerkan apa yang kami miliki, dan tentu saja indahnya tubuh kami sering dipuji. Bangga rasanya dapat menarik perhatian orang, yang terkadang tidak berkedip melihatku.<br /><br />Sebut saja namaku Yulia, aku sangat akrab dan saling berbagi dengan temanku ini, walaupun itu hal yang kecil dan sepele. Di sekolah dan sepulang sekolah, rasanya seperti perangko saja, jarang berjauhan dan selalu terlihat bersama, dan tidak jarang kami menginap bergantian. Kalau sedang berdua, kami sering membandingkan sosok tubuh kami, apa yang kurang dan apa yang lebih. Kami membandingkan tubuh dengan berbagai macam jenis pakaian, dari yang dapat memperlihatkan indahnya tubuh dan pakaian yang benar-benar tertutup.<br /><br />Dia sering bercerita apa yang sering dilakukannya dengan pacarnya, sampai ke hal-hal yang disukainya. Saat kami duduk berdua, dia menceritakan bagaimana dia merawat dadanya, dia mengajarkan bagaimana menghindari penyakit kanker payudara. Rina mengajarkan cara memijat dan lain-lain. Dia mengatakan kalau wanita menyusui sangat minim untuk terkena kanker. Dengan berbisik, Rina mengatakan kepadaku cara menjaganya dengan cara lain, tetapi lebih suka bila dibantu.<br />Dia berbisik lagi, "Dibantu dengan pacarku."<br />Lalu kubertanya, "Bagaimana..?"<br />"Sepeti ini (tanganya lalu meremas-remas dadanya) dan kadang dihisap, awalnya aku risih, tapi karena aku suka, jadi aku menyenanginya (pacarnya dan caranya)."<br />"Aku bingung.., seperti apa sih..?" jawabku.<br />"Bodoh kamu..!" kata Rina, lalu dia melepaskan pakaiannya dan memang bentuknya indah, aku saja terkagum-kagum, apa lagi pacarnya, buah dadanya mulus dan terlihat padat.<br /><br />Lalu dia melepaskan BH yang menutupi keindahan dadanya. Kedua dada yang padat dan kedua puting yang merah terlihat lembut. Lalu tanganya meraba-raba, meremas-remas kedua puting yang terlihat bulat, akhirnya kedua puting payudara itu mengeras dan kedua dadanya tegang.<br />"Seperti ini..." katanya.<br />Dan dia memainkan puting yang merah itu sambil berkata, "Dia menghisap ini dengan nafsu, dan lembut juga lidahnya memainkan ini, nikmat loh..!"<br />"Apa nikmatnya..?" kataku.<br />Lalu dia menghampiriku dan tanganya meraba dadaku (yang ukurannya lebih besar dari miliknya), "Seperti ini loh Non.., dadamu boleh juga ya..?" kata Rina sambil tersenyum dengan peragaan kedua tangannya.<br />Rasanya aku tidak menyuka hal seperti ini, tetapi perlahan-lahan aku rasakan nikmat.<br />"Awalnya risih, tapi lama-lama rasanya lumayan, enak juga..!" kataku.<br /><br />Kemudian kulihat tatapan matanya ke wajahku, rasa ingin berbagi pengalamannya terlihat.<br />"Bolehkan kubagi pengalamanku..?" sahut Rina dengan rasa penasaran, "Biar kamu tau yang kunikmati dari pacarku.." sambungnya dengan rasa ingin memberitahunya yang tinggi.<br />Aku berpikir dan rasanya penasaran juga, "Seperti apa sih..?" tanyaku dengan sikapku yang ingin mengetahui lebih lagi.<br />Lalu Rina meremas, dan kemudian mengangkat kaosku, sehingga BH-ku yang berenda dan berwarna krem dapat ditonton.<br />Rina melihat dan memujiku, "Kalau kamu punya pacar pasti suka dengan yang satu ini.. (dada berukuran 36 yang putih dan mulus)"<br />Dia pun melepaskan kedua kaitan bra-ku, bra yang tadinya menutup dengan sesak kedua buah dadaku, akhirnya diangkat bersama kaosku, sehingga tiada sehelai kain pun menutupi dadaku yang tertutup sesak, dan seakan dadaku sekarang lepas dan terlihat mengembang. Memang ukuran yang aslinya lebih besar dari bra yang kupakai.<br /><br />Lalu tangan Rina merangkulku, tangannya meraba-raba dadaku sambil berkata, "Kayak ini loh non.."<br />Kemudian dia memainkan putingku, wajahnya menghampiri dadaku yang satunya, lalu bibirnya mulai mencium putingku. Setelah beberapa lama, kurasakan sesuatu yang nikmat.<br />"Nikmat Rin..." sahutku kepada Rina.<br />"Lanjut ya..?" sahut Rina sambil mulutnya melanjutkan tugasnya.<br />Putingku yang merah dan mengeras akhirnya masuk ke dalam mulut Rina. Kurasakan kelembutan dan kenikmatan, sehingga rasanya tubuh ini pasrah untuk dinikmatinya. Dadaku pun mengeras, kurasakan titik kenikmatan dari putingku yang menyebar dan mengalir ke seluruh tubuhku. Sesaat kurasakan kenikmatan itu mengalir ke bagian tengah tubuhku, tepatnya diantara kedua paha tepat di bawah perut yang tertutup bulu-bulu hitamku yang lembut. Rasanya terbang tinggi tanpa sadar. Aku merasakan puncak pertamaku, walau itu hanya dari cumbuan. Rasanya ingin terulang kembali.<br /><br />"Terima kasih ya..!" kuucapkan kepada Rina.<br />"Senang rasanya dapat berbagi dan memberi tau kamu.." ucap Rina.<br />Lalu kami mengenakan pakaian lagi.<br /><br />Hari pun terus berganti, Rina terus membagi pengalamannya kepadaku. Dia terus mengajariku banyak hal. Pernah dia bercerita tentang hal yang tidak pernah lepas disaat dia bersama pacarnya, yaitu berciuman. Dia bercerita kalau pacarnya sekarang bukan yang pertama, dia sudah mengenal beberapa bibir yang membuat kenangan padanya.<br />"Apa nikmatnya kissing.., kenapa kamu suka..?" sahutku ke Rina dengan rasa penasaranku.<br />"Makanya pacaran biar tahu, kamu mau tau..?" jawab Rina.<br />"Sebenarnya udah banyak cowok yang ngajak pacaran, tapi aku belum mau aja..!" balasku.<br /><br />Aku terus mengungkapkan rasa penasaranku ke Rina, Rina pun memberi respon, dan dia berkata, "Kamu mau kalo aku kasih tau, aku praktekin..?" katanya sambil bercanda.<br />"Mau Rin, kamu bisa..?" jawabku serius.<br />"Bisa.., ehm... cuma kissing kamu aja kan..?" jawab Rina yang terlihat bingung.<br />Aku bingung campur penasaran, lalu kujawab, "Aku ingin tau Rin."<br />Lalu Rina mendekatiku, dia menghampiri wajahku, bibirnya perlahan menghampri bibirku. Aku merasa janggal, gemetar, tegang campur macam-macam perasaan. Perlahan-lahan memangnya aksinya, dan akhirnya bibirku tersentuh bibir Rina, kurasakan lembut dan nikmatnya sentuhan bibir Rina, dan itulah yang pasti disukai pacarnya. Lalu Rina melepas kecupan bibirnya, aku hanya terdiam dan tidak mengerti harus berbuat apa.<br /><br />"Bibir kamu lembut, kalo kamu pacaran pasti cowok kamu ketagihan..." sahut Rina.<br />"Masa..?" jawabku.<br />"Kamu mau tau banyak tentang kisssing..? Aku ajarin deh..!" kata Rina mulai agak bersemangat.<br />Dengan rasa masih penasaran, aku mulai menanggapi tawaran Rina, dan kujawab, "Aku ingin tau banyak.., ajarin aku dong..!"<br />Lalu Rina bercerita panjang lebar tentang pengalaman kissing-nya dengan tahap demi tahap, dan lalu kami mempraktekannya. Entah mungkin karena kami berteman dan sama-sama sejenis, mungkin kami tahu dan mengerti apa yang harus dilakukan untuk berbagi kenikmatan. Akhirya kami sama-sama merangsang seluruh tubuh kami, ah.. nikmatnya tiada tara.<br /><br />Kami terus berbagi dan mengulanginya dari hari ke hari, tetapi itu hanya terbatas karena kami sama-sama sejenis, dan tidak ada rasa suka, yang ada hanya kenikmatan. Waktu pulang sekolah, aku tidak dapat pulang bersama Rina, karena dia sudah diajak pacarnya. Aku pun pulang bersama teman yang lain. Sesaat ditengah perjalanan pulang rasanya aku ingin main dan menginap di rumah Rina saja. Akhirnya aku menuju ke rumah Rina.<br /><br />Saat aku sampai dan pintu rumahnya ternyata terkunci, aku pun masuk dengan kunci cadangan pemberian Rina. Rumahnya tenyata sepi, kukira dia ada di rumah. Sekilas aku mendengar suara Rina (entah seperti apa suaranya, hanya terdengar samar) di dalam kamar. Akhirnya kamar Rina kuhampiri. Kubuka perlahan pintunya supaya dia tidak kaget. Astaga, alangkah kagetnya aku, kulihat Rina sedang berdua dengan pacarnya tanpa sehelai pakaian di badannya (kecuali pacarnya). Untung pintu terbuka sedikit sekali, aku hanya dapat mengintip. Aku hanya terdiam menatap Rina dengan pacarnya, maklum baru kali ini aku melihat insan berduaan dengan gairah seperti itu.<br /><br />Awalnya mereka berciuman, lalu meraba-raba, dan yang dilakukan Rina dengan dadaku sama seperti yang dilalukan pacarnya, meraba, meremas, menghisap dan begitulah. Kulihat Rina menikmati dan terlihat pasrah untuk dinikmati. Tubuhnya pasrah, wajahnya terlihat melayang seperti aku waktu itu, tetapi tidak sehebat aku terbangnya. Aku heran melihat pacarnya yang tidak hanya mencumbu dada Rina, tetapi juga mencumbu belahan yang juga kumiliki yang ada di antara kedua paha. Rina pun kulihat melayang, dan sesaat kemudian dia mengeluarkan suara desahan yang kuat, aku pun samar-samar merasakannya juga.<br />"Ah, nikmatkah rasanya, seperti apakah nikmatnya..?" pikirku dalam hati.<br /><br />Sesaat kulihat beberapa jari tangan pacar Rina keluar-masuk di antara paha Rina yang tertutup bulunya. Kulihat kaki Rina melebar, seakan-akan serakah mengambil tempat. Tidak beberapa lama Rina terbangun dan memberi isyarat supaya pacarnya mendekatkan pinggangnya ke arah wajah Rina. Lalu kulihat Rina melepaskan celana pacarnya, aku heran melihat tonjolan di celana pacarnya. Seperti apakah tonjolan di balik celana dalam itu. Rina mengelus dan mencium tonjolan itu, aku berpikir sambil heran seperti inikah caranya pacaran. Tanpa basa-basi lagi Rina menarik dan melepaskan celana serta CD pacarnya.<br />"Ah, seperti itukah tonjolan yang selama ini yang samar-samar kuketahui..?" kataku dalam hati.<br />Aku hanya dapat melihat dengan terpana dan heran, tetapi sesaat kurasakan aku menyukainya juga. "Kapankah aku dapat mengetahuinya lebih jelas..?" kataku lagi dalam hati sambil berusaha membayangkannya.<br /><br />Rina mendekap tonjolan itu dengan jemarinya. Kelima jari Rina kemudian mengusap-usap milik pacarnya dengan nikmatnya. Kulihat pacar Rina menegang. Tidak lama kemudian wajah Rina menghampiri tonjolan yang didekap dan dielus-elus jemarinya itu. Lalu bibirnya pun terbuka seperti goa, lidahnya keluar dan menjilat tonjolan yang pucuknya seperti jamur itu. Kulihat lidah Rina menyentuh dengan nikmatnya, dan bibirnya mulai terbuka lebar lagi. Milik pacarnya pun masuk ke dalam goa itu (mulut Rina) sampai dalam. Kulihat Rina memejamkan mata dengan perlahan sambil menikmati yang masuk ke dalam mulutnya. Mulut Rina dan bibirnya terlihat seperti menghisap permen dengan nikmatnya.<br /><br />"Ah, kurasakan nikmat lembutnya bibir dan lidah Rina waktu di dadaku, pasti pacarnya menikmatinya seperti yang kurasakan di dadaku." kataku dalam hati.<br />Milik pacarnya terlihat hampir keluar, dan akhirnya tertelan lagi di mulut Rina yang lembut. Mulut dan kepala Rina bergerak terus dengan nikmatnya. Kulihat adegan berikutnya, setelah masuk dan dinikmati mulutnya, kulihat Rina menarik milik pacarnya dengan perlahan (sambil merebahkan badan, kakinya seperti membuka stand) ke arah tepat di bawah perut, di antara kedua paha Rina. Dibalik bulu Rina yang halus dan hitam, kulihat dari jauh itulah yang dituju milik pacarnya yang perlahan seakan hilang dan bersembunyi di tubuh Rina. Kulihat mereka berdua tegang, lalu milik pacarnya hadir dan terlihat lagi, kemudian masuk dan terus menerus seperti itu. Dan perlahan-lahan bergerak cepat. Suara Rina yang mendesah halus seakan perlahan-lahan dibesarkan volumenya sampai besar.<br /><br />Cukup lama aku mengintip mereka berdua dengan perasaan heran dan ingin tahu. Beberapa waktu kemudian, milik pacarnya ditarik keluar dari tubuhnya, dan kulihat dia menegang. Rina terbangun dari terbangnya, dan kulihat wajahnya menghampiri milik pacarnya. Sesaat entah apa yang keluar dari milik pacarnya dan terbang ke arah mulut Rina yang terbuka. Kulihat pacarnya merasakan kenikmatan, tampaknya Rina terlihat tidak puas dengan sesuatu yang terbang masuk ke mulutnya, lalu dia terlihat kembali menghisap milik pacarnya sampai air yang keluar itu habis tertelan mulutnya.<br />Setelah itu mereka beristirahat, dan setelah beberapa lama pacarnya bergegas pergi dari rumah Rina. Saat itu pun aku bergegas bersembunyi di lantai atas rumah Rina. Terlihat dia naik ke lantai atas untuk mengambil sesuatu. Dia kaget, ternyata aku ada di atas dan bersembunyi, aku pun kaget sambil tersenyum.<br />"Sudah dari kapan kamu datang..?" tanya Rina.<br />"Udah lama..." jawabku.<br />Lalu dia mengajakku turun setelah mengambil yang dicarinya. Dia mengajakku ke kamarnya, dan lalu kami bercerita panjang lebar.<br /><br />"Apa kamu liat pacarku tadi disini..?" tanya Rina.<br />"Aku tidak sekedar ngelihat pacar kamu, tapi juga melihat kalian berdua.." jawabku.<br />"Jadi kamu melihat kami..?" kata Rina sambil penasaran.<br />"Emang, aku penasaran dan ingin tau, jadi maaf ya Rin..?" jawabku.<br />"Tapi ini rahasia kita ya..?" sahut Rina.<br />"Kita kan teman, ya saling menjaga dan berbagi. Seperti apa sih Rin rasanya, kamu ngerti ngelakuinnya ya..!" kataku kemudian sambil bercanda.<br />"Kamu mo tau ya..? Enak.., aku suka, aku butuh, ini bukan yang pertama Yul, sebenarnya sudah sering aku ngelakuinnya, tapi ini yang pertama di rumahku. Aku sering ngelakuin di rumah pacarku, rumahnya sepi, tapi sebenarnya bukan sama dia aja loh hubungan ini kulakuin. Kadang aku sama mantan masih berhubungan, soalnya kita masih ada rasa suka. Tapi kita udah punya masing-masing, mantanku ada dua. Dan aku pernah berhubungan bertiga, kita sama-sama butuh dan puas, dan kita sama-sama jaga rahasia, kecuali aku ke kamu. Kalo kamu pengen tau tentang gituan, nanti kujelasin banyak deh, kita kan temen..." ucap Rina dengan panjang lebar.<br />"Aku jadi pengen, boleh liat lagi nggak..?" sahutku sambil bercanda.<br />"Besok-besok kalo pengen tau kamu bisa ngintip kami kok..!" dijawab Rina dengan serius.<br /><br />Ternyata Rina menepati janjinya. Aku dapat melihat dia berhubungan saat di rumahnya. Lama-lama kupikir aku juga suka. Kayaknya aku juga menginginkannya.<br /><br />Suatu hari aku dan Rina berkenalan dengan beberapa anak pria dari sekolah lain. Wawan, Edwin, Aris, Sandi, Ari dan Heri, dan beberapa diantaranya sudah kuliah (Aris dan Heri). Kami akhirnya akrab dan kami sering berkumpul. Suatu saat mereka mengajakku dan Rina berjalan-jalan ke pantai. Tempatnya di luar kota, jaraknya pun cukup jauh, mungkin ada tiga sampai lima jam perjalanan lamanya. Kami berencana menginap di sana dalam acara liburan akhir minggu. Aku dan Rina dapat ijin dari keluarga, karena kami memberi alasan kumpul bersama teman-teman sekolah kami.<br /><br />Aku dan Rina bersepakat untuk bersaing dulu-duluan menarik perhatian mereka, siapa yang paling mereka sukai. Awalnya kami kira kami hanya berempat dengan Aris dan Heri yang pergi. Tetapi ternyata berdelapan. Aku dan Rina menganggap suasana menjadi lumayan lebih ramai. Akhirnya kami janjian bertemu di tempat kost salah satu dari mereka. Sebelumnya Rina dan aku berganti pakaian terlebih dahulu di sana, dan akhirnya aku dan Rina memulai permainan. Kemudian Rina melepas semua pakaiannya sampai yang tersisa hanya celana dalam, begitu juga aku. Tubuh kami yang indah terlihat semua dan itulah rencana dari permainan kami. Kami akhirnya mengenakan rok sedengkul dengan belahan yang lumayan, sehingga dapat memamerkan kemulusan paha kami sepenuhnya. Kemeja tanpa lengan dengan kancing di depan kami pakai, dan terkadang memperlihatkan pusar kami. Ah rasanya pakaian kami cukup seksi, karena sudah membentuk tubuh kami yang sudah indah menjadi lebih indah lagi. Ketatnya baju ini seakan-akan kami merasakan seperti dipeluk dengan dekapan erat. Kedua buah dada kami terlihat indah bentuknya, memang aku dan Rina sengaja untuk tidak memakai bra yang menyelimuti mahkota seperti biasanya.<br /><br />Kemudian kami keluar dari kamar kost. Mereka yang melihat, langsung terpana karena tubuh indah kami, sehingga membuatku dan Rina merasa bangga. Akhirnya kami berangkat setelah menjelang selesainya siang. Kami berangkat dengan sebuah mobil minibus, supaya dapat beramai-ramai. Aku dan Rina duduk di tengah-tengah, diapit Aris dan Heri. Aku pun belum pernah duduk berdua dengan pria seperti ini. Di perjalanan, untuk menghilangi rasa jenuh kami bernyanyi dan bercanda. Di tengah perjalanan kurasakan mata mereka menelanjangi tubuhku dan tubuh Rina. Senang rasanya, karena mata mereka lebih banyak menuju ke tubuhku ini. Dari celah-celah kancing pun, bentuk bulat dada kami kadang-kadang terlihat dengan jelas.<br /><br />Kulihat Rina melepas beberapa kancing supaya agak terbuka sedikit. Aku tentu tidak mau kalah, akhirnya kulakukan juga. Kadang aku agak menunduk, sehingga belahan dadaku dapat terlihat jelas. Rupanya kenalan Rina (Aris) dengan Rina sudah benar-benar akrab. Mungkin karena pakaian kami, mereka tidak melepas pandangan mereka dari kami. Aris tampaknya mulai melakukan penjajakan ke Rina, sehingga Rina pun tertarik padanya. Aris mulai memegang tangan Rina dan perlahan dia mencoba merangkul Rina. Awalnya Rina menolak, tetapi tampaknya dia tetap mencoba terus dan tidak menyerah. Dia terus memuji tubuh Rina. Yang kutahu, Rina sangat suka dipuji akan tubuhnya, dan itu merupakan suatu kelemahan Rina. Aris memuji wajah Rina yang cantik, kulit yang putih mulus, rambut yang indah, dada dan bokong yang indah. Rina pun senang dan bangga. Maklumlah, kami masih anak-anak yang beranjak dewasa, sehingga kami cepat salah tingkah.