15 April 2008
Cerita Panas Malam Ultah Dewi
0 komentarHari ini hari Sabtu di bulan Juli. Hari jadinya Dewi. Dewi dan aku telah menjadi pasangan sejak 8 bulan. Dewi itu anaknya PD,ceria dan spontan blak-blakan, meskipun kadang dia bisa judes sekali tetapi dia jujur terhadap lawan bicaranya, selalu berbicara sesuai dengan keadaan hatinya. Dewi tidak memiliki wajah cantik seperti bintang-bintang film layaknya, tetapi dia memiliki senyum yang bila orang melihatnya mampu mengeluarkan perasaan yang nyaman bagi kita-kita . Buatku dia adalah yang terseksi. Hari ini telah kurencanakan sejak beberapa minggu
yang lalu. Aku berniat memberikan sesuatu yang spesial yang tak dapat terlupakan begitu saja. Hari telah larut, matahari mulai terbenam, dan aku mempersiapkan diri untuk menjemput
Dewiku. Dewi telah tahu kalau aku akan mengajaknya keluar makan malam, tetapi dia belum tahu kemanakah kita akan pergi.
Jam menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat ketika aku sampai di rumahnya. Aku memencet bel rumahnya. Tidak lama kemudian keluarlah Dewi dengan senyumnya yg menawan, memakai rok terusan tidak berlengan berwarna biru muda.
yang lalu. Aku berniat memberikan sesuatu yang spesial yang tak dapat terlupakan begitu saja. Hari telah larut, matahari mulai terbenam, dan aku mempersiapkan diri untuk menjemput
Dewiku. Dewi telah tahu kalau aku akan mengajaknya keluar makan malam, tetapi dia belum tahu kemanakah kita akan pergi.
Jam menunjukkan pukul tujuh kurang seperempat ketika aku sampai di rumahnya. Aku memencet bel rumahnya. Tidak lama kemudian keluarlah Dewi dengan senyumnya yg menawan, memakai rok terusan tidak berlengan berwarna biru muda.
Dia berlari-lari kecil sambil memakai jaket jeans. Di balik tubuhku telah kusiapkan setangkai mawar berwarna merah, dan ketika dia berdiri di hadapanku, kuberikan padanya sambil mengucapkan selamat dan memberikan ciuman kecil di pinggir bibir kirinya. Sekilas dia tersipu, tetapi dari pancaran matanya menyorotkan hatinya yg senang. Aku membukakan pintu mobil dan mempersilakannya