<br /><br />Aris meremas dan mengelus-elus jemari Rina. Kulihat Rina menyukainya. Dia memuji paha Rina yang putih dan mulus.<br />"Paha kamu mulus dan indah ya..?" sahut Aris.<br />"Kamu suka ya..?" jawab Rina.<br />"Andai itu milikku, andai kubisa menikmati halusnya..." sahut Aris.<br />"Seperti apa..?" sambil tangan Rina menaruh tangan Aris di pahanya.<br />Tanpa basa basi dan menunggu waktu, aris langsung mengelus-elus dengan nikmat paha Rina yang terlihat utuh karena belahan roknya. Tampaknya Rina mulai menyukai Aris.<br /><br />Tanpa terasa waktu cepat berganti, Rina dan Aris mulai terlihat dekat. Aris berhasil merangkul Rina. Dan tidak itu saja, dia juga membelai rambut Rina, mencium pipi Rina, entah mengapa mereka cepat dekat seperti itu. Kulihat Aris berhasil mengelus paha Rina sampai ke pertemuan dua paha. Rok Rina terangkat tinggi sampai celana dalam Rina terlihat. Tampaknya Rina sudah terbawa melayang dengan sentuhan Aris, maklum gairah kami terlalu tinggi dan cepat datangnya. Aris menyiumi Rina mulai dari pipi, kuping, leher lalu ke bibir. Rina menikmatinya dan bibir mereka berperang. Tangan Aris mengelus paha Rina dengan nikmatnya, lalu perlahan pindah ke belahan di celana dalam Rina, pinggang, perut, lalu dada Rina. Awalnya Rina menolak, tetapi gairah Rina yang sudah muncul membuatnya melayang dan susah untuk berkutik dan menolak.<br /><br />Tangan Aris meraba-raba dada Rina dan meremas-remas, lalu menuju kancing Rina dan melepaskannya satu persatu secara perlahan. Kancing Rina terlepas dan terlihat indahnya sebagian tubuh Rina. Lalu Aris meremas dada Rina secara langsung, sehingga keindahan tubuh Rina dapat dinikmati setiap mata di dalam mobil.<br /><br />Setelah beberapa lama hal ini terjadi, Aris dan Rina menghentikan asmara mereka. Rina menutup kembali tubuhnya yang indah itu, walaupun tampaknya mereka belum puas. Kami terus berjalan, dan akhirnya sampai di pantai yang kami tuju. Kami bersenang-senang di pantai. Akhirnya kami berkumpul di dalam mobil. Kami bercanda di dalam, entah mungkin suasana yang sepi dan lembut merubah rasa-rasa yang ada di dalam jiwa. Rina dan Aris tampaknya melanjutkan permainan mereka yang belum selesai. Aku agak risih di samping Rina, karena aku belum pernah berhubungan, apalagi yang seperti ini.<br /><br />Wawan yang duduk di depan tampaknya terangsang dengan tubuh Rina. Dia pun tampak ikut meraba dan menikmati tubuh Rina. Akhirnya Rina dan Aris bercinta tanpa peduli dilihat seisi mobil. Wawan pun tidak mau kalah, dia ikut bercinta dengan Rina bergantian dengan Aris. Tampaknya Rina tidak canggung dan menikmatinya. Entah mengapa kurasakan tangan Heri meremas dadaku. Aku menolaknya, "Jangan..!" kataku tersentak, entah mengapa aku malah terangsang.<br />Dia dengan nafsunya menyerang tubuhku, aku agak meronta dan menolak, tetapi aku tidak sanggup bergerak banyak, rambutku dijambak oleh Sandi dari belakang. Edwin tidak mau kalah, dia segera menarik kedua tanganku ke belakang.<br />Heri akhirnya dengan leluasa dapat menikmati dadaku, aku hanya dapat berkata, "Tolong jangan..!"<br />Mereka tampaknya tidak peduli dengan ucapanku, yang ada hanya nafsu untuk menikmati tubuhku.<br /><br />Aku menangis pelan. Tampaknya Rina tidak mendengarnya, Heri, Sandi, Edwin terus menyergapku. Sandi menciumi wajahku, Heri meremas-remas dadaku dengan nafsu. Awalnya aku merasa takut. Heri meraih kancingku dan melepaskannya, sehingga dadaku terlihat jelas. Tanpa henti dia juga meraih resleting rokku, dan perlahan melepaskannya bersama celana dalamku. Dia tidak menikmati dadaku lagi, tetapi yang ada di balik bulu halusku. Entah mengapa aku menikmati sentuhan jemarinya, ah mengapa jadi aku terangsang. Akhirnya jarinya keluar masuk di lubangku (hilang keperawananku) dan sesaat aku mendesah. Dadaku memang tidak disentuh Heri lagi. Sandi yang menjambak rambutku mengecup bibirku dengan nafsu, lalu tangannya menikmati dada kananku. Edwin yang memegang tanganku ikut menikmati dada kiriku.<br /><br />Waktu terus berjalan, entah mengapa aku menjadi terbawa. Walaupun aku meronta, aku sebenarnya menikmatinya. Tubuhku yang indah ini akhirnya mereka nikmati secara bersamaan. Perasaanku bercampur aduk, aku disentuh oleh mereka. Karena waktu sudah agak malam, akhirnya kami ke rumah Aris yang kosong bersama-sama. Di sana kami bermalam bersama, tampaknya Rina bingung menghadapi teman baru kami. Tubuhku dan Rina tampaknya menjadi hidangan mereka malam ini. Mereka terus menyerang tubuh kami, Rina dan aku tidak bisa mengelak hasrat mereka.<br /><br />Di dalam rumah aku menjadi bulan-bulan mereka, aku terus menolak, tetapi apa daya tenaga mereka lebih besar. Aku diboyong ke tempat tidur. Kedua tanganku dipegang dengan erat, sehingga aku hanya bisa pasrah dan mengalah. Bajuku dilucuti. Cahaya lampu terang pun mempertontonkan seluk beluk tubuhku, dan membuat mereka semakin terangsang. Kali ini aku ditiduri langsung, tanpa ada rabaan dan cumbuan. Ah, entah mengapa aku malah merasakan kenikmatan, mereka bergantian memegangi tanganku, dan secara bergantian pula mereka memasukkan milik mereka ke liang vaginaku. Tampaknya aku hanya bisa pasrah, beberapa kali aku merasakan ada sesuatu yang menyembur di dalam liangku. Mereka melakukannya berkali-kali padaku sampai aku lemas tidak sadarkan diri. Dan entah apa yang terjadi pada Rina.<br /><br />Pagi pun menjelang, aku mulai terbangun dengan tubuh lemas ini.<br />Aris menyapaku, "Pagi Yul..", yang begitu juga jawabku dengan kesadaran yang bertahap.<br />Kucari pakaianku, tetapi aku tidak mendapatkannya.<br />Heri menemuiku di kamar, "Pagi Yulia..." sapanya sambil menghampiriku dan meraba-raba tubuhku kembali.<br />Kali ini aku tidak dapat menolak keinginannya. Ternyata tubuh ini terhanyut bersama nafsu mereka. Heri menganjurkanku mandi, aku rasa memang aku harus mandi. Akhirnya kumasuk ke kamar mandi untuk menyuci tubuhku, pasti segar rasanya.<br /><br />Mulai basah tubuh ini tersiram air segar, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, terlihat Aris dan Heri di depan pintu dan bergegas masuk. Mereka segera melepas pakaiannya, lalu menyiram tubuh mereka dengan air seperti yang kulakukan.<br />"Kita mandi sama-sama ya..?" sahut mereka.<br />Setelah beberapa lama, kurasakan Heri mendekatiku dari belakang, lalu mendekapku dan meraba dadaku serta meremas-remas. Aris juga menghampiriku, dia mendekap salah satu buah dadaku yang tersisa dengan jemarinya. Aku canggung, sesaat Aris menghisap dadaku yang dipegangnya, lalu dia mengecup dan menikmati bibir lembutku. Tanpa menunggu waktu, jari-jarinya pun masuk ke lubang vaginaku. Aku tidak berkutik, entah cepat sekali diri ini bergetar lemas. Jari-jarinya keluar-masuk dengan leluasa.<br />Tidak puas dengan jemarinya, dia segera memasukkan miliknya ke tubuhku. Ah, aku tidak sanggup menolak, aku diapit dua lelaki dengan penuh nafsu dan birahi. Mereka pun bergiliran kembali, tubuhku dinikmati sambil berdiri. Kemudian Heri bergantian dengan Aris. Kemudian mereka bergantian lagi. Entah mengapa, karena tidak sanggup menahan birahi, Heri yang bergantian dengan Aris berusaha memasuki lubang anusku. Awalnya kurasakan sesuatu yang aneh, kukira sakit. Awalnya miliknya tidak dapat masuk, tetapi karena usaha yang gigih dan dengan berbagai cara, akhirnya anusku dapat dimasukinya. Keluar-masuklah milik mereka bersamaan di semua lubangku. Sesaat beberapa lama suaraku agak merintih pelan, dan akhirya mendesah kuat. Aku tidak dapat berkutik, aku tidak mengerti harus berbuat apa, mereka terus mendekap dan menikmati tubuhku. Entah mengapa aku merasakan kenikmatan dan puncaknya.<br /><br />Akhirnya kami selesai mandi. Tubuh ini segar tersiram air dan lemas terpakai secara bergiliran. Sehabis mandi pun aku dan Rina tidak dapat mengenakan pakaian, mereka terus menggerayangi tubuh kami tanpa ada rasa puas.<br />Terkadang aku dan Rina meminta baju kami, tetapi jawab mereka, "Tubuh kami yang menjadi baju kalian.."<br />Ternyata kata-kata mereka pun benar-benar mereka lakukan. Merekalah yang menjadi baju kami. Terkadang mereka memuji aku dan Rina. Aku dan Rina agak canggung, karena baru kali ini kami tidak mengenakan pakaian sehelai pun dihadapan banyak lelaki. Mereka tampaknya berusaha supaya kami seperti ini, agar mereka dapat terus-menerus menikmati indahnya tubuh kami.<br /><br />Akhirnya siang pun tiba, awalnya aku dan Rina dicumbu secara berpasangan. Aku tidak dapat menolaknya, aku mulai menyukai nikmatnya berhubungan. Setelah beberapa lama, aku mulai dicumbu dua orang, saat itu aku melihat milik Heri. Aku penasaran, karena aku mulai menyukai yang berbentuk itu. Aku ingin mengetahui seperti apa nikmatnya, apakah yang dirasakan Rina dan yang akan kurasakan dengan mulut ini. Akhirnya tubuh ini mulai dinikmati milik mereka, aku tambah penasaran, akhirnya kudekap milik Heri yang belum menikmati tubuhku. Miliknya kudekap dengan jemariku dan kumasukkan ke dalam mulutku, kurasakan bentuknya di dalam mulutku. Kulakukan seperti yang pernah Rina lakukan. Kurasakan nikmatnya, dan entah mengapa aku mulai menyukainya. Lama-lama kurasakan agak asin, tetapi malah kusuka dan menambah gairahku, beberapa lama kurasakan tumpahan di dalam mulutku.<br /><br />Aku berpikir, "Tampaknya aku tambah menyukainya.." lalu kutelan, rasanya seperti menelan telor penyu, tetapi ini benar-benar kunikmati. Birahiku memuncak. Akhirnya mereka menggilirku dan Rina secara bergantian, sehingga kami semua sudah saling bersentuhan, tiada satu pun yang tersisa.<br /><br />Akhirnya kami selesai dengan liburan akhir minggu, dan lalu kami bergegas ke tempat asal. Di jalan pun kami masih tetap bersentuhan. Tampaknya birahi kami terus menguat. Setelah kejadian itu, mereka tampaknya tidak mau lepas dari aku dan Rina. Mereka mengisyaratkan rasa tanggung jawab terhadap kami atas apa yang telah terjadi, dan mereka berusaha mendapatkan kami seutuhnya. Aku dan Rina pun berhubungan terus dengan mereka tanpa ada rasa menyesal.<br /><br />Sempat aku pernah terlambat bulan, dan mereka mau menikahiku, tetapi rasanya aku tidak mau di usia sekarang ini. Akhirnya salah satu diantara mereka, yaitu Aris dapat membuatku datang bulan. Dia mengundangku ke rumahnya, dan dia memberikan alat test untuk kucoba, dan ternyata aku positif. Tetapi dia membuat semua ini seakan-akan tenang-tenang saja. Lalu dia memberikan obat untukku, yang katanya dapat membuatku dalam waktu beberapa jam menstruasi. Tetapi sebelum kupakai obat itu, dia meminta ijin kepadaku untuk mengecup bibirku. Awalnya kutolak, tetapi akhirnya karena tidak enak dengan kebaikannya, akhirnya kubersedia, dan kuberikan sebagai ucapan terima kasihku. Akhirnya dia senang dan mulai melahap bibirku, entah mengapa bibir dan lidah kami jadi berperang, birahi kami pun bersaing memuncak.<br /><br />Adegan demi adegan berlanjut, sehelai demi sehelai kain pun tertanggal dari tubuh ini. Akhirnya tubuh kami menyatu penuh dengan birahi. Tampaknya dia tidak ada puas-puasnya untuk merasakan tubuhku, serasa hanya ini kesempatannya. Karena usia kami masih muda dan kondisi kami sangat fit, akhirnya ronde demi ronde pun terjadi. Semburan demi semburan kurasakan di dalam tubuhku. Tetesan demi tetesan yang keluar dari miliknya juga tertelan mulut ini, sampai tidak dapat dikeluarkannya lagi, dan kami berdua jatuh TKO. Setelah itu kupakai obat pemberiannya dan beberapa waktu kemudian rasa yang kualami setiap bulan kurasakan kembali.<br /><br />Hari-hariku terus berjalan, persahabatanku dengan Rina berlanjut dan jiwa kami masih muda, kami ingin banyak mengenal sesuatu yang baru. Kami sering mendapat kenalan baru dan kami saling berbagi, dan juga bertukar pasangan. Pengalaman dan pengetahuan kami terus bertambah. Setiap lelaki yang tidur denganku dan Rina tidak mau lepas. Mereka berusaha memiliki kami. Tubuh dan wajah yang indah dan kemampuan kami di atas ranjang benar-benar membuat mereka ketagihan. Hubungan sex kami sangat aktif, hampir setiap hari kami bergiliran dengan setiap pacar kami. Rasanya makin diasah, gairah kami makin tajam, sampai-sampai tidak dapat dibendung lagi.<br /><br />Beberapa kali kami berkerkenalan dengan pria yang hampir setua orangtua kami, aku dan Rina bertahap mulai dekat dengan mereka. Mereka baik, lembut dan pengertian, selalu mau mengerti perasaan kami. Disuatu hari, Om Edo mengajak kami jalan-jalan, kami senang dan dapat bergembira dengan puas. Keesokan harinya, aku diajak Om Edo jalan-jalan ke Lembang. Di sana kami jalan-jalan ke beberapa objek wisata terdekat. Udara pun kurasakan dingin, gerimis membasahi bumi, aku tidak kuat menahan rasa dingin. Rasanya aku perlu penghangat untuk menghangati tubuh ini. Beberapa kali kupegangi telapak tangan Om Edo untuk merasakan hangat. Beberapa lama Om Edo akhirnya mengerti keadaanku, dia merangkulku untuk membagi kehangatan tubuhnya.<br /><br />Sampai di suatu tempat yang tenang, di sana hanya ada kami serta tumbuh-tumbuhan saja. Awalnya kami duduk di antara pepohonan. Om Edo berada di samping sambil merangkulku. Aku menyukai hangat tubuhnya. Tampaknya cara duduk kami mengganggu, akhirnya kupindahkan tubuh ini ke depan Om Edo. Aku duduk di depan tubuhnya, dan kurasakan kehangatan di belakang tubuhku. Dia memelukku dari belakang. Salah satu tangannya kuajak ke atas pahaku dan lalu kuelus-elus. Tangan Om Edo memeluk pinggangku. Perutku dielus dengan pelan, tampaknya dia menikmati sentuhan tanganku, begitu juga denganku. Tampaknya kami berdua mulai merasakan sesuatu yang menghangat. Tangan Om Edo tidak mau kalah dengan tanganku, dia mengelus-elus pahaku, ah lembutnya yang kurasakan.<br /><br />Tahap demi tahap tangannya mengarah ke lubangku, aku menikmatinya. Nafsu kami pun meningkat, Om Edo mencium dan menikmati telingaku, ah beku tubuh ini rasanya. Perlahan dia mencium pipi dan leherku dengan lembut, lalu perlahan ke arah bibirku. Akhirnya kami berciuman, alangkah lembutnya Om Edo yang kurasakan.<br />Perlahan kulepas kecupannya, lalu kudekati telinganya, dan kubisikkan, "Yang lembut ya Om..!"<br />Om pun menunjukkan kemampuaanya, dia membuai jiwa, batin dan tubuhku, serasa melayang diri ini. Kupasrahkan tubuh ini untuk Om Edo, dan kami pun sama-sama menikmatinya.<br /><br />Bibir Om Edo mengecup bibirku kembali, tangan kirinya mengelus-elus celana tengahku dengan lembut. Perlahan telapak tangan kanannya yang memeluk perutku kuarahkan ke dadaku, kurasakan lembutnya sentuhan tangannya. Tangannya segera melakukan tugasnya dan kunikmati sentuhan lembutnya. Perlahan kancing dan resteling jeans-ku dibuka Om edo. Tangan kirinya menyusup ke dalam celanaku. Rupanya lubangku sudah terangsang dan basah. Tanpa basa-basi, Om Edo menggosok daerah sensitifku, tanganya tidak terburu-buru masuk ke vaginaku. Perlahan tangan kanannya meraih kaitan bra-ku dan melepasnya perlahan. Tangan kanannya menyusup dan mengelus pundakku, lalu perlahan ke depan, ke dadaku.<br /><br />Sesaat beberapa lama kemudian, dia mengangkat kaos dan bra-ku, sehingga mahkotaku terlihat jelas. Bibirnya perlahan berjalan, dari bibir, dagu, leher, pundak dan akhirya putingku masuk ke dalam mulutnya yang lembut. Dada, perut dan daguku reflek terangkat. Perlahan tanpa kusadari tanganku melepas kaos dan bra-ku, celana jeans-ku pun agak kuturunkan sedengkul, dan akhirnya kulepas semuanya dan kami buat menjadi alas. Secara perlahan jari Om Edo masuk ke lubang vaginaku, ah daguku terangkat tinggi. Kedua tempat itu, yaitu dada dan vaginaku disentuh Om Edo. Perlahan jari Om Edo keluar-masuk di lubang vaginaku, awalnya aku tidak kuat menahan nikmatnya sampai aku tegang dan menahan nafas. Aku melayang jauh dan tidak sanggup bergerak, yang bisa hanya pasrah menikmatinya.<br /><br />Sesaat kurasakan rangsangan yang kuat, dan kukeluarkan desahan yang tidak sanggup kutahan. Tampaknya Om Edo mengerti. Tanpa kusadari bajuku menjadi alas dan Om Edo perlahan memeluk tubuhku dari depan. Dengan rasa pasrah dan penuh dengan kenikmatan, kudekap tubuh Om Edo. Perlahan kurasakan ada sesuatu yang keras dan menonjol di dekat bawah perutku, lalu perlahan masuk ke vaginaku, daguku terangkat dan suaraku tidak sanggup kutahan. Desahan demi desahan suaraku yang tegang pun mengeras, sampai akhirnya kami merasakan puncak dari semua itu. Akhirnya dari sana kami berangkat menuju ke tempat Om Edo di daerah sana. Karena kami belum puas, kami pun melakukannya kembali di tempat Om Edo.<br /><br />Setelah semuanya terjadi, suatu saat Om Edo mengajakku menikah. Maklumlah, dia ditinggal istri-istrinya (istri yang lalu) yang sudah tiada, dan dia tidak memiliki anak. Dia mengatakan butuh aku, tetapi kutolak, dan aku janji tetap membantu sesuatu yang kurang padanya, maaf jawabku, begitu juga dengan Om Edo, dia berkata sama. Mulai dari situ aku menyukai Om-Om, karena mereka memiliki cara berpikir dan emosi yang sudah matang. Pernah suatu saat kukatakan pada Om Edo kalau aku pernah hamil, dan untunglah tidak terjadi, lalu kuungkapkan aku tidak mau hamil di usia ini. Lalu Om Edo mengenalkanku dengan alat-alt KB, lalu kucoba dan ternyata aku memilih spiral, karena lebih aman. Lalu kutawarkan Rina untuk memakainya, dan dia menyetujuinya. Akhirnya saat kami datang bulan, Om Edo mengajakku dan Rina ke dokter kenalannya, lalu kami dipasangkan spiral.<br /><br />Akhirnya kami merasa tenang dalam setiap berhubungan. Tidak ada rasa was-was, yang ada hanya kepuasan. Setiap semburan dari penis dapat kami rasakan dan nikmati di dalam permainan. Aku melakukannya bukan hanya dengan Om Edo, tetapi juga dengan Om yang lainnya, tapi hanya Om Edo yang terbaik. Suatu hari Om Edo ulang tahun, aku bingung harus memberi hadiah apa, dia sangat baik.<br /><br />Sesampainya di rumahnya kami, (aku dan Rina) hanya merayakannya bertiga, dia, aku dan teman baikku Rina. Akhirnya kami jalan-jalan. Dan akhirnya sampai kami kembali ke rumahnya, aku bingung karena tidak ada hadiah. Terlintas aku ada ide, pastilah kami suka.<br />Lalu aku bertanya pada Rina, "Kamu mau nggak ama Om Edo..?"<br />Rina menjawab, "Terserah kamu, boleh aja..!"<br />Lalu aku mengajak Rina dan Om Edo ke kamar, di sana aku memancing Om Edo. Akhirnya dia terpancing, dan kami bermain bertiga. Karena hebatnya Om Edo, nafsu kami (aku dan Rina) menjadi tinggi. Dia mencumbu kami secara bergiliran. Karena aku dan Rina tidak kuat menahan nafsu, jika ada kesempatan, milik Om Edo kami nikmati, dan seterusnya kami bermain sampai puncak.<br /><br />Tampaknya Om Edo sangat berterima kasih kepada kami, terutama kepadaku. Segala sesuatu yang kami khayalkan selalu dijadikan kenyataan oleh Om Edo. Waktu aku di kelas akhir sekolahku, aku dan Rina sudah sering berganti-ganti pacar (cowok), tetapi tidak semuanya dapat merasakan tubuh kami, karena kami tidak memberinya sembarangan. Kebetulan aku dan Rina adalah teman sekelas, ya jadi kami sering bertemu. Saat itu kebetulan aku dan Rina memiliki pacar yang sekelas, ya kami jadi sering berjalan bersama. Hubungan kami sudah tidak ada batas lagi, kami sering berkumpul di rumah kami secara bergantian. Tentu saja jalinan hubungan kami sangat dalam, sampai ke dalam tubuh kami.<br /><br />Hubungan kami tidak hanya di luar sekolah, di dalam sekolah pun hubungan kami dengan pasangan kami sangat aktif. Setiap keadaan yang memungkinkan, dan bila hasrat kami muncul, kami pun melakukannya. Maklum, pakaianku sangat memungkinkan, sesaat kuangkat rokku tinggi, kulepas sedikit CD-ku, maka milik pasangan kami dapat masuk dengan leluasa, tentu saja dengan gaya tertentu. Terkadang di kelas, di wc sekolah, atau tempat lainnya yang aman, kami terus melakukannya. Tentu kami harus bergiliran berjaga-jaga, supaya tetap aman. Tetapi aku dan Rina masih berhubungan dengan teman pria kami yang dulu, serasa diri kami rakus.<br /><br />Akhirnya kami lulus dengan nilai yang cukup baik, dan kami mengadakan perpisahan sekolah. Aku, Rina dan kekasih kami pergi perpisahan bersama, kami berpasangan, dan tentu saja di sana kami mencari kesempatan untuk mencurahkan birahi kami. Tetapi rasanya perpisahan bukan hanya untuk kawan-kawan sekolah, tetapi juga kami (aku dan Rina) putuskan untuk kekasih sekelas kami. Awalnya mereka tidak menerima dan menolak, tetapi akhirnya mereka tidak dapat menolak, karena keputusan kami bulat, dan kami jelaskan bahwa kami masih bisa akrab seterusnya.<br /><br />Liburan panjang pun kami rasakan, tampaknya Aris dan Heri akrab lagi terhadap kami, dan kami berjalan bersama. Aku dan Rina diajak berlibur bersama mereka, dan kami pun bersenang-senang bersama. Seusai berlibur dengan mereka, Om Edo pun memberi hadiah kepadaku dan Rina berlibur ke Bali, dan kami merasakan kegembiraan bersama. Akhirnya kami kuliah, dan tempat kuliah kami di pinggiran kota Jakarta. Di sana kami dibelikan rumah oleh Om Edo sebagai tempat tinggal kami untuk kuliah. Kami memberikan alasan ke keluarga bahwa tempat itu adalah tempat yang murah dan baik buat kami. Akhirnya aku dan Rina tinggal di sana, dan kami berhubungan akrab dengan Aris dan Heri, tetapi mereka tidak mengetahui bahwa kami berhubungan dengan Om Edo yang kami katakan sebagai pemilik kost.<br /><br />Awal kuliah kami masih berganti-ganti pacar dan kawan. Mereka sering menginap, begitu juga aku dan Rina. Akhirnya, di akhir semester, aku dan Rina mulai serius dengan Aris dan Heri. Sering Om Edo, Aris dan Heri bergantian bermalam, tetapi Aris dan Heri tidak mengetaui hubungan ini, kecuali Om Edo. Akhirnya kami lulus kuliah, dan kami mulai mengurangi aktivitas hubungan intim kami terhadap Om Edo, dan dia mengerti keputusan ini. Sampai akhirnya kami (Om Edo, aku dan Rina) dapat jodoh, sampai pada saatnya Aris dan Heri memiliki kami, akhirnya janur kuning menyelimuti salah satu jari kami.<br /><br />Aku, Rina, Aris dan Heri terus berhubungan sampai dengan hubungan yang tidak akan pernah lepas. Kami sering ke luar kota bersama, di sana kami berpasangan. Terkadang kami jenuh berhubungan dengan suami, tetapi kami tetap berpasangan, pasanganku adalah suami Rina dan suamiku berpasangan dengan Rina. Kami melakukannya untuk mendapat gairah dan mempererat hubungan kami. Kami terus menikmati ini sampai di atas rajang, dan tanpa ada rasa cemburu serta iri, kami terus berbagi. Mereka bangga memiliki kami, tidak jarang setiap bersama, tubuhku dan Rina ditelanjangi dan terus dinikmati suami kami secara bergantian. Terkadang aku dan Rina serta Om Edo masih berhubungan jauh, terkadang sebulan sekali atau lebih kami melakukannya tanpa diketahui pasangan kami.<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-60538499905897384292008-05-03T07:00:00.000-07:002008-05-03T07:01:50.565-07:00Cerita Panas Kenangan Lain Bersama Sopirku<div align="justify"><strong>CERITA PANAS INDONESIA</strong>. Kisahku yang satu ini adalah lanjutan dari kisahku yang berjudul ‘Kenangan Bersama Sopirku’ jadi kejadiannya sudah cukup lama, waktu aku masih kelas tiga SMU, umurku juga masih 18 tahun ketika itu. Sejak aku menyerahkan tubuhku pada Tohir, sopirku, dia sering memintaku melakukannya lagi setiap kali ada kesempatan, bahkan terkadang aku dipaksanya melayani nafsunya yang besar itu. Ketika dimobil dengannya tidak jarang dia suruh aku mengoralnya, kalaupun tidak, minimal dia mengelus-elus paha mulusku atau meremas dadaku. Pernah malah ketika kedua orang tuaku keluar kota dia ajak aku tidur bersamanya di kamarku. Memang di depan orang tuaku dia bersikap padaku sebagaimana sopir terhadap majikannya, namun begitu jauh dari mereka keadaan menjadi berbalik akulah yang harus melayaninya. Mulanya sih aku memang agak kesal karena sikapnya yang agak kelewatan itu, tapi di lain pihak aku justru menikmatinya.<br /><br />Tepatnya dua minggu sebelum ebtanas, aku sedang belajar sambil selonjoran bersandar di ujung ranjangku. Ketika itu waktu sudah menunjukkan pukul 23.47, suasananya hening sekali pas untuk menghafal. Tiba-tiba konsentrasiku terputus oleh suara ketukan di pintu. Kupikir itu mamaku yang ingin menengokku, tapi ketika pintu kubuka, jreeenngg....aku tersentak kaget, si Tohir ternyata.<br />“Ih, ngapain sih Bang malam-malam gini, kalo keliatan papa mama kan gawat tau”<br />“Anu non, ga bisa tidur nih...mikirin non terus sih, bisa ga non sekarang...udah tiga hari nih ?” katanya dengan mata menatapi tubuhku yang terbungkus gaun tidur pink.<br />“Aahh...udah ah Bang, saya kan harus belajar udah mau ujian, ga mau sekarang ah !” omelku sambil menutup pintu.<br />Namun sebelum pintu tertutup dia menahannya dengan kaki, lalu menyelinap masuk dan baru menutup pintu itu dan menguncinya.<br />“Tenang aja non, semua udah tidur dari tadi kok, tinggal kita duaan aja” katanya menyeringai<br /><br />“Jangan ngelunjak Bang...sana cepet keluar !” hardikku dengan telunjuk mengarah ke pintu<br />Bukannya menuruti perintahku dia malah melangkah mendekatiku, tatapan matanya tajam seolah menelanjangiku.<br />“Bang Tohir....saya bilang keluar...jangan maksa !” bentakku lagi.<br />“Ayolah Non, cuma sebentar aja kok...abang udah kebelet nih, lagian masa non ga cape belakangan ini belajar melulu sih” ucapnya sambil terus mendekat<br />Aku terus mundur selangkah demi selangkah menghindarinya, jantungku semakin berdebar-debar seperti mau diperkosa saja rasanya. Akhirnya kakiku terpojok oleh tepi ranjangku hingga aku jatuh terduduk di sana. Kesempatan ini tidak disia-siakan sopirku, dia langsung menerkam dan menindih tubuhku. Aku menjerit tertahan dan meronta-ronta dalam himpitannya. Namun sepertinya reaksiku malah membuatnya semakin bernafsu, dia tertawa-tawa sambil menggerayangi tubuhku. Aku menggeleng kepalaku kesana kemari saat dia hendak menciumku dan menggunakan tangaku untuk menahan laju wajahnya.<br />“Mmhh...jangan Bang...Citra ga mau !” mohonku.<br /><br />Aneh memang sebenarnya aku bisa saja berteriak minta tolong, tapi kenapa tidak kulakukan, mungkin aku mulai menikmatinya karena perlakuan seperti ini bukanlah pertama kalinya bagiku, selain itu aku juga tidak ingin ortuku mengetahui skandal-skandalku. Breettt...gaun tidurku robek sedikit di bagian leher karena masih memberontak waktu dia memaksa membukanya. Dia telah berhasil memegangi kedua lenganku dan direntangkannya ke atas kepalaku. Aku sudah benar-benar terkunci, hanya bisa menggelengkan kepalaku, itupun dengan mudah diatasinya, bibirnya yang tebal itu sekarang menempel di bibirku, aku bisa merasakan kumis pendek yang kasar menggesek sekitar bibirku juga deru nafasnya pada wajahku. Kecapaian dan kalah tenaga membuat rontaanku melemah, mau tidak mau aku harus mengikuti nafsunya. Dia merangsangku dengan mengulum bibirku, mataku terpejam menikmati cumbuannya, lidahnya terus mendorong-dorong memaksa ingin masuk ke mulutku. Mulutku pun pelan-pelan mulai terbuka membiarkan lidahnya masuk dan bermain di dalamnya, lidahku secara refleks beradu karena dia selalu menyentil-nyentil lidahku seakan mengajaknya ikut menari. Suara desahan tertahan, deru nafas dan kecipak ludah terdengar jelas olehku.<br /><br />Mataku yang terpejam terbuka ketika kurasakan tangan kasarnya mengelusi paha mulusku, dan terus mengelus menuju pangkal paha. Jarinya menekan-nekan liang vaginaku dan mengusap-ngusap belahan bibirnya dari luar. Birahiku naik dengan cepatnya, terpancar dari nafasku yang makin tak teratur dan vaginaku yang mulai becek. Tangannya sudah menyusup ke balik celana dalamku, jari-jarinya mengusap-usap permukaannya dan menemukan klitorisku, benda seperti kacang itu dipencet-pencet dan digesekkan dengan jarinya membuatku menggelinjang dan merem-melek menahan geli bercampur nikmat, terlebih lagi jari-jari lainnya menyusup dan menyetuh dinding-dinding dalam liang itu.<br />“Ooohhh...Non Citra jadi tambah cantik aja kalau lagi konak gini !” ucapnya sambil menatapi wajahku yang merona merah dengan matanya yang sayu karena sudah terangsang berat.<br />Lalu dia tarik keluar tangannya dari celana dalamku, jari-jarinya belepotan cairan bening dari vaginaku.<br />“Non cepet banget basahnya ya, liat nih becek gini” katanya memperlihatkan jarinya yang basah di depan wajahku yang lalu dijilatinya.<br /><br />Kemudian dengan tangan yang satunya dia sibakkan gaun tidurku sehingga payudaraku yang tidak memakai bra terbuka tanpa terhalang apapun. Matanya melotot mengamat-ngamati dan mengelus payudaraku yang berukuran 34B, dengan puting kemerahan serta kulitnya yang putih mulus. Teman-teman cowoku bilang bahwa bentuk dan ukuran payudaraku ideal untuk orang asia, kencang dan tegak seperti punya artis bokep Jepang, bukan seperti punya bule yang terkadang oversize dan turun ke bawah.<br />“Nnngghhh...bang” desahku dengan mendongak ke belakang merasakan mulutnya memagut payudaraku yang menggemaskan itu.<br />Mulutnya menjilat, mengisap, dan menggigit pelan putingnya. Sesekali aku bergidik keenakan kalau kumis pendeknya menggesek putingku yang sensitif. Tangan lainnya turut bekerja pada payudaraku yang sebelah dengan melakukan pijatan atau memainkan putingnya sehingga kurasakan kedua benda sensitif itu semakin mengeras. Yang bisa kulakukan hanya mendesah dan meremasi rambutnya yang sedang menyusu.<br /><br />Puas menyusu dariku, mulutnya perlahan-lahan turun mencium dan menjilati perutku yang rata dan terus berlanjut makin ke bawah sambil tangannya menurunkan celana dalamku. Sambil memeloroti dia mengelusi paha mulusku. Cd itu akhirnya lepas melalui kaki kananku yang dia angkat, setelah itu dia mengulum sejenak jempol kakiku dan juga menjilati kakiku. Darahku semakin bergolak oleh permainannya yang erotis itu. Selanjutnya dia mengangkat kedua kakiku ke bahunya, badanku jari setengah terangkat dengan selangkangan menghadap ke atas. Aku pasrah saja mengikuti posisi yang dia inginkan, pokoknya aku ingin menuntaskan birahiku ini. Tanpa membuang waktu lagi dia melumat kemaluanku dengan rakusnya, lidahnya menyapu seluruh pelosok vaginaku dari bibirnya, klitorisnya, hingga ke dinding di dalamnya, anusku pun tidak luput dari jilatannya. Lidahnya disentil-sentilkan pada klitorisku memberikan sensasi yang luar biasa pada daerah itu. Aku benar-benar tak terkontrol dibuatnya, mataku merem-melek dan berkunang-kunang, syaraf-syaraf vaginaku mengirimkan rangsangan ini ke seluruh tubuh yang membuatku serasa menggigil.<br /><br />“Ah...aahh...Bang...nngghh....teru s !” erangku lebih panjang di puncak kenikmatan, aku meremasi payudaraku sendiri sebagai ekspresi rasa nikmat<br />Tohir terus menyedot cairan yang keluar dari sana dengan lahapnya. Tubuhku jadi bergetar seperti mau meledak. Kedua belah pahaku semakin erat mengapit kepalanya. Setelah puas menyantap hidangan pembuka berupa cairan cintaku barulah dia turunkan kakiku. Aku sempat beristirahat dengan menunggunya membuka baju, tapi itu tidak lama. Setelah dia membuka baju, dia buka juga dasterku yang sudah tersingkap, kami berdua kini telanjang bulat. Dia membentangkan kedua pahaku dan mengambil posisi berlutut di antaranya. Bibir vaginaku jadi ikut terbuka memancarkan warna merah merekah diantara bulu-bulu hitamnya, siap untuk menyambut yang akan memasukinya. Namun Tohir tidak langsung mencoblosnya, terlebih dulu dia gesek-gesekkan penisnya yang besar itu pada bibirnya untuk memancing birahiku agar naik lagi. Karena sudah tidak sabar ingin segera dicoblos aku meraih batang itu, keras sekali benda itu waktu kugenggam, panjang dan berurat lagi.<br /><br />“Aaakkhh...!” erangku lirih sambil mengepalkan tangan erat-erat saat penisnya melesak masuk ke dalamku<br />“Aauuuhhh....!” aku menjerit lebih keras dengan tubuh berkelejotan karena hentakan kerasnya hingga penis itu tertancap seluruhnya pada vaginaku.<br />Untung saja kamar papa mamaku di lantai dasar dan letaknya cukup jauh dari kamarku, kalau tidak tentu suara-suara aneh di kamarku pasti terdengar oleh mereka, bagaimanapun sopirku ini termasuk nekad berani melakukannya di saat dan tempat seperti ini, tapi justru disinilah sensasinya ngeseks di tempat yang ‘berbahaya’. Dengan gerakan perlahan dia menarik penisnya lalu ditekan ke dalam lagi seakan ingin menikmati dulu gesekan-gesekan pada himpitan lorong sempit yang bergerinjal-gerinjal itu. Aku ikut menggoyangkan pinggul dan memainkan otot vaginaku mengimbangi sodokannya. Responku membuatnya semakin menggila, penisnya semakin lama menyodok semakin kasar saja, kedua gunungku jadi ikut terguncang-guncang dengan kencang.<br /><br />Kuperhatikan selama menggenjotku otot-otot tubuhnya mengeras, tubuhnya yang hitam kekar bercucuran keringat, sungguh macho sekali, pria sejati yang memberiku kenikmatan sejati. Suara desahanku bercampur baur dengan erangan jantannya dan derit ranjang. Butir-butir keringat nampak di sejukur tubuhku seperti embun, walaupun ruangan ini ber-ac tapi aku merasa panas sekali.<br />“Uugghh...Non Citra...sayang...kamu emang uenak tenan...oohh...non cewek paling cantik yang pernah abang entotin” Tohir memgumam tak karuan di tengah aktivitasnya.<br />Dia menurunkan tubuhnya hingga menindihku, kusambut dengan pelukan erat, kedua tungkaiku kulingkarkan di pinggangnya. Dia mendekatkan mulutnya ke leher jenjangku dan memagutnya. Sementara di bawah sana penisnya makin gencar mengaduk-aduk vaginaku, diselingi gerakan berputar yang membuatku serasa diaduk-aduk. Tubuh kami sudah berlumuran keringat yang saling bercampur, akupun semakin erat memeluknya. Aku merintih makin tak karuan menyambut klimaks yang sudah mendekat bagaikan ombak besar yang akan menghantam pesisir pantai.<br /><br />Namun begitu sudah di ambang klimaks dia menurunkan frekuensi genjotannya. Tanpa melepaskan penisnya, dia bangkit mendudukkan dirinya, maka otomatis aku sekarang diatas pangkuannya. Dengan posisi ini penisnya menancap lebih dalam pada vaginaku, semakin terasa pula otot dan uratnya yang seperti akar beringin itu menggesek dinding kemaluanku. Kembali aku menggoyangkan badanku, kini dengan gerakan naik-turun. Dia merem-melek keenakan dengan perlakuanku, mulutnya sibuk melumat payudaraku kiri dan kanan secara bergantian membuat kedua benda itu penuh bekas gigitan dan air liur. Tangannya terus menjelajahi lekuk-lekuk tubuhku, mengelusi punggung, pantat, dan paha. Tak lama kemudian aku kembali mendekati orgasme, maka kupercepat goyanganku dan mempererat pelukanku. Hingga akhirnya mencapai suatu titik dimana tubuhku mengejang, detak jantung mengencang, dan pandangan agak kabur lalu disusul erangan panjang serta melelehnya cairan hangat dari vaginaku. Saat itu dia gigit putingku dengan cukup keras sehingga gelinjangku makin tak karuan oleh rasa perih bercampur nikmat. Ketika gelombang itu berangsur-angsur berlalu, goyanganku pun makin mereda, tubuhku seperti mati rasa dan roboh ke belakang tapi ditopang dengan lengannya yang kokoh.<br /><br />Dia membiarkanku berbaring mengumpulkan tenaga sebentar, diambilnya tempat minum di atas meja kecil sebelah ranjangku dan disodorkan ke mulutku. Beberapa teguk air membuatku lebih enakan dan tenagaku mulai pulih berangsur-angsur.<br />“Udah segar lagi kan Non ? Kita terusin lagi yuk !” sahut Tohir senyum-senyum sambil mulai menggerayangi tubuhku kembali.<br />“Habis ini udahan yah, takut ketahuan nih” kataku<br />Kali ini tubuhku dibalikkan dalam posisi menungging, kemudian dia mulai menciumi pantatku. Lidahnya menelusuri vagina dan anusku memberiku sensasi geli. Kemudian aku merasa dia meludahi bagian duburku, ya ketika kulihat ke belakang dia memang sedang membuang ludahnya beberapa kali ke daerah itu, lalu digosok-gosokkan dengan jarinya. Oh...jangan-jangan dia mau main sodomi, aku sudah lemas dulu membayangkan rasa sakitnya ditusuk benda sebesar itu pada daerah situ padahal dia belum juga menusuk. Pertama kali aku melakukan anal sex dengan temanku yang penisnya tidak sebesar Tohir saja sudah sakit banget, apalagi yang sebesar ini, aduh bisa mampus gua pikirku.<br /><br />Benar saja yang kutakutkan, setelah melicinkan daerah itu dia bangkit dengan tangan kanan membimbing penisnya dan tangan kiri membuka anusku. Aku meronta ingin menolak tapi segera dipegangi olehnya.<br />“Jangan Bang...jangan disitu, sakit !” mohonku setengah meronta<br />“Tenang Non, nikmati aja dulu, ntar juga enak kok” katanya dengan santai<br />Aku merintih sambil menggigit guling menahan rasa perih akibat tusukan benda tumpul pada duburku yang lebih sempit dari vaginaku. Air mataku saja sampai meleleh keluar.<br />“Aduuhh...udah dong Bang....Citra ga tahan” rintihku yang tidak dihiraukannya<br />“Uuhh...sempit banget nih” dia mengomentariku dengan wajah meringis menahan nikmat.<br />Setelah beberapa saat menarik dan mendorong akhirnya mentok juga penisnya. Dia diamkan sebentar penisnya disana untuk beradaptasi sekalian menikmati jepitannya. Kesempatan ini juga kupakai untuk membiasakan diri dan mengambil nafas.<br /><br />Aku menjerit kecil saat dia mulai menghujamkan penisnya. Secara bertahap sodokannya bertambah kencang dan kasar sehingga tubuhku pun ikut terhentak-hentak. Tangannya meraih kedua payudaraku dan diremas-remasnya dengan brutal. Keringat dan air mataku bercucuran akibat sensasi nikmat di tengah-tengah rasa perih dan ngilu, aku menangis bukan karena sedih, juga bukan karena benci, tapi karena rasa sakit bercampur nikmat. Rasa sakit itu kurasakan terutama pada dubur dan payudara, aku mengaduh setiap kali dia mengirim hentakan dan remasan keras, namun aku juga tidak rela dia menyudahinya. Terkadang aku harus menggigit bibir atau bantak untuk meredam jeritanku agar tidak keluar sampai ke bawah sana. Akhirnya ada sesuatu perasaan nikmat mengaliri tubuhku yang kuekspresikan dengan erangan panjang, ya aku mengalami orgasme panjang dengan cara kasar seperti ini, tubuhku menegang beberapa saat lamanya hingga akhirnya lemas seperti tak bertulang. Tohir sendiri menyusulku tak lama kemudian, dia menggeram dan makin mempercepat genjotannya. Kemudian dengan nafas masih memburu dia mencabut penisnya dariku dan membalikkan tubuhku. Spermanya muncrat dengan derasnya dan berceceran di sekujur dada dan perutku, hangat dan kental dengan baunya yang khas.<br /><br />Tubuh kami tergolek lemas bersebelahan. Aku memejamkan mata dan mengatur nafas sambil merenungkan dalam-dalam kegilaan yang baru saja kami lakukan, sebuah hubungan terlarang antara seorang gadis dari keluarga kaya dan terpelajar yang cantik dan terawat dengan sopirnya sendiri yang kasar dan berbeda kelas sosial. Hari-hari berikutnya aku jadi semakin kecanduan seks, terutama seks liar seperti ini, dimana tubuhku dipakai orang-orang kasar seperti Tohir, dari situlah aku merasakan sensasinya. Sebenarnya aku pernah ingin berhenti tetapi aku tidak bisa meredam libidoku yang tinggi, jadi ya kujalani saja apa adanya. Untuk mengimbanginya aku rutin merawat diriku sendiri dengan fitness, olahraga, mandi susu, sauna, juga mengecek jadwal suburku secara teratur. Dua bulan ke depan Tohir terus memperlakukanku seperti budak seksnya sampai akhirnya dia mengundurkan diri untuk menemani istrinya yang menjadi TKW di Timur Tengah. Lega juga aku bisa lepas dari cengkeramannya, tapi terkadang aku merasa rindu akan keperkasaannya, dan hal ini lah yang mendorongku untuk mencoba berbagai jenis penis hingga kini.<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a><br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-16633851404030793622008-05-03T06:59:00.000-07:002008-05-03T07:00:27.969-07:00Kenikmatan 3 Cewek Cakep Di Hotel<div align="justify"><strong>CERITA PANAS INDONESIA</strong>. Halo pembaca… ini adalah kelanjutan tulisan saya yang berjudul Sex di Toilet Kantor yang ada di bagian Kisan Fantasi. Langsung aja yach…<br />Tepat jam 7 malam evi menelpon ku.<br /><br />Evi : Halo badol.. gimana udah siap belum, kami bertiga udah nunggu nih.. di hotel XX di jalan XX kamar 67d.Kamu Lagi dimana?<br />Badol : Oke deh evi sayang.. sebentar lagi badol akan datang, kalian siap siap yach… biar tar badol datang kita langsung Mulai.. and jangan lupa pesan sama teman kamu… dandan yang seksi.. kalo kagak seksi.. badol gak bakalan muasin dia.. hehhehe :P<br /><br />Aku sekarang Lagi di Rumah Nih..! sekarang Lagi ama Pacar ku..!<br />Evi : Weks… Cepeten dikit donk, weks,… yac udah deh kalo lagi sama pacar kamu.<br />Badol : hehehhe Marah nih ye… Cemburu yach.. iya deh… kan aku juga milik Kamu evi.. jadi kamu rela gak kalotar teman kamu merasa kehangatan tubuh ku?<br />Evi : Sebenarnya sih tidak Rela.. cumin mau gimana lagi? Tar di kasih Tau boss Lagi.. jadi apa Boleh Buat.. Tapi enakan di Kamu.. bisa nikmatin 3 cewek sekali gus.. aku sih kagak rela kalo kamu di ambil oleh cewek lain.<br />Badol : Emangnya kenapa? Kan evi Bukan pacar aku, tar pacar evi marah…<br />Evi : huh dia nih.. aku mau jadi pacar kamu, dan tar aku mutusin pacar aku.. tenang aja badol sayang… aku akan berusaha tuk bisa jadi memiliki Kamu.<br />Badol : Oke deh sayang…tar lagi aku sampai… tar di sambung lagi.. Muach<br />Evi : Oke deh… muach juga…. Hati hati dijalan yach..<br /><br />Itu lah… pembicaraan kami di Telpon.. dan aku langsung melaju ke Alamat yang di kasihkan oleh evi tadi dengan mengendarai motor pinjaman.. maklum lah.. kagak mampu beli motor.. apalagi mobil hehehhe. Sampai ditempat tujuan dan aku nanya sama karyawan hotel, dan karyawan hotel menunjukkan.. wah.. mayan cantik nih penlayan nya.. apakah aku harus mengeluarkan kata kata rayuan juga? Hehehhe Gumam aku dalam hati. Terima kasih Yach Mbak… sambil melontarkan senyum Yang manis sekali..!<br />Tepat Jam 7.15 Malam aku pun mengetuk pintu…lalu evi membuka pintu.. wow.. malam ini evi terlihat sangat cantik dan anggun sekali karena hanya menggunakan handuk. Pintu ku tutup dan kunci.. langsunglah kamu berciuman… aku melumat bibir evi yang seksi dengan penuh nafsu.. tidak ada rasa cinta dan sayang. Oh…. Evi mengerang.. lalu kubuka handuk evi… dank u baringkan di atas kasur…aku isap buah dadanya.. putting yang sebelah kanan aku pelintir dengan jadi… evi mengerang dan mendesah hebat. Badol… aku saying kamu… dia berbisik di telinga ku. Aku nanya evi… teman kamu yang duanya Mana.. Kok nggak ada? Ooooo mereka lagi siap siap,… tar juga gabung.. aku sengaja minta jatah yang pertama.. kalo terakhir tar kamunya gak bisa muasin aku.. kata evi. Tenang aja… semuanya bakalan bisa di puasin kok… lalu aku melihat dua pasang kaki menuju ke arah kami dan aku melihat dari kaki sampe ke kepala mereka… tanpa ditutupi sehelai benang pun…. Wow.. astaga….. seksi sekali.. tapi masih kalah kalo dibandingkan dengan evi.<br /><br />Mereka langsung gabung.. dan membelai belay seluuruh tubuh ku.. seraya aku masih menghisap dan meremas buah dada evi. Aku melihat muka evi cemberut karena aku tau.. dia tidak rela kalo berbagi kenikmatan dengan orang lain. Amoi itu menghisap kontol ku.. dan satunya lagi membelai belay punggung dan pantat ku. Wow… aku seakan tidak bisa menahan rasa geli yang timbul dari segala penjuru tempat… aku tetap melumat bibir, buah dada dan sesekali meniup kuping evi… evi semakin kesal saat temannya itu mencium leher dan menarik kepala ku and.. melumat bibir ku.. dan yang satunya tetap menghisap kontol ku. Eva sekarang kosong dan dia hanya berdiam diri.. aku melirik ke eva.. dia sangat kecewa… tapi aku akan berusaha membahgiakan eva.. aku usap usap memeknya dengan tangan kiriku dan tangan kanan mengusap memek amoi yang lagi melumat bibir ku. Amoi yang menghisap peler ku… membarinmg aku dalam keadaan terlentang dan mengambil posisi, dan perlahan memasukan kontol aku ke memek nya.. wow… ternyata memeknya sangat sempit… and.. ternyata masih perawan juga… weleh weleh zaman sekaang jaranglah amoi yg masih perawan. Dia menggoyang goyang mantatnya.. kadang sesekali kontol aku keluar dari memeknya.. dia menggoyang pantatnya tidak lama karena udah merasa capek oleh orgasmenya yang ke 3 kali..<br /><br />satu jatuh dan yang melumat bibir ku tadi ngambil posisi mengggantikan temannya yang udah jatuh Karen kelelahan.. amoi yang kedua ini udah tidak perawan lagi.. tapi dia sangat pandai dalam ngambil posisi.. dan cara mengggoyang yang baik. Evi mendekat dan melumat bibirku.. masih masih dalam keadaan terlentang tidak berdaya karena ditindih oleh amoy dan di cium oleh evi… aku tidak tau mana yang harus aku nikmati.. sampai aku tidak konsen… antara goyangan amoy atau lumatan evi. Amoy it uterus menggoyang… sedangkan evi sesekali menggigit bibir bahkan menggigit putting ku yang kecil. OW……. Aku kalah… tidak bisa mempertahankan semburan air mani… aku semburkan air mani itu didalam memek amoi itu… amoi itu menghentikan goyangannya disaat aku menyemburkan air mati.. aku liat mukanya sangat menikmati hangatnya air mani ku.. 5 menit kemudian dia langsung menggoyang lagi…oh…… yes.. oh.. yes.. nikamt banget nih kontol kamu… gak pernah aku merasakan kontol seperti ini. Oh… ohh ohhhhhhhhhhhhhhh yes….. sialan amoi ini ternyata tahan juga.. pikir aku.. lalu aku ngambil inisiatif biar bisa menjatuhkan dia dengan cepat.. aku berbisik ke evi.. evi diam dulu yach..biar badol muasin temannya dulu.. biar cepat bisa nghentot evi.. evi hanya mengangguk.. lalu aku bangkit dan menindih amoi itu.. kontol aku masih nancap di memek amoi. Aku langsung menggoyang dan melumat bibir amoi dan meremas kedua buah dada amoi itu…dan sesekali meniup kupingnya. Dan benar ternyata hanya 5 menit setelah aku tindih.. dia langsung ambruk tidak berdaya karena orgasmenya datang… oh.. yess…yesssssssssssssssssssssssssssssssss ohhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh . amoi itu memekik dengan panjang sekali dan ditutup dengan kata.. Thanx yach.. plak.. langsung tertidur kecapekan.. lalu evi pun langsung menarik dan menindih aku.. dan berbisik.. ini saatnya tuk muasin kamu honey…! Dia langsung memasukkan kontol aku ke memeknya… dan mencium bibir ku… 20 menit lamanya dia menggoyang aku… aku berbisik sama dia.. udah mulai tahan nih.. hehhehe evi hanya senyum… ohhhhhhhhhhhhhhhh ohhhhhhhhhhhhhh ohhhhhhhhhhhhhh evi mulai mendesar.. Honey aku Mulai mau keluar nih.. tahan dulu yach.. vi.. kita keluarin bareng yach… cepeten donk honey.. aku menggoyaang dan terus menggoyag dengan nafsu…dan.. oh…oh ohhhhhhhhhhhhhhhh kami orgasme bersama sama…<br /><br />Dan kami sling berpelukan dan tidur..<br />Jam 1 pagi.. aku di bangunkan oleh amoi yang berdua… dan terulang tuk yang kedua kalinya aku ngenthot amoi itu.. sedangkan evi masih tertidur…<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a><br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-26937881769022874042008-05-02T01:29:00.000-07:002008-05-02T01:34:49.640-07:00Cerita Panas Pengalaman Sensasional<div align="justify"><strong><a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">CERITA PANAS INDONESIA</a></strong>. Satu lagi pengalamanku yang kutuangkan dalam tulisan, mungkin ini adalah kejadian yang umum, tetapi bagiku.. Ini adalah pengalaman yang sensasional dan terjadi pada masa sekarang. Dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.. Sengaja nama pelaku aku samarkan, kecuali namaku.<br /><br />Dalam posisiku sebagai sekretaris sekarang ini, maka hubungan dengan relasi tidak bisa aku hindari.. Tugas entertaint selalu diberikan kepadaku, mungkin bos ku tahu benar bagaimana memanfaatkan kecantikanku didalam menghadapi klien atau relasinya, hingga akhirnya aku berkenalan.. Sebut saja namanya Mas Andy.. Seorang eksekutif muda.. Usianya kira-kira 30 tahun, tinggi 175 cm dengan bentuk tubuh proposional. Mas Andy ini sudah berkeluarga dan punya 2 putra, dalam sehari bisa 3-4 kali Mas Andy menghubungiku via telepon..<br /><br />Dari membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan bisnis sampai ke permasalahan rumah tangganya.. Hingga akhirnya aku mendengarkan pengakuan dari Mas Andy, ternyata dia seorang bisexual.. Gila..? Memang gila.. Tetapi aku malah antusias mendengarkan ceritanya, dan menurut pengakuannya.. Sekarang ini dia juga jalan dengan salah satu karyawannya.. Dan mereka telah jalan 1 tahun lamanya tanpa sepengetahuan siapa-apa.. Kecuali aku..<br /><br />Sejak pengakuannya itu.. Mas Andy sering menelponku.. Dan apabila pembicaraan sudah menyinggung hubungan dengan karyawannya itu.. Aku tidak sungkan untuk mengodanya, kata.. Wah.. Asyik nih main pedang.. Atau gimana sih Mas ML nya.. Candaku selalu dijawab dengan tertawa saja oleh Mas Andy.<br /><br />Hari itu adalah hari jumat, dan seperti biasa Mas Andy kembali menghubungiku via telepon.<br /><br />"Hallo.. Selamat sore Nia" serunya.<br />"Oh.. Mas Andy.. Selamat sore juga Mas" sahutku.<br />"Apa nih acaranya nanti malam?"<br />"Wah.. enggak ada acara nih Mas"<br />"Gimana kalau nanti malam kita jalan.. Nanti kukenalkan temanku" seru Mas Andy lagi.<br /><br />Aku tahu yang dimaksud "temannya" itu adalah teman jalannya, dan memang akupun penasaran seperti apasih teman Mas Andy itu.<br /><br />"Boleh aja Mas" jawabku.<br />"Oke.. Nanti aku jemput jam 8 malam yaa" serunya lagi.<br /><br />Jam 19.30 aku sudah berdandan rapih, aku memakai t'shirt dan jeans ketat, dibalik itu aku memakai bra dan g-string berwarna pink.. Warna favoritku, rambut hitamku yang panjang kubiarkan terurai kebelakang, dan benar.. Tepat jam 20.00 Mas Andy datang menjemputku, aku pun langsung masuk ke dalam mobilnya dan duduk di depan.<br /><br />"Wah.. Malam ini kamu cantik sekali Nia" puji Mas Andy, aku hanya tersenyum saja, lalu.<br />"Nia.. Kenalkan temanku" seru Mas Andy.<br /><br />Ternyata dibangku belakang duduk seorang laki-laki, aku pun menoleh sembari mengulurkan tanganku.<br /><br />"Nia.. "sahutku,<br />"Joni.." sahut pria itu sembari menjabat tanganku.<br /><br />Mhmm.. Ternyata yang namanya Joni ini macho juga.. pikirku. Selama perjalanan kami banyak ngobrol, dan dari pembicaraannya aku tahu kalau usia Joni ini sepantaran dengan aku yaitu 24 tahun, dan dia berasal dari daerah.. Dikota ini dia mengontrak rumah dan tinggal sendirian.<br /><br />Malam itu kami habiskan dengan duduk-duduk dan ngobrol di sebuah cafe.. Dan aku merasa geli juga melihat tingkah laku Mas Andy dan Joni.. kadang-kadang dalam tawa canda mereka.. Suka saling pandang dan sekali-kali saling berpegangan tangan layaknya seperti dua orang kekasih.. Apalagi sedari tadi tidak henti-hentinya mereka berdua memesan draft beer.. Minuman ringan kata mereka.. Sementara aku hanya memesan long island.. Minuman ringan juga.. menurutku?<br /><br />Jam sudah menunjukkan pukul 23.00 ketika kami keluar dari cafe itu, tampak sekali Mas Andy dan Joni sudah mulai dipengaruhi alkohol, sedangkan aku.. kepalaku mulai rada-rada pusing.. Karena pengaruh alkohol juga. Dari situ kita pergi ketempat Joni.. Jelas maksud Mas Andy adalah mendrop Joni terlebih dahulu, tetapi ternyata kamipun mampir ditempat Joni.. Dan aku menurut saja ketika disuruh turun.. Masuk ke dalam rumah Joni, akupun duduk diruang tamu.. Sementara Mas Andy dan Joni masuk ke dalam.. Aku tidak tahu apa yang mereka lakukan didalam..<br /><br />Tetapi menunggu adalah pekerjaan yang paling menyebalkan.. Apalagi pengaruh alkohol sudah memenuhi kepalaku, aku pun berjalan ke dalam.. Menuju kesebuah kamar yang tidak tertutup.. Tampak cahaya lampu terang dari dalam kamar itu, ketika aku melihat ke dalam.. Terkejutlah aku.. Tampak Mas Andy dan Joni sedang.. berdiri ditengah kamar.. Dan berciuman.. Hah! Mas Andy hanya mengenakan jelana jeansnya.. Sementara kaosnya sudah entah kemana.. Dan Joni dia hanya memakai celana kolor saja..<br /><br />Aku hanya berdiri bengong diambang pintu.. Melihat adegan itu.. Tampak mereka sangat ganas sekali berciuman.. Joni lebih sedikit agresif.. Dia berusaha melepas celana jeans Mas Andy hingga akhirnya terlepas lalu celana kolor Mas Andy pun dilepasnya.. Maka tampaklah batang kemaluan Mas Andy yang.. Besar dan tegang itu.. Ohh, segera Joni mencekal batang kemaluan Mas Andy itu lalu dikocok-kocoknya dengan tangan kanannya.. Setelah itu Jonipun berjongkok dihadapan Mas Andy.. Dan.. Astagaa..<br /><br />Dengan ganas Joni mengisap batang kemaluan Mas Andy itu.. Woowww.. Sungguh indah sekali pemandangan di depanku itu.. Tampak batang kemaluan Mas Andy langsung dihisap oleh Joni.. Dijilat-jilat kepalanya terus dihisap lagi.. Joni mengerakkan kepalanya maju mundur sehingga tampak batang kemaluan Mas Andy keluar masuk mulut Joni.. Melihat itu semua membuat pikiranku jadi kacau.. Tetapi aku tidak mau berkedip sekalipun melihat itu..<br /><br />Tiba-tiba Mas Andy menoleh kepadaku.. Dan tersenyum..<br /><br />"Nia.. Jangan bengong aja.. Ayo masuk kesini" serunya.<br /><br />Aku sempat terkejut.. Tetapi akupun berhasil menguasai diriku.. Lalu aku membalas senyum Mas Andy itu.. Dan.. Aku melangkah masuk ke dalam.. Duduk ditepian ranjang, dan memperhatikan adegan itu tanpa berkedip.. Maklum.. Aku suka banget melihatnya, kemudian Mas Andy menyuruh Joni duduk disampingku.. Dan dia berlutut dilantai diantara kedua kaki Joni.. Ditariknya celana kolor Joni itu hingga terlepas.. Tampak olehku batang kemaluan Joni.. yang berdiri tegak itu.. Tidak terlalu besar jika dibanding milik Mas Andy.. Tapi mengairahkan juga.. Oohh..<br /><br />Dengan rakus Mas Andy langung memasukkan batang kemaluan Joni ke dalam mulutnya.. Dijilatinya.. Dari kepala sampai kebiji pelirnya.. Ohh indahnya.. Diam-diam akupun terangsang hebat.. Sementara Joni hanya mengelinjang keenakan dengan mata setengah terpejam.. Lalu Mas Andy mengangkat kedua paha Joni dan ditekuknya ke atas.. Lalu dia menjilati bagian bawah biji pelir Joni.. Tampak tubuh Joni tersentak-sentak keenakan.. Gilaa.. Aku hanya duduk menonton adegan itu.. Sungguh mengairahkan..<br /><br />"Hayoo.. Nia.. Ikutan" seru Mas Andy.<br /><br />Aku hanya tersenyum saja.. Tapi gairahku.. Ohh.. Aku sudah tidak tahan lagi, akhirnya akupun mendekatkan kepalaku ke batang kemaluan Joni itu.. Tercium aroma khas.. Penis laki-laki, kemudian kujuiurkan lidahku menjilati batang kemaluan Joni.. Aaahh.. Nikmatnya.. Kukulum batang kemaluan Joni hingga.<br /><br />"Aahh.. Nggkk.. Uuhh.." terdengar erangan Joni..<br /><br />Rupanya hal itu membuat Mas Andy kepingin batang kemaluannya dioral olehku, lalu dia berlutut ditepi ranjang dan menyodorkan batang kemaluannya hingga menyentuh pipiku.. Gilaa.. Aku tidak mau menyia-nyiakan itu.. Segera kukulum kepala batang kemaluan Mas Andy..<br /><br />"Iyaa.. Iyaa.. Oohh" terdengar desisan Mas Andy..<br /><br />Kukulum dan kujilati kedua batang kemaluan itu secara bergantian, dari sudut mataku.. Aku melihat Mas Andy memperhatikan perbuatanku itu demikian juga Joni.<br /><br />Lama kuoral kedua batang kemaluan mereka, kemudian Joni merubah posisinya.. Ia menungging ditepian ranjang.. Sementara Mas Andy mengambil sesuatu dari atas meja.. Akupun sadar apa yang akan mereka lakukan, rupanya permainan akan segera dimulai.. pikirku, tampak Mas Andy mengolesi batang kemaluannya dengan cream yang ia tuangkan dari botol, dan aku pun segera beraksi.. Kujilati anus Joni yang ditumbuhi bulu-bulu.. itu.. Terasa beberapa kali tubuh Joni tersentak-sentak karena nikmat.. Kucolok-colok ujung lidahku ke dalam..<br /><br />"Aaahkk.. Ooh.. Nggkk.."<br /><br />Joni mengerang keenakan.. Lalu Mas Andy menyerahkan botol cream itu padaku.. Kutuang isinya ketelapak tanganku.. Lalu kuolesi ke sekitar anus Joni.. Sembari sekali-kali kususupkan telunjukku ke dalam lobang pantat Joni itu.. Setelah itu Mas Andy berdiri dibelakang bokong Joni dan segera mengarahkan batang kemaluannya ke lobang pantat Joni.. Akupun tidak tinggal diam.. Kubuka belahan pantat Joni.. Hingga tampak lobang anus Joni merekah.. Dan.. Bless.. Perlahan tapi pasti.. Batang kemaluan Mas Andy masuk ke dalam..<br /><br />"oohh.. Nggkk.. Aahh" erang Joni..<br /><br />Setelah itu tampak gerakan erotis pinggul Mas Andy maju-mundur.. Akupun turun dari ranjang sembari memperhatikan adegan itu.. Ohh.. Sangat.. Sangat sensasional.. Dan tanpa sepengetahuan mereka.. Aku mulai melepas pakaianku.. Hingga telanjang bulat..<br /><br />Kemudian kupeluk tubuh Mas Andy dari belakang sehingga kedua buah dadaku menyentuh punggungnya.. Dan kedua tanganku pun melingkar di dadanya.. Kutempelkan perutku dan pinggulku ke tubuh bagian belakang Mas Andy..<br /><br />"Aahh.. Nggkk.. " terdengar desisan Mas Andy..<br /><br />Dalam posisi demikian.. Pinggulku pun kugerak-gerakan maju mundur mengikuti gerakan Mas Andy.. Aahh.. nikmatnya, kuciumi tengkuk Mas Andy dari belakang.. Aku benar-benar lost kontrol.. Rupanya Mas Andy tahu.. kegelisahanku.. Iapun mengulurkan tangan kanannya kebelakang dan langsung meraba kemaluanku.. Kurenggangkan pahaku agar tangan Mas Andy leluasa meraba-raba kemaluanku.. Aaahh.. Ohh.. Aku merintih.. Nikmat ketika jari-jari Mas Andy menyodok-nyodok liang kemaluanku.. Akupun segera mendekap semakin erat tubuh Mas Andy dari belakang dengan tetap mengikuti irama pergerakan pinggulnya.<br /><br />"Kamu mau Nia.." bisik Mas Andy.<br />"Ooh.. Iya.. Mas.. Iya" sahutku.<br />"Naik deh ke atas ranjang" serunya lagi.<br /><br />Akupun segera naik ke atas ranjang, dan menungging ditepian ranjang disamping Joni.. menanti dengan pasrah.. Lalu<br /><br />"Mau dimasukin kemana Nia..?" tanya Mas Andy.<br />"Terserah mass" sahutku pelan.<br /><br />Ternyata Mas Andy memilih kemaluanku..<br /><br />"Aah.. Oohh.. Aaghhkk" rintihku ketika terasa batang kemaluan Mas Andy yang masih berlumuran cream masuk ke dalam liang vaginaku.. Aku benar-benar merasakan nikmat.. Lalu Joni yang masih menungging disampingku menoleh padaku.. Akupun menoleh padanya lalu ia menjulurkan lidahnya.. Akupun segera menjilati lidah Joni dengan lidahku, akhirnya bibir kami bertautan.. Oohh.. Nikmatnya..<br /><br />Setelah agak lama.. Akhirnya kami ganti posisi.. Joni terlentang diatas ranjang dan aku naik ke atas tubuhnya.. Perlahan-lahan aku memasukan batang kemaluan Joni ke dalam liang vaginaku.. Oohh.. Aaahh.. Nikmatnya.. Setelah itu aku menekuk kedua lututku kedepan sehingga dari belakang Mas Andy bebas memasukan batang kemaluannya ke dalam lobang pantatku..<br /><br />Nggkk.. Aaahh.. Terasa seret.. Tapi peralahan-lahan.. Amblas juga seluruh batang kemaluan Mas Andy ke dalam lobang pantatku.. Gillaa.. Gilaa.. Nikmat.. Sekali.. Ohh.. Susah aku menuliskan apa yang aku rasakan tetapi.. Sungguh sensasi sekali.. Apalagi Joni.. Dia tidak tinggal diam.. Dengan rakusnya Joni mengisap-isap kedua puting payudaraku bergantian.. Oohh.. Sungguh.. Saat itu aku tidak mau permainan kami berakhir.. Dan walaupun aku sudah dua kali klimaks tetapi.. Aku tidak mau.. Permainan ini berakhir..<br /><br />Akupun segera mengambil inisiatif. Aku minta agar posisi diubah.. Mas Andy terlentang diatas ranjang.. Sementara aku terlentang diatas tubuh Mas Andy, dan tetap batang kemaluan Mas Andy didalam anusku.. Dan Joni.. Telungkup diatas tubuhku dengan batang kemaluannya tertancap didalam vaginaku.. Oohh.. Nikmaatt..<br /><br />Setiap gerakan yang mereka lakukan membuat tubuhku mengejang-ngejang menahan nikmat, apalagi tangan Mas Andy tak henti-hentinya meremas-remas payudaraku.. Ooh.. Aahh.. Ruaarr biassaa..<br /><br />Lalu aku menekuk kedua lututku ke atas dan kedua kakiku segera merangkul pinggang Joni.. Nikmat sekali.. Apalagi Joni juga aktif menciumi bibirku, leherku dan seluruh wajahku dijilatinya, aku hanya bisa memejamkan mataku.. Menikmati kenikmatan yang tiada taranya ini, perlahan tapi pasti.. Joni mulai mempercepat gerakkannya, sementara pinggul Mas Andypun tidak mau diam, dia menghentak-hentakkan pinggulnya ke atas sehingga batang kemaluannya keluar masuk lobang pantatku. Ooohh.. Enak sekali, hingga akhirnya.<br /><br />"Aaggkk.. Aku.. Mau keluar.. Aku mau keluar" erang Joni.<br />"Saya juga.. Oohh.. Aaakk.." erang Mas Andy juga.<br /><br />Gilaa.. Aku tidak mau.. Tidak mau permainan ini berakhir, aku pun menjadi egois sekali..<br /><br />"Jangan.. Jangan dulu Mas.. Nanti aja.. Ohh" seruku dengan nafas memburu.<br />"Kenapa.. Nia.. Nggkk.. Kamu belum puas..?" bisik Mas Andy.<br />"Jangan dulu.. Mas.. Biar kuminum sperma kalian.." seruku.<br /><br />Gilaa.. Akupun tidak sadar mengucapkan kata-kata itu.. Tapi jujur.. Aku kepingin sekali.. Karena belum 100% puas jika belum menelan sperma mereka.<br /><br />Lalu akupun duduk ditepi ranjang sementara mereka berdua berdiri dengan masing-masing batang kemaluan mengarah ke bibirku.. Kukocok-kocok batang kemaluan mereka dengan kedua tanganku.. Sementara lidahku menjilati kesana-kemari.. Kuisap dan kukulum kedua batang kemaluan itu secara bergantian dan..<br /><br />"Aaaggkk.. Nggkk.. Aarrgghhkk.." tiba-tiba terdengar suara erangan Mas Andy.<br /><br />Aku segera membuka mulutku dan.. Crott.. Croott.. Keluarlah sperma Mas Andy yang segera masuk ke dalam mulutku.. Nikmatt.. Sekali.. Dan kujulurkan lidahku menjilati lobang kencing Mas Andy.. Aku tidak mau kehilangan setetespun sperma Mas Andy itu.<br /><br />Beberapa detik kemudian Joni.. Dia mengerang panjang juga.. Walau mulutku masih penuh sperma Mas Andy.. Akupun siap menerima muncratan sperma Joni.. Kumasukan kepala batang kemaluan Joni itu ke dalam mulutku, dan.. Crot.. Crot tersemburlah sperma Joni didalam mulutku.. Ohh.. Banyak.. Sekali.. Sampai beberapa kali aku harus menelannya..<br /><br />Akhirnya kami bertigapun rebah diatas ranjang.. Peluh membasahi tubuh kami..<br /><br />"Nia.. Nia.. Tidak disangka.. Kamu luar biasa.." seru Mas Andy.<br />"Benar.. Kamu hebat Nia" tambah Joni, dan aku hanya tersenyum saja.<br />"Kalian juga aneh.. Tapi hebat" seruku.<br />"Tapi ada satu permintaanku Mas.." tambahku.<br />"Apa tuh Nia.." tanya Mas Andy.<br />"Aku mau kita komitment.. Hanya sebatas ini saja.. Oke?" seruku.<br />"Iya dong Nia.. Aku kan punya isteri.. Dan kamu juga.. Ada tunangan kamu" sahut Mas Andy.<br /><br />Akupun tersenyum puas.. Dan tanpa sadar aku melirik ke jam didinding.. Gilaa.. Sudah jam 2 pagi. Dan benar.. Mas Andy benar-benar memegang komitmentnya, setelah kejadian itu dia tetap sopan kepadaku, dan tidak sekalipun dia menyinggung-nyinggung kejadian itu, dan aku.. Akupun demikian.. Nothing happened beetwen us..<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a><br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-1633333139477142032008-05-02T01:22:00.000-07:002008-05-02T01:25:24.138-07:00Cerita Panas Pengalaman Unikku Bersama "M"<div align="justify"><span><strong><a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">CERITA PANAS INDONESIA</a></strong></span>. Cerita ini berawal dari waktu aku kuliah di Trisakti, Jakarta. Aku kenal satu cewek anak FE Manajemen namanya M. Dia supel, ramah, baik, dan dari segi fisik, putih, badan tidak terlalu tinggi, sedang2 saja tidak kurus dan tidak gemuk tapi proposional. Wajahnya ok juga, cakeplah, tapi ya tergantung selera juga, yang pasti aku yakin tidak ada yang menilai dia secara fisik jelek. Si M ini aktif dalam berorganisasi, juga dalam aktifitas olahraga seperti basket, dia masuk kuliah tahun 1990.<br /><br />Aku sebenarnya tidak ada niat apa apa ke dia awalnya, apalagi menjadikannya sebagai pacar, ya ada beberapa perbedaan yang membuat aku bahkan tidak kepikiran sama sekali. Tapi secara fisik aku akui cukup tertarik secara normal, apalagi kalau main basket dia cuek mengenakan celana olahraga cukup pendek, lalu juga kaos lengan buntung yang sexy. Kadang aku penasaran juga, paling tidak pernah terlintas mau tahu seperti apa kalau dia telanjang, seperti apa payudaranya (‘kayaknya sih tidak terlalu besar’), lalu terus terang aku agak suka mencuri lihat ketiaknya kalau dia lagi main basket tapi tentu tidak sampai jelas sekali (‘ini emang keunikan gue, suka ngeliatin ketiak tapi tidak ke semua cewek, hanya untuk kriteria tertentu’). Yang lebih gila lagi aku juga membayangkan bagian tubuhnya yang paling intim, aku berimajinasi seperti apa bentuknya, bulu-bulunya. Pernah waktu main basket dia duduk dalam posisi dimana sedikit celana dalamnya terlihat dan aku terangsang juga lah melihatnya.<br /><br />Pendek kata, selepas kuliah kita tidak pernah bertemu lagi sampai suatu saat ada reuni tidak resmi dan aku ketemu dia di sana. Waow.. ternyata dia tambah ok penampilannya. Fisik tetap seperti dulu, tapi pakaian tambah trendy dan cukup berani tapi keren (tidak berlebihan seperti wanita nakal). Sudah 7 tahun selepas kuliah, usia dia sudah 31 tahun, dia pakai celana bahan yang ketat, lalu atasannya u-can-see ketat, ‘toket’nya cukup menonjol, walaupun ukurannya biasa tapi cukup merangsang buat aku, lalu karena bahan celana panjangnya agak tipis dan berwarna krem, aku bisa melihat jelas garis bentuk celana dalamnya. Bodynya terus terang memang proposional dan sexy. Waktu kuliah jarang penampilannya se-trendy itu, dan memang jaman kita kuliah dulu kebanyakan cewek2nya memakai jeans, dan kaos agak gombrong.<br /><br />Sekarang rupanya dia sudah menikah, dan aku dikenalkan ke suaminya. Suaminya supel juga, dan sepertinya banyak pergaulannya terlihat dari waktu kita bicara berbasa-basi.<br />Sepulang reuni tersebut aku, si M dan teman2 yang dulu suka ‘ngumpul’ melanjutkan obrolan ke salah satu café dan disana entah bagaimana pokoknya kita janjian mau menginap di puncak dimana tadinya tujuannya ke Novus. Tapi karena aku punya villa dan jarang dipakai keluargaku, lalu dengan pertimbangan menghemat biaya, jadilah tujuannya ke villaku dan waktunya ditetapkan Sabtu depan.<br /><br />Akhirnya beberapa hari kemudian, setelah saling konfirmasi, yang ikut 5 orang, aku, satu teman cowok yang masih lajang juga sepertiku, dan 1 pasang suami istri (istrinya teman kita) dan terakhir si M (suaminya harus dinas keluar kota).<br />Timbul pikiran iseng di pikiranku untuk ‘ngerjain’ si M. Yang pasti awalnya aku tidak berpikiran terlalu jauh dulu, hanya mau lihat bodynya dalam keadaan bugil tentunya, paling tidak yang terutama buat aku penasaran adalah melihat payudara dan tentunya vaginanya.<br />Aku kemudian mengatur atur sedemikian rupa, karena villa ku ada 4 kamar, aku atur 1 kamar buat aku dan cowok temanku yang lajang itu, 1 kamar buat pasangan suami istri tadi, dan 1 kamar buat si M.<br />Aku rencananya mau memberi obat tidur ke si M, lalu aku ke apotik yang kebetulan kenalannya pamanku. Kemudian dengan berdalih macam2 pokoknya akhirnya aku bisa mendapatkan obat tidur tersebut. Aku tidak mau menggunakan obat perangsang karena takut efeknya, jadi yang pasti2 sajalah. Kalau obat tidur kan berasal dari perusahaan farmasi yang jelas. Aku juga menanyakan apotekernya supaya dosis bisa aku beri cukup tinggi tapi aman.<br /><br />Akhirnya hari Sabtu kita berangkat siang2 ke villaku, lalu aku atur kamar2nya seperti tadi aku ceritakan, lucunya si M sempat berkomentar bercanda, ‘wah, gue sendirian nih, eh tapi daripada ama loe orang (maksudnya gue dan cowok yang satu lagi) nanti gak aman..haha…’ dalam hatiku, ‘kita liat ntar malam, aman gak loe.. hehe…’<br />Malamnya, kita jalan2 sampai jam 1 pagi kemudian pulang ke villa, ada yang minum bir, kopi, teh, dan aku sibuk memperhatikan seksama si M ini minum apa. Ternyata dia minum the hangat, dan pada saat dia lengah, aku masukkan obat tidur yang sudah kutumbuk, lalu kuaduk rata.<br />Kira2 30 menit setelah itu, dia kelihatan agak mengantuk dan berkata, ‘gue masuk dulu dah, udah teller nih kayaknya..’ Kupikir, ‘wah udah bekerja nih obatnya’.<br />Akhirnya 15 menit kemudian setelah si M masuk kamar, kita semua masuk kamar. Setelah sampai di kamar, dengan dalih belum bisa tidur, aku persilahkan temanku tidur dulu, dan aku bilang mau bicara dengan penjaga villa yang tugas ronda.<br /><br />Kemudian dengan agak takut2, penasaran tapi bersemangat lalu aku mengendap ke kamar si M. Dia kunci kamarnya, tapi aku punya kunci duplikatnya. Aku sengaja beri kamar ke dia yang system kunci nya cuma bisa dari silinder pintu sendiri (tidak ada tambahan slot atau pengaman lainnya). Aku pura2 mengetuk, mengantisipasi kalau obat tidak bekerja sebab dia pasti bangun apabila diketuk. Tapi ternyata tidak ada jawaban, lalu aku buka kunci dan buka pintunya. Aku masih lakukan tindakan preventif, kupanggil2 namanya, tapi tidak ada sahutan juga. Lalu aku hidupkan lampunya dan kulihat dia tidur pakai celana pendek yang kainnya lemas, terus atasan lengan buntung yang cukup sexy. Rupanya karena tidak menggunakan ac, dan jendela juga tidak dibuka, dia memilih untuk tidak pakai selimut karena memang tidak terlalu dingin hawanya. Kemudian perlahan aku mendekat dan coba bangunkan dengan menyentuh kakinya dan memanggil namanya. Ternyata dia tidak bereaksi juga.<br /><br />Aku terus memperhatikan si M yang lelap dan jadi makin penasaran. Dalam hatiku bergumam, ‘wah hari ini gue kudu liat toket dan memek loe!’<br />Aku kemudian sadar bahwa dia memakai baju yang tidak ada kancingnya sehingga susah membukanya yang akhirnya membuat aku mengurungkan niatku untuk melihat langsung payudaranya. Tapi aku tetap meraba dari luar bajunya dan merasakan juga bentuk putingnya, ‘gede juga bo..’ Payudaranya tidak terlalu besar, tapi putingnya besar.<br />Selanjutnya aku usap sambil memutari putingnya dengan jemariku dan lucunya dia tetap tidur tidak bereaksi tapi putingnya mengeras seiring waktu aku mengusap (Terus terang aku bingung juga ‘koq bisa yah’).<br /><br />Dia tidur telentang dan kakinya agak mengangkang sedikit, lalu pelan aku coba untuk merapatkan kakinya. Kelihatannya apapun yang kulakukan dia tidak bereaksi. Setelah kakinya rapat, pelan2 dengan agak gemetar, aku pelorotkan celana luarnya, perlahan sekali dan agak lama juga karena aku takut sekali dia bangun dan tahu apa yang kulakukan. Lalu setelah melewati bagian pantat (agak susah karena mungkin musti melewati bongkahan pantatnya) akhirnya menjadi lumayan mudah. Pada saat aku pelorotkan, mataku sengaja tetap menatap matanya supaya memastikan dia tidak terbangun.<br /><br />Setelah celana luarnya sampai ke bawah mata kaki aku lihat dia tetap tertidur, dan aku berpaling untuk melihat bagian pusar ke bawahnya, dan aku terkesima melihat tubuh bagian pusar ke bawah yang hanya terbalut celana dalam yang agak kecil, putih bermotif sexy sekali. Aku melihat pahanya yang putih mulus lalu bagian celana dalamnya yang menutupi apa yang aku idam-idamkan selama ini. Motifnya berbentuk bunga bunga kecil dimana pada daerah bunga2 kecil ini agak transparan dan pada bagian bawah celana dalamnya aku melihat samar warna kehitaman yang aku yakini itu adalah daerah bulu bulu vaginanya. Aku terangsang dan penisku yang dari tadi sudah mulai menegang, menjadi bertambah tegang. Aku kemudian memberanikan diri menyentuh bagian yang kehitaman tersebut dan memang terasa tumpukan halus bulu2nya lalu kulanjutkan meraba ke bawah lagi hingga terasa bentuknya agak menggunung lalu pembalut kecilnya.Aku buka sedikit pahanya yang tadinya rapat, kemudian aku perhatikan dengan seksama bagian sekitar vaginanya yang terbalut celana dalam. Sayang aku tidak dapat meraba merasakan bibir vaginanya karena ia memakai pembalut kecil, tapi yang menarik pada kedua pahanya yang putih mulus itu, di bagian pinggir dekat tepian celana dalamnya yang menutupi tepat di vagina atau labia mayoranya, aku lihat warnanya menjadi agak kecoklatan dan sedikit gelap. Ini membuat aku lebih dekat lagi membayangkan warna labia mayoranya.Kemudian aku rapatkan kembali untuku progress selanjutnya.<br /><br />Dan bagian paling mendebarkan dari buka2an ini sewaktu aku turunkan celana dalamnya. Begitu bulu bulu bagian atasnya menyembul keluar sewaktu celananya sedikit melorot, aku kembali terkesima dan dalam hatiku aku bergumam ‘gileee ini toh jembut si M yang selama ini gue pengen liat.’<br />Aku buka lagi celana dalamnya sampai perjuanganku membawanya sampai ke mata kaki dan aku lepaskan cdnya dari salah satu kakinya. Akhirnya, aku berhasil membuatnya setengah bugil dari perut ke bawah. Aku terdiam sejenak menikmati pemandangan ini karena shock, tidak pernah terbayang sebelumnya akan mendapatkan pengalaman ini. Si M yang selama ini aku lihat dengan pakaian kuliah, atau paling pakaian olah raga yang sexy, kini bugil mempertontonkan bagian intimnya padaku. Aku begitu hebat terangsangnya dan melihat secara detil bagian intimnya, bulu bulunya tidak terlalu banyak, agak keriting tapi tidak terlalu keriting juga, dan dalam keadaan kaki rapat, aku masih bisa melihat bagian belahan atas vaginanya serta ada tonjolan daging agak gelap Aku merasa ini surprise sekali dan aku bergumam dalam hati ‘anjirr.. kayak gini toh memek si M yang selama ini gue tebak2 bentuknya.’<br /><br />Tapi ini belum memuaskanku, aku lanjutkan perjuanganku dengan menggeser dan membuka kakinya sedikit demi sedikit hingga mengangkang dan (waoow) akhirnya kulihat jelas sekali seluruh vagina si M, klitorisnya agak gede, dan jengger atau labia minoranya agak menonjol (rupanya ini tadi yang waktu kakinya rapat aku ceritakan ada tonjolan daging di belahan atas vaginanya).<br />Jenggernya ini walaupun dia rapetkan kakinya tapi tetap menyembul keluar sedikit.<br /><br />Warna labia mayoranya agak kecoklatan, klitorisnya coklat agak bersemu merah, jenggernya coklat agak kehitaman. Walau dia putih tapi di kiri kanan selangkangan dekat memeknya agak sedikit menggelap kulitnya seperti yang kulihat sewaktu dia masih mengenakan cdnya. Lobang atau vulvanya dalam keadaan kaki buka sedikit memang rapat tetapi waktu aku buka lagi sehingga kakinya mengangkang kelihatan lubang itu agak besar, mungkin karena sering disetubuhi suaminya haha.<br />Aku lanjutkan dengan memegang bulu bulunya, klitorisnya, jenggernya, aku juga memasukkan jariku ke lobang vaginanya, dan kuberanikan diri menjilat vagina si M ini. Aku dengan nafsunya membuka jenggernya sampai jelas kelihatam lobang vaginanya dimana dalamnya ada bentuk bentuk daging2 merah muda tidak beraturan dan lumayan basah dimana mungkin dia termasuk agak ‘becek’.<br /><br />Aku pindah sebentar ke tubuh atasnya, kuraba lagi putingnya dari luar bajunya dan ku angkat pelan2 tangannya untuk melihat ketiaknya, (baru jelas sekarang), ternyata dia cukur bulu ketiaknya tapi masih ada sisa2 dikit membuat ku semakin terangsang.. Kembali ke vaginanya, akhirnya aku betul betul tidak tahan untuk tidak mencoba, maka kuputuskan nekad untuk mencobanya.<br />Aku memberanikan diri karena melihat dia dari tadi tidak bereaksi dan hanya tidur saja, mungkin mimpi, wah tidak tahu tuh.<br />Aku angkat lututnya (seperti orang mau melahirkan) lalu aku ganjal kaki kakinya dengan guling2 yang ada di situ.<br /><br />Akhirnya kucoba masukkin batangku ke vaginanya. Mungkin karena dia tidur sehingga tidak dalam keadaan terangsang membuat awalnya agak susah atau ‘seret’ juga, tapi aku coba sehalus dan seperlahan mungkin, supaya tidak bangun.<br />Akhirnya masuk juga semua kemudian mulailah kukocok2.. Dan sensasinya benar benar hebat kurasakan. Aku betul2 menikmati sekali persetubuhan sepihak ini, dan rasanya nikmat sekali. Selama aku setubuhi dia tetap tidak bangun dan aku tidak berani ganti posisi karena susah dan resiko bangun. Ah.. nikmat sekali vagina si M ini, dalam hatiku aku berkata, ‘aduh sori M, biar deh sekali ini aja gue pake memek loe..’<br /><br />Akhirnya setelah 30 menit kukocok kocok penis ku dalam vaginanya si M, aku mengalami orgasme yang hebat, dan aku keluarkan air maniku di dalam vaginanya (aku tahu dia tidak lagi subur karena di pembalut kecilnya ada noda coklat muda, jadi menurutku kalau tidak lagi mau mens, mungkin sehabis mens).<br />Kemudian aku tahan sebentar sampai aku puas lalu kucabut batangku dari dalam lobang intimnya, tak lama terlihat sebagian spermaku mengalir keluar. Aku ambil tissue untuk membersihkan dan mengeringkan serta memakaikan lagi celana dalam dan luarnya setelah sebelumnya kucium vaginanya sambil berujar, ‘thank’s M, paling gak gue udah pernah puas pake meki loe dan loe ga pernah tau hal ini pernah terjadi hehe..’<br /><br />Waah.. aku betul betul puas karena tercapai apa yang pernah aku idam-idamkan bahkan melebihi harapanku.<br />Terus terang vaginanya agak longgar, agak becek tapi sensasi yang kualami nikmat sekali mungkin faktor psikologis membuat aku mengalami sensasi yang hebat dimana aku penasaran dengan tubuhnya dari semenjak kuliah dan aku kenal dia juga sebagai temen sendiri, kemudian bisa didikatakan aku setubuhi dia tanpa dia tahu. Ini mungkin sensasinya..<br /><br />Besoknya dia bangun kesiangan dan katanya ke kami ‘waduh sori kesiangan, ga tau nih, gue teller berat semalem..’ Dalam hati aku tersenyum sambil melihat ke bagian vagina dia dan dalam hati berkata ‘hehe gue udah tau bentuk dan rasa memek loe.’<br />Terus terang setelah itu ada perasaan tidak enak sebetulnya, merasa bersalah.<br />‘Sori M.. gue khilaf..’<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-39350907091315671732008-05-02T01:18:00.001-07:002008-05-02T01:21:59.178-07:00Cerita Panas Perawan<div align="justify"><span><strong>CERITA PANAS INDONESIA</strong></span>. Mata-mata jelalatan, mencari sasaran<br />Dengus napas menggesa, tak sabar meniti jeda<br />Jantung birahi berdegup, menuntut meminta<br />Rakus..., kuhirup darah perawan<br />Hooii...!!<br />Perawan-perawan jelita<br />Puaskan aku dengan darah kalian!!!<br />(Tuhan, kapan kau renggut darah perawanku?)<br /><br />Malam semakin tua, tetapi gelak tawa di stasiun radio itu masih sesekali menggema. Semuanya suara cowok. Rupanya meski siaran sudah habis tengah malam itu, masih ada saja orang yang tinggal, kongkow ngrumpi sana-sini, membicarakan apa lagi, kalau bukan soal cewek. Maklum, satu-satunya obyek pembicaraan antara cowok, yang tak lekang dimakan jaman, adalah soal cewek.<br /><br />"Cerita dong Boy, gimana kamu memerawani Meity," pinta salah seorang diantaranya.<br /><br />Meity adalah pacar Boyke. Mereka dikenal sebagai pasangan 'panas' yang tak segan berciuman dan menunjukkan keintiman mereka di depan umum. Edan pokoknya. Mereka bahkan saling foreplay di depan rekan-rekan mereka selagi kongkow begitu.<br /><br />"Kapan ya? Waktunya sih aku sudah lupa. Tapi masih terpatri di ingatanku peristiwa itu terjadi saat pesta perpisahan SMA kami. Di bawah panggung pementasan tepatnya," jawab Boyke sambil nyengir.<br /><br />"Wah, sebelum pementasan tutup tahun?" tukas Pri, yang merupakan sobat Boyke sejak lama. Kini mereka berdua sama-sama siaran di radio itu.<br /><br />"Hahahaha," gelak yang ditanya, "Nggak! Nggak Pri. Kamu salah. Justru tepat ketika anak A2 nge-band sehabis kita itu Pri."<br />"Hah?"<br /><br />"Masih ingat nggak, kan band kita kan tampil pertama kali? Abis itu si Meity, Andin, dan Tri nge-dance?" tanya Boy sambil menatap Pri dan kemudian senyum-senyum ke dua pendengar lainnya. Pri mengangguk.<br /><br />"Nah, saat itulah otakku bersiasat, mencari cara untuk mendapatkan Meity. Habis, konak aku liat pusat perutnya yang diobral sewaktu nari itu. Mulus bok!! Ketika tubuhnya meliuk-liuk di panggung, mataku udah melotot saja. Jakunku sampai gelegak-gelegek nelen air liur beberapa kali. Busyet deh," mata Boy menerawang.<br /><br />"Trus, gimana kamu berhasil menyeretnya ke bawah panggung tanpa orang lain tahu?" tanya si Agil. Agil adalah fans lawas. Ia bahkan sesekali membantu ketika stasiun radio itu membuat acara offair. Aktif pokoknya.<br /><br />"Hehehe, pertanyaan cerdasss," seringai Boy sambil mengacungkan jempolnya. "Waktu itu kalau nggak salah, panggung kesenian tutup tahun itu terpaksa dibuat di lapangan basket. Aula besar baru direnovasi deh. Trus, belakang panggung tuh didirikan backdrop hitam, kanan kirinya ditambahi batas kain, hitam juga, jadi ada gang di antara kain itu, untuk pengisi acara mondar-mandir dari panggung ke kamar ganti tanpa ketahuan penonton. Asal tahu saja, ketika Meity turun panggung, aku langsung menggeret tangannya. Aku tarik dia ke belakang panggung yang hanya sanggup menyembunyikan tubuh kerempengku ini."<br /><br />"Ah ya, waktu itu kamu memang nolak aku ajak ke area penonton, rupanya karena alasan itu," tukas Pri seolah baru ngeh kenapa sahabatnya menolak ajakannya waktu itu.<br /><br />"Betul Pri. Dan di balik backdrop itu deh aku garap Meity, yang waktu itu belom menerima cintaku. Aku cium bibir dia. Meity semula menolak, tapi akhirnya mandah saja, rupanya dia nggak tahan menerima hujan ciuman yang aku berikan." Jelas Boy seraya ngakak.<br /><br />"Dan akhirnya aku geret deh dia ke bawah panggung, dan jebol keperawanannya di situ. Habis itu, jadilah Meity pacarku sampai sekarang, ketagihan dia rupanya ama dedek aku. Hahaha...," Boy ngakak semakin keras.<br /><br />"Asyik juga kali kalau dapet perawan gitu ya?" gumam Agil kepingin.<br /><br />"Lho, ya kamu tinggal cari dong," seru Boy.<br /><br />"Cari gimana Boy? Masak kita harus ujicoba terus ampe nemu yang perawan gitu? Kamu kan tahu sendiri sekarang ini jarang banget cewek yang masih virgin gitu,"<br /><br />"Yupp. Harus. Caranya ya emang trial terus deh. Soalnya kalau sampai kita blon ngerasain darah keperawanan, hhmmm, bakal penasaran terus deh," tutur Boy.<br /><br />Belum lagi salah satu dari mereka bereaksi terhadap perkataan itu, pintu di sebelah kanan mereka bergeser kasar, bahkan daun pintu itu ditutup lagi dengan sebuah bantingan. "Brakkk..!!!" Sepertinya si pembuka pintu kesal.<br /><br />"Eh, Lang, buka pintunya perlahan saja dong," ujar Pri setelah tahu siapa yang membanting pintu. Kaget juga dia, tidak biasanya Lang muncul selarut ini.<br /><br />"Ah, pasti elo lagi perang ya ama Denni?" tanya Boyke sambil cengengesan, merasa lucu dengan guyonannya sendiri.<br /><br />Fatal.<br /><br />"Nggak usah ngurusi urusan orang! Sana cari terus darah perawanmu ke ujung dunia..!!" teriak Lang dengan muka memerah menahan amarah. Bibir gadis itu bahkan terlihat bergetar.<br /><br />"Kalian benar-benar biadab. Kalian pikir aku nggak mendengar setiap pembicaraan tentang keperawanan tadi? Jangan salah, cukup lama aku berdiri di luar dan mendengar semuanya. KALIAN BIADAB..!! Kalian tidak adil mempermainkan nasib kaum perempuan!!"<br /><br />"Lho..!" Boyke, Pri dan Agil sempat terlonjak mendapatkan tanggapan yang sangat tidak biasa ini. Biasanya Lang begitu sabar, tidak gampang terprovokasi amarahnya. Dan sekarang terlihat banget kalau gadis itu tersinggung berat dengan obyek pembicaraan mereka.<br /><br />"Lang," tiba-tiba terdengar suara Abi dari ujung atas tangga ke lantai dua. Suara yang begitu sabar. Yang membuat Lang tiba-tiba teringat bukan pada tempatnya dia berteriak penuh amarah ke orang yang tidak tahu masalahnya.<br /><br />Muka Lang tertunduk. Ia menghela nafas panjang, mencoba meredam gejolak hatinya. Ditatapnya tiga orang cowok di depannya.<br /><br />"Hhh,.... sorry," ucapnya lirih. Kemudian cepat-cepat ia meninggalkan mereka sebelum mereka sadar betapa matanya dipenuhi air mata yang menjelang runtuh.<br /><br />Lang setengah berlari menaiki tangga. Abi masih berdiri di ujungnya. Laki-laki itu mengulurkan tangannya, ia kemudian menggenggam tangan Lang, membimbingnya masuk ke ruang rekam 2. Dibiarkannya perempuan itu meringkuk di pojok ruangan sambil menangis.<br /><br />Abi bisa menduga kenapa Lang tadi begitu reaktif. Baru tiga hari yang lalu ia tahu betapa perempuan yang ada didepannya ini didera musibah. Suami Lang berselingkuh dengan adik kandungnya sendiri. Kenyataan mana yang bisa lebih pahit dari itu bagi seorang perempuan?<br /><br />Abi justru heran, beberapa hari ini Lang tetap masuk kerja. Padahal sejak kejadian itu, ia mengira gadis itu pasti akan mangkir dari tugasnya. Makanya ia sudah minta Pri untuk stand by menggantikannya. Nyatanya tidak. Lang hanya mangkir terhadap janjinya rekaman malam itu, tapi paginya, ia sudah datang bahkan dua jam sebelum jam siarannya! Cuma, memang tak ada lagi warna ceria di wajahnya. Mata Lang juga terkesan sendu, tidak 'hidup' seperti biasanya.<br /><br />Abi masih diam. Ia bahkan tak berani mengajak Lang bicara. Tak tega hatinya melihat perempuan yang diam-diam dicintainya itu menangis. Ingin sekali dipeluknya gadis itu, membisikkan kekuatan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tapi ia tak berani. Tidak. Tidak sekarang.<br /><br />Akhirnya badai tangis Lang mereda. Gadis itu kini menatap Abi dengan matanya yang sembab. Dhuh, rapuhnya dia, bisik Abi dalam hati.<br /><br />"Sudah lega?" tanya Abi sambil mencoba mengajak tersenyum gadis itu.<br /><br />Bibir Lang tersenyum getir. Ia mengangguk lemah.<br /><br />Waktu seakan terhenti. Diam. Mata Lang menatap langit-langit, sementara Abi menunduk menatap ujung sepatunya sendiri, membiarkan Lang mengendapkan perasaannya.<br />"Bi" suara Lang memecah kebekuan itu.<br />"Hmm?" mata abi beranjak ke gadis itu.<br />"Seberapa besar sih arti keperawanan buat seorang cowok?"<br /><br />Pertanyaan yang tidak terduga. Abi mengira gadis itu akan bertanya soal perselingkuhan, ia adalah laki-laki yang sering berselingkuh, tapi ternyata ia keliru. Otaknya bergerak cepat. Pasti soal ini tetap ada hubungannya dengan kasus Denni dan Windy.<br /><br />"Hm, tergantung Lang. Ada yang sama sekali nggak mempedulikan itu. Tapi untuk sebagian lain kayaknya itu penting banget. Kenapa?"<br /><br />Lang masih memandangi langit-langit ruangan itu. Dari ujung matanya mengalir lagi buliran air. Tanpa isakan.<br /><br />"Aku... aku sekarang tahu apa yang membuat perkawinanku tak beres Bi. Selama ini rupanya Denni mengabaikanku karena menyimpan amarah. Ia kecewa... aku aku tak mengeluarkan ..darah.. perawanku... ketika berhubungan pertama dengannya," bibir gadis itu bergetar, suaranya tercekat menahan isak tangis.<br /><br />Abi terdiam. Bajingan, rupanya itu yang menjadi momok selama ini. "Dan apa karena alasan itu pula dia menggauli adikmu?"<br /><br />Dilihatnya Lang mengangguk. "Malam ini dia mengakui itu Bi. Aku mendesaknya bicara setelah beberapa hari ini dia diam seribu bahasa. Dia bilang kecewa pada diriku karena hal itu. Tapi, aku retas protesnya. Aku bilang kepadanya betapa tidak adilnya dirinya. Kenapa dia tidak menyampaikan protesnya sejak saat kami melewatkan malam pertama kami, biar aku bisa langsung visum dokter."<br /><br />"Eh, eh, dan kau yakin memang masih perawan saat itu?" tanya Abi ragu-ragu, takut kalau pertanyaannya semakin membuat perempuan itu gundah.<br /><br />Lang terdiam. Tapi Abi menyeksamai betapa gadis itu terlarut dalam lamunannya<br /><br />******<br /><br />Lang selalu malu-malu ketika mereka mulai saling menggerayang. Gadis itu bahkan terlihat tersipu ketika tangan Krisna melepas pakaiannya. Selalu begitu. Tapi Krisna tahu persis, Lang selalu menginginkannya. Dan biasanya, ciuman-ciumannya di daerah sensitif si gadis akan melumerkan kekakuannya.<br /><br />Tubuh gadis itu kini tergolek di kasur yang terletak di pojokan kamar. Krisna memandanginya sejenak. Kulit Lang tampak bersih, matanya sayu mengundang. Payudaranya kencang berisi. Di bagian bawah, rambut kemaluannya tak begitu lebat, menonjolkan bukit kewanitaannya. Sangat menggairahkan.<br /><br />Krisna kembali mendekat, menciumi leher gadis itu. Bau keringatnya begitu khas, harum, bukan harum parfum karena Lang memang tak pernah menggunakan pewangi, tapi aroma alami gadis ini sangat menggoda.<br /><br />Dengan sigap Krisna menindih tubuh menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang itu. Ditariknya kedua lengan Lang ke atas kepalanya, diciuminya pangkal lengan si gadis yang nyaris tak berbulu. Gadis itu menggelinjang. Tangan Krisna kemudian menggerayang ke bawah pusat. Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemari Krisna mempermainkan bibir kemaluannya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha Lang terkangkang semakin lebar. Krisna memegangi kejantanannya, menyapukan ujung kepalanya yang memerah ke bibir kemaluan gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu.<br /><br />Lenguhan manja terdengar dari bibir Lang, semakin membuat tegangan birahi Krisna naik ke ubun-ubun. Ia tak lagi bisa mengendalikan diri. Ia tak lagi mengusapkan kepala kejantanannya, dan bersiap menghujamkan senjatanya itu ke liang vagina si gadis. Perlahan, kejantanannya hampir menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh kekasih perawannya itu, ketika tiba-tiba tubuh Lang menyentak bangun.<br /><br />"Tidak. Kris, jangan!" Lang menarik tubuhnya yang telanjang itu duduk merepet ke dinding<br /><br />"Kenapa sih kau selalu menolak?! Kau tidak ingin memberikannya kepadaku? Kau tidak mencintaiku?" tanya lelaki itu gusar.<br />"Kris, lihat mataku. Apakah kau meragukan perasaanku kepadamu?"<br /><br />Krisna memandang wajah bulat telur yang ada di depannya. Dia tahu Lang sangat mencintainya. Mereka memang saling mencintai. Lang bahkan mau pacaran sembunyi-sembunyi dengan dia, mahasiswa seni design, yang miskin dan belum jadi apa-apa. Padahal kalau gadis itu mau, pasti ia bisa mendapatkan pacar yang lebih bonafid.<br /><br />Sejak tiga bulan lalu, ketika orangtua Lang positif melarang mereka pacaran, mereka tampaknya ingin anak gadisnya mencari pasangan yang lebih baik masa depannya. Tapi nyatanya, gadis itu justru setiap hari mampir ke kost-kost-an Krisna sepulang kuliah. Sejam-dua jam mereka berbagi rindu, berbagi mimpi akan masa depan. Kuliah Krisna di institut seni sudah di tingkat akhir. Dia sebentar lagi lulus dan dia akan melamar pekerjaan secepatnya. Ingin dipinangnya gadis itu meski orangtua Lang tak boleh. Dan seperti rencana mereka, bila perlu, mereka akan kawin lari. Tapi itu nanti, ketika ia sudah bekerja dan mampu bertanggungjawab.<br /><br />"Kris," panggilan Lang menyadarkannya kembali, "bukannya aku tak ingin memberikan keperawananku kepadamu. Bukankah sudah pernah kita bahas, kita akan menjaga yang satu itu sampai nanti waktunya. Aku ingin memberikan hal paling hakiki dari kewanitaanku itu pada suamiku,"<br /><br />"Dan apa aku bukan calon suamimu?" sela Krisna masih setengah gusar.<br /><br />"Kris, pahamilah, aku sangat berharap kaulah yang akan menjadi suamiku nantinya. Kau tahu, aku sangat mengharapkan itu, makanya aku abaikan larangan orangtuaku untuk berhubungan denganmu. Kau pikir itu mudah?" kata Lang merajuk merayu.<br /><br />"Ambillah ini nanti pada saat yang tepat. Aku akan menjaganya untukmu." Sambil berkata demikian gadis itu merangkulkan kembali lengannya ke leher Krisna. Ditatapnya laki-laki itu penuh kasih, dan kemudian Lang mendaratkan sebuah kecupan lembut di bibirnya, disusul dengan ciuman-ciuman lain yang membangkitkan nafsu kelelakiannya.<br /><br />Tubuh Krisna menegang, birahinya kembali bergolak. Gadis itu selalu pandai meruntuhkan kemarahannya. Ia juga paling bisa membangkitkan nafsunya. Sudah beberapa kali ini mereka melakukan persetubuhan, meski tanpa memasukkan kelelakiannya ke liang vagina si gadis. Kissing, petting, necking, sudah bukan hal asing bagi mereka berdua, dan harus diakui, tanpa intercourse pun, ia sudah mendapatkan ejakulasinya.<br /><br />Tubuh mereka kembali bergelut, seperti lintah yang saling lekat, menghisap satu sama lain. Erangan-erangan lirih dari mulut Lang kembali terdengar ketika perlahan Krisna membaringkannya lagi di atas kasur di pojok kamar itu, dan ia menghujani ciuman bertubi-tubi ke payudara si gadis. Sesekali dijilatnya puting Lang yang sensitif, digigitnya lembut puting berwarna cokelat itu. Dan biasanya pada tahapan ini erangan Lang semakin keras.<br /><br />Tangan gadis itu pun aktif menggerayang tubuh bugil Krisna. Diremasnya bokong lelaki itu, dan perlahan tapi pasti gerayangannya berpindah semakin ke depan. Ditemukannya kejantanan lelaki itu tegap berdiri, siap untuk sebuah pendakian. Lang merespon ciuman laki-laki itu dibibirnya penuh gairah, dan ia mengarahkan kejantanan Krisna ke sela jepitan pahanya yang kenyal. Krisna paham kekasihnya menginginkan kepuasan dan mulai menggenjot kejantanannya di antara kedua labia mayora si gadis. Gesekan demi gesekan menyentuh kelentit Lang, membuatnya memejamkan mata, merasai kenikmatan. Tubuhnya menggeliat, rangsangan batang kejantanan Krisna di bagian itu selalu membuatnya terbang. Ia selalu merindukan sentuhan nikmat ini. Dan tanpa terasa jepitan pahanya semakin kuat, membuat Krisna terombang-ambing dalam ayunan birahi.<br /><br />"Lang, aku mencintaimu," Krisna membisikkan kata sihir yang semakin memacu goyangan pinggul gadis itu.<br /><br />Keduanya kini seolah bersicepat. Tubuh mereka semakin basah dalam gerakan ritmis. Dan tak lama kemudian mereka bersama mengerang. Tubuh gadis itu melenting, ditekannya bokong Krisna agar ia tak kehilangan rasa nikmatnya. Sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa. Dan muntahan 'lahar' panas dari ujung kepala kejantanan Krisna mengguyur kemaluan luar Lang. Rasa hangat yang masih ditingkahi dengan gesekan batang kemaluan Krisna itu telah membawa Lang ke ujung orgasmenya.<br /><br />******<br /><br />"Tidak! Aku yakin, aku masih perawan ketika kawin dengan Denni. Aku tak pernah membiarkan pacarku yang dulu memerawaniku," lemah Lang berbisik seolah meyakinkan dirinya sendiri.<br /><br />"Tapi, kemana darah perawanku?" kembali sebulir airmata membasahi pipi gadis itu.<br /><br />Abi tak bisa menjawab pertanyaan itu. Ia beranjak mendekati Lang. Digenggamnya tangan gadis itu yang kini dingin dan gemetar.<br /><br />"Sudahlah Lang, percuma kau menangisinya saat ini. Kau hanya harus teguh pada keyakinanmu bahwa kau memang tidak pernah melepas keperawananmu pada orang lain. Lagi pula, tidak semua keperawanan pecah mengalirkan darah," Abi mencoba membesarkan hati Lang, "Pulanglah! Hari semakin larut. Aku antar, yuk!"<br /><br />Tapi gadis itu tak bereaksi terhadap ajakan Abi. Matanya justru menatap Abi lekat-lekat.<br /><br />"Tidak Bi, andaikata ada tempat lain untukku pulang, saat ini," keluh gadis itu, "dan, aku tadi sengaja datang ke sini untuk sesuatu urusan, berkait dengan kamu."<br /><br />"Dengan aku?"<br /><br />Lang mengangguk. "Tadi ketika aku bantah tuduhannya atas keperawananku, Denni tahu kalau dia tak punya pijakan kuat untuk menjadikan keperawananku sebagai alasan perselingkuhannya dengan Windy. Dandan dia menarikmu dalam badai ini."<br /><br />"Apa maksudmu?" Abi masih belum tanggap dengan perkataan itu.<br /><br />"Di tengah keputus-asaannya, Denni mencari seribu satu pembenaran atas perselingkuhannya itu, dan IA MENUDUHKU BERSELINGKUH DENGAN KAMU. Dan ia berkata perselingkuhannya hanyalah upaya dia membalas hal itu."<br /><br />"Tapi, Kau tahu itu tidak benar! Salah besar! Aku tak pernah menyentuh seujung pun rambutmu. Hubungan kita selama ini sangat profesional bukan, selalu urusan kerja," bantah Abi.<br /><br />Ada rasa perih di hati Lang mendengar jawaban Abi. Hhh, jadi laki-laki itu tidak mencintainya. Semua perhatiannya semata berkait dengan kesenimanannya itu. Hampir ia menundukkan kepalanya ketika Abi memegang kedua pipinya, memaksanya menatap laki-laki itu.<br /><br />Abi melihat kilatan pedih itu di mata Lang. "Tidak Lang, jangan salah paham! Maafkan aku. Selama ini aku berusaha tetap profesional, karenakarena aku ingin menyembunyikan perasaanku."<br /><br />Mulut Abi tiba-tiba berat sekali. Di hatinya berkecamuk keinginan, antar ingin mengatakan perasaannya, tapi takut hal itu akan menimbulkan komplikasi baru pada masalah ini. Tapi di sisi lain ia juga khawatir, gadis itu semakin terpuruk dalam rasa tidak percaya dirinya, padahal itu sangat dibutuhkannya. Dan ia, Abi Wicaksono bisa memberikannya!<br /><br />Akhirnya, Abi menyerah pada kata hatinya yang paling dalam. "Lang, aku tak sanggup lagi menyimpan perasaan ini. Aku.aku mencintaimu."<br /><br />Mendengar pengakuan itu, mata Lang membelalak lebar. Perasaannya serasa diguyur air es, dingin, menyejukkan. Tak kuasa lagi ia menahan diri. Ia menghambur ke pelukan Abi, dan menangis di dada laki-laki itu, yang segera merengkuhnya erat. Sangat erat. Memberikan seribu rasa yang dibutuhkan perempuan itu. Rasa aman, rasa sayang, dan rasa betapa ia dibutuhkan.<br /><br />Ingin sekali Lang menghentikan gerak waktu, hanya sampai di sini. Dilupakannya masalahnya. Ditepisnya ingatan bahwa laki-laki itu bukan lajang. Tak lagi dia ingat betapa ada Indi yang akan kesakitan oleh pengakuan ini. Lang hanya tak ingin beranjak dari kebahagiaan ini. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Abi, tersenyum di antara tangisnya. Ia letakkan sejenak bebannya dalam pelukan itu. Lang menemukan oase setelah pengembaraannya yang panjang.<br /><br />Di sini aku temukan kau,<br />Di sini aku temukan daku,<br />Di sini aku temukan arti,<br />Serasa tiada..sendiri.<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a><br /></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-34246874288812392532008-05-02T01:12:00.000-07:002008-05-02T01:13:49.765-07:00Cerita Panas Percintaan dengan Adik Istri<div align="justify"><a href="http://aneka-yess.blogspot.com/"><strong>CERITA PANAS INDONESIA</strong></a>. Saya, Andry (bukan nama sebenarnya) adalah seorang pria berumur 35 tahun dan telah berkeluarga , istri saya seumur dengan saya dan kami telah dikarunia 2 putra.<br /><br />Istri saya adalah anak ke 2 dari empat saudara yang kebetulan semuanya wanita dan semuanya telah menikah serta dikarunia putra-putri yang relatif masih kecil, diantara saudara-saudara istri , saya cukup dekat dengan adik istri saya yang kurang lebih berumur 34 tahun namanya Siska (bukan nama sebenarnya).<br /><br />Keakraban ini bermula dengan seringnya kami saling bertelepon dan makan siang bersama pada saat jam kantor (tentunya kami saling menjaga rahasia ini), dimana topik pembicaraan berkisar mengenai soal pekerjaan, rumah tangga dan juga kadangkala masalah seks masing-masing.<br /><br />Perlu diketahui istri saya sangat kuno mengenai masalah seks, sedangkan Siska sangat menyukai variasi dalam hal berhubungan seks dan juga open minded kalau berbicara mengenai seks, juga kebetulan dikeluarga istri saya dia paling cantik dan sensual, sebagai ilustrasi tingginya kurang lebih 165 cm, kulit putih mulus, hidung mancung, bibir agak sedikit kelihatan basah serta ukuran dada 34 a.<br /><br />Keakraban ini dimulai sejak tahun 1996 dan berlangsung cukup lama dan pada tahun 1997 sekitar Juni, pembicaraan kami lebih banyak mengarah kepada masalah rumah tangga, dimana dia cerita tentang suaminya yang jarang sekali memperlihatkan perhatian, tanggung jawab kepada dia dan anak-anak, bahkan dalam soal mencari nafkahpun Siska lebih banyak menghasilkan daripada suaminya ditambah lagi sang suami terlalu banyak mulut alias cerewet dan bertingkah polah bak orang kaya saja.<br /><br />Menurut saya kehidupan ekonomi keluarga Siska memang agak prihatin walaupun tidak dapat dikatakan kekurangan, tetapi boleh dikatakan Siskalah yang membanting tulang untuk menghidupi keluarganya.<br /><br />Disamping itu sang suami dengan lenggang keluyuran dengan teman-temannya baik pada hari biasa maupun hari minggu dan Siska pernah mengatakan kepada saya bahwa lebih baik suaminya pergi keluar daripada di rumah, karena kalau dia dirumah pusing sekali mendengarkan kecerewetannya.<br /><br />Saya menasihati dia agar sabar dan tabah menghadapi masalah ini, karena saya seringkali juga menghadapi masalah yang kurang lebih sama dengannya hanya saja penekanannnya berbeda dengan kakaknya.<br /><br />Istri saya seringkali ngambek yang tidak jelas sebabnya dan bilamana itu terjadi seringkali saya tidak diajak berbicara lama sekali.<br /><br />Akhirnya Siska juga menceritakan keluhannya tentang masalah seks dengan suaminya, dimana sang suami selalu minta jatah naik ranjang 2-3 kali dalam semingggu, tetapi Siska dapat dikatakan hampir tidak pernah merasakan apa yang namanya orgasme/climax sejak menikah sampai sekarang, karena sang suami lebih mementingkan kuantitas hubungan seks ketibang kualitas.<br /><br />Siska juga menambahkan sang suami sangat kaku dan tidak pernah mau belajar mengenai apa yang namanya foreplay, walaupun sudah sering saya pinjami xxx film, jadi prinsip suaminya langsung colok dan selesai dan hal itupun berlangsung tidak sampai 10 menit.<br /><br />Siska lalu bertanya kepada saya, bagaimana hubungan saya dengan kakaknya dalam hal hubungan seks, saya katakan kakak kamu kuno sekali dan selalu ingin hubungan seks itu diselesaikan secepat mungkin, terbalik ya kata Siska.<br /><br />Suatu hari Siska telepon saya memberitahukan bahwa dia harus pergi ke Bali ada penugasan dari kantornya, dia menanyakan kepada saya apakah ada rencana ke Bali juga, karena dia tahu kantor tempat saya bekerja punya juga proyek industri di Bali, pada awalnya saya agak tidak berminat untuk pergi ke Bali, soalnya memang tidak ada jadwal saya pergi ke sana. Namun dengan pertimbangan kasihan juga kalau dia seorang wanita pergi sendirian ditambah lagi ‘kan dia adik istri saya jadi tidak akan ada apa-apa, akhirnya saya mengiyakan untuk pergi dengan Siska.<br /><br />Pada hari yang ditentukan kita pergi ke Bali berangkat dari Jakarta 09.50, pada saat tiba di Bali kami langsung menuju Hotel Four Season di kawasan Jimbaran, hotel ini sangat bernuansa alam dan sangat romantis sekali lingkungannya, pada saat menuju reception desk saya langsung menanyakan reservasi atas nama saya dan petugas langsung memberikan saya 2 kunci bungalow, pada saat itu Siska bertanya kepada saya, oh dua ya kuncinya, saya bilang iya, soalnya saya takut lupa kalau berdekatan dengan wanita apalagi ini di hotel, dia menambahkan ngapain bayar mahal-mahal satu bungalow saja ‘kan kita juga saudara pasti engga akan terjadi apa-apa kok , lalu akhirnya saya membatalkan kunci yang satu lagi, jadi kita berdua share 1 bungalow.<br /><br />Saat menuju bungalow kami diantar dengan buggie car (kendaraan yang sering dipakai di lapangan golf) mengingat jarak antara reception dengan bungalow agak jauh, didalam kendaraan ini saya melihat wajah Siska , ya ampun cantik sekali dan hati saya mulai bergejolak , sesekali dia melemparkan senyumnya kepada saya, pikiran saya, dasar suaminya tidak tahu diuntung sudah dapat istri cantik dan penuh perhatian masih disia-siakan.<br /><br />Di dalam bungalow kami merapikan barang dan pakaian kami saya menyiapkan bahan meeting untuk besok sementara dia juga mempersiapkan bahan presentasi , pada saat saya ingin menggantungkan jas saya tanpa sengaja tangan saya menyentuh buah dadanya karena sama-sama ingin menggantungkan baju masing-masing, saya langsung bilang sorry ya Sis betul saya tidak sengaja, dia bilang udah engga apa-apa anggap aja kamu dapat rejeki.... wow wajahnya memerah tambah cantik dia.<br /><br />Lalu kita nonton tv bareng filmya up close and personal, pada saat ada adegan ranjang saya bilang sama Siska wah kalo begini terus saya bisa enggak tahan nih, lalu saya berniat beranjak dari ranjang mau keluar kamar (kita nonton sambil setengah tiduran di ranjang), dia langsung bilang mau kemana sini aja, engga usah takut deh sambil menarik tangan saya lembut sekali seakan memohon agar tetap disisinya.....selanjutnya kita cerita dan berandai-andai kalau dulu kita sudah saling ketemu...dan kalau kita berdua menikah dan sebagainya.....<br /><br />Saya memberanikan diri bicara, Sis kamu koq cantik dan anggun sih, Siska menyahut nah kan mulai keluar rayuan gombalnya, sungguh koq sih saya engga bohong, saya pegang tangannya sambil mengelusnya, oww geli banget , Andry come on nanti saya bisa lupa nih kalo kamu adalah suami kakak saya....biarin aja kata saya.<br /><br />Perlahan tapi pasti tangan saya mulai merayap ke pundaknya terus membelai rambutnya tanpa disangka dia juga mulai sedikit memeluk saya sambil membelai kepala dan rambut saya.....akhirnya saya kecup keningnya dia bilang Andry kamu sungguh gentle sekali...uh indahnya kalau dulu kita bisa menikah saya bilang abis kamunya sih udah punya pacar.....berlanjut saya kecup juga bibirnya yang sensual dia juga membalas kecupan saya dengan agresif sekali dan saya memakluminya karena saya yakin dia tidak pernah diperlakukan sehalus ini....kami berciuman cukup lama dan saya dengar nada nafasnya mulai tidak beraturan, tangan saya mulai merambat ke daerah sekitar buah dadanya...dia sedikit kaget dan menarik diri walaupun mulut kami masih terus saling bertempur.....<br /><br />Kali ini saya masukkan tangan saya langsung ke balik bhnya dia menggelinjang saya mainkan putingya yang sudah mulai mengeras dan perlahan saya buka kancing bajunya dengan tangan saya yang kanan, setelah terbuka saya lepas bhnya wow betapa indah buah dadanya ukurannya kurang lebih mirip dengan istri saya namun putingnya masih berwarna merah muda mungkin karena dia tidak pernah menyusui putranya, Siska terhenyak sesaat sambil ngomong, Andry koq jadi begini....Sis saya suka ama kamu, terus dia menarik diri...saya tidak mau berhenti dan melepaskan kesempatan ini langsung saya samber lagi buah dadanya kali ini dengan menggunakan lidah saya sapu bersih buah dada beserta putingnya....Siska hanya mendesah-desah sambil tangannya mengusap-ngusap kepala saya dan saya rasakan tubuhnya semakin menggelinjang kegelian dan keringat mulai mengucur dari badannya yang harum dan putih halus....<br /><br />Lidah saya masih bermain diputingnya sambil menyedot-nyedot halus dia semakin menggelinjang dan langsung membuka baju saya pada saat itu saya juga membuka kancing roknya dan terlihat paha yang putih mulus nan merangsang, kita sekarang masing-masing tinggal ber cd saja, tangan dia mulai membelai pundak dan badan saya, sementara itu lidah saya mulai turun ke arah pangkah paha dia semakin menggelinjang, ow andry enak dan geli sekali .....<br /><br />perlahan saya turunkan cdnya, dia bilang andry jangan bilang sama siapa-siapa ya terutama kakak saya....saya bilang emang saya gila kali, pake bilang-bilang kalo kita .......... setelah cdnya saya turunkan saya berusaha untuk menjilat kelentitnya yang berwarna merah menantang pada awalnya dia tidak mau, katanya saya belum pernah ......, nah sekarang saatnya kamu mulai mencoba<br /><br />lidah saya langsung menari-nari di kelentitnya dia meraung keras....oohhhhhhhh<br /><br />andry .........enaaaaaaaaaaakkkkkkkkkkk sekali.....saya ...saya enggak pernah merasakan ini sebelumnya kamu pintar sekali sih...........terus saya jilat kelentit dan lubang vaginanya.....tidak berapa lama kemudian dia menjerit.....auuuuuuuuwwww saya keluar andry oooooooooooohhhhhhhhhenak sekali.....dia bangkit lalu menarik dengan keras cd saya ....langsung dia samber kontol saya dan dilumatnya secara hot dan agresif sekali.....oh nikmatnya....terus terang istri saya tidak perah mau melakukan oral sex dengan saya......dia terus memainkan lidahnya dengan lincah sementara tangan saya memainkan puting dan kelentitnya....tiba-tiba dia mengisap kontol saya keras sekali ternyata dia orgasme lagi...........dia lepaskan kontol saya, andry ayo dong masukin ke sini sambil menunjuk lobangnya .....perlahan saya tuntun kontol saya masuk ke memeknya......dia terpejam saat kontol saya masuk ke dalam memeknya sambil dia tiduran dan mendesah-desah........ohhhhhhhh andry biasanya suami saya sudah selesai dan saya belum merasakan apa-apa, tapi kini saya udah dua kali keluar, kamu baru saja mulai.....waktu itu kami bercinta udah kurang lebih 30 menit sejak dari awal kita bercumbu........................<br /><br />Sekarang saya angkat ke dua kakinya ke atas lalu ditekuk, sehingga penetrasi dapat lebih dalam lagi sambil saya sodok keluar masuk memeknya....dia terpejam dan terus menggelinjang dan bertambah liar dan saya tidak pernah menyangka orang seperti Siska yang lemah lembuh ternyata bisa liar di ranjang,<br /><br />dia menggelinjang terus tak keruan.......uhhhhhhh andry saya keluar lagi.....saya angkat perlahan kontol saya dan kita berganti posisi duduk , terus dia yang kini mengontrol jalannya permainan ,...dia mendesah sambil terus menyebut ohh andry....ohhh andry dia naik turun makin lama makin kencang sambil sekali-kali menggoyangkan pantatnya.......tangannya memegang pundak saya keras sekali..iiiiiiiiiiihhhhhhhhhhhh uuuuuuuuuhhhhhhhhhhhhhh andry saya keluar lagi ........kamu koq kuat sekali.......come on andry keluarin dong saya udah engga tahan nih,,,,,,,, biar aja kata saya.....saya mau bikin kamu keluar terus , kan kamu bilang sama saya , kamu engga pernah orgasme sama suami kamu sekarang saya bikin kamu orgasme terus........iya sih tapi ini betul-betul luar biasa andry,..............ohhhhhhhhhhh betapa bahagianya saya kalau bisa setiap hari begini sama kamu......ayo jangan ngaco ah mana mungkin lagi, kata saya...<br /><br />Saya bilang sekarang saya mau cobain doggy style, apa tuh katanya, ya ampun kamu engga tau, engga tuh katanya, lalu saya pandu dia untuk menungging dan perlahan saya masukkan kontol saya ke memeknya yang sudah banjir karena keluar terus, pada saat kontol saya sudah masuk sempurna mulailah saya tusuk keluar masuk dan goyangin makin lama makin kencang.....dia berteriak dan menggelinjang dan mengguncangkan tubuhnya........andry........aaaaaaaammmmmmmmmmpuuuuuuuuuuuuunnnn dehhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh saya keluar lagi nih dan waktu itu saya juga udah mau keluar......saya bilang nanti kalau saya keluar maunya di mulut Siska, ah jangan Siska belum pernah dan kayaknya jijik deh.........cobain dulu ya.....akhirnya dia mengangguk............<br /><br />Tiba saatnya saya sudah mau orgasme saya cabut kontol saya dan sembari dia jongkok saya arahkan kepala kontol saya ke mulutnya sambil tangan dia mengocok-ngocok kontol saya dengan sangat bernafsu......sis..................udah mau keluar langsung kontol saya dimasukkan ke dalam mulutnya engga lama lagi.....creetttttttt creeeeeeeetttttttttttt crettttttttttttttt creeeeeeeeettttttttttttt, penuhlah mulut dia dengan sperma saya sampai berceceran ke luar mulut dan jatuh di pipi dan buah dadanya.. dia terus menjilati kontol saya sampai semua sperma saya kering saya tanya gimana sis enak enggak rasanya dia bilang not bad.................................... kita berdua tertidur sampai akhirnya kita bangun jam 21.30..................................<br /><br />Siska mengecup halus bibir saya..........Andry, thanks a lot ...........saya benar-benar puas sama apa yang kamu berikan kepada saya, walaupun ini hanya sekali saja pernah terjadi dalam hidup saya............................<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5029970357774766800.post-55704994312533581122008-05-02T01:04:00.000-07:002008-05-02T01:12:10.548-07:00Cerita Panas Petting Dengan Dr. Johny<div align="justify"><span><strong>CERITA PANAS INDONESIA</strong></span>. Nama saya yanti sudah berkeluarga bekerja pada sebuah klinik Dr Johny yang juga sudah berkeluarga. Ia sangat baik dan sopan dan sangat tampan. tetapi kami menjaga jarak layaknya seperti seorang atasan dan bawahan. ia berpraktek mulai dari jam 1.00 sampai dengan jam 6.00 sore.Pasiennya cukup banyak,tapi sering kosong tidak ada pasien. Pada saat itu kami sering ngobrol tentang banyak hal, termasuk keluarga kami masing masing.Ia sangat menaruh Perhatian ke wajah saya ketika saya bercerita sebaliknya saya sangat sennang akan gayanya berbicara bibirnya senyumya sangat lembut, pipi dan janggutnya kebirubruan habis dicukur.<br /><br />Pada suatu hari saya ada kemelut keluarga dan itu rupanya terlihat diwajah saya ,Ketika Dr bertanya meledaklah tangis saya sambil enceritakan bagaimana suami saya bermain dengan sahabat saya .Dokter dengn lembut memeluk saya dan menyabarkan hati saya, dihapusnay air mataku dengan sapu tangannya diciumnya dahi dan pipiku "SHH Shh jangan menangis" lalu dikecupnya bibirku berkali kali dn entah siapa yang memulai ciuman mulut itu berubah menjadi ciuman yang nikmat dan panjang. Kejadian itu berlanjut beberapa saat sapai kami berdua sadar dan ia buru buruminta maaf, tatapisaya katakan tidak apa apa karena itu hanya ciuman sayang. Diam diam saya tidak dapat melupakan betapa nikmatnya bibirny, lidah nya nyaris masuk membelai bibirku yang menanti.Besoknya ketika masuk bekerja kami berciuman pipi, tapi setelah itu ia memandang bibirku dan ketika wajahnya mendekat saya tidak mengelak dan ciuman nikmat terulang kembali tapi kini lebih pasti lebih bebas dan lebih bernafsu.Lidahnya menyusup membuat gerakan nikmat aku membalas bergelut dengan lidahnya,kami baru lepas<br />ketika ada ketukan dipintu oleh seorang pasien. kami sama-sama tersenjum sambil membenahi rambut saya membuka pintu kamar praktek.Stelah itu tiap ada kesempatan kami saling menikmati ciuman yang basah dan penuh nafsu. Tetapi kami berjanji untuk tidak melamapaui batas sampai berbuat begitu.<br /><br />Tetapi satu saat di sofa ditengah engahan nafsu: "yan....."<br />"eheh..." Aku tak tahan Yan " "Tapi kan engga boleh....."<br />"tapi ini udah keras liat deh..sambil memperlihatkan<br />tonjolan dicelananya.Saya memang ingin sekali meliat dr<br />punya "abis musti diapain?""Saya mau kamu kocok sampai airku keluar" ,Terlihat tangannya berbuat sesuatu dan dikeluarkanlah benda yang mencuat dari tubuhnya, Untuk pertamakali saya melihat laki laki punya selain dari punya suamiku. saya terangsang Kepalanja besar merah diujungnya ada setetes lendir sangat indah." Boleh saya pegang?" Ia hanya mengangguk. Jempol dan jariku dengan hati hati memegang ujung berlendir, dengan gerakan melingkar jariku membasahi keseluruh kepala sehingga terlihat mengkilap, batangnya makin mengeras dan ia melenguh kenikmatan.<br /><br />Pada saat itu punyaku sudah basah berdenyut denyut .Tiba tiba ia menjingkap rokku dan tangannya menjelusup di memekku. Karena CD ku menghambat aku melorotkan dan kembali duduk disofa sambil membukapahaku supaya ia dapat melihat dengan jelas punyaku yang merekah merah dan mengkilap karena lendir.<br /><br />Tanganku ditarik kebatangnya lalu diajarkan bagaimana mengocok naik turun batangnya yang keras tapi terasa hangat dan lembut ditangan.Jarinya dengan sangat ahli mengutak ngutik memeku dan jarinya bergerak masuk keluar dengan perasaan memmbuatku seperti sedang disetubuhi.<br /><br />Pantatnya mulai maju mundur seirama dengan gerakan naik turun tanganku dan napasnya memmburu Kadang2 tangannya membantu tanganku untuk lebih mempercepat ritme yang mulai memuncak, Tiba tiba urat2nya menegang aduh ..aduh.. saya mau keluar yanty ah ah ah dan dibawah telapak tangan terasa batangnya bergerak dan Crut Crut crut Lendirnya menyembur membasahi celana dan tangan Yanthy."Sekarang giliran kamu" kami mulai berciuman .Aduh nikmatnyaa lidah nya dengansantai dan lincah menjelajahi rongga mulutku dan kadang kadang mengundang lidahku ku keluar dan<br />ia nmenangkap dan dihisap kemulutnya dan nikmatnya menjalar kebagian bawahku sampai lendirku terasa meleleh diantara pahaku.<br /><br />Tiba tiba ia berhenti dan badannya melorot ke lantai dan mengankat kedua pahaku sehingga memekku terbuka tiada pengahalang didepan matanya ,aku lebih terangsang karena ia memandangi punyaku yang membengkak ingin diisi.<br />Tiba tiba mulutnya telah mencium memekku "aduh John kamu ngapain John diapain adu geli ah ah ah lidah kamu nakal....<br />Aduh nikmatnya apa yang dibuat dimulutku tadi sekarang dibuat di memekku.Lidahnya masuk keluar bibinya mengulum kelentitku membuat mataku terbalik bergetar mulutku menganga mendesah aduhhhhhhhh.TANGANKU MEMEGANG BAGIAN BELAKANG KEPALANYA MENEKAN KEMEMEKU ORGASME YANG NIKMAT SEKALI Kami berdua senang setidak tidaknya merasa tidak terlalu bersalah karena kami tidak sampai berbuat begitu tetapi hanya main main dengan mulut dan tangan.<br /><br />Tag: <a href="http://lirik-tembang.blogspot.com/">Tembang</a>, <a href="http://artispopuler.blogspot.com/">Artis Populer</a>, <a href="http://duartis.blogspot.com/">Majalah Online</a>, <a href="http://aneka-yess.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a>, <a href="http://filmlokal.blogspot.com/">Download Film</a>, <a href="http://preview-film.blogspot.com/">Film</a>, <a href="http://zoneindonesia.blogspot.com/">Zone Artis Indonesia</a></div>Technology and Science Magazinehttp://www.blogger.com/profile/14434377601363870404noreply@blogger.com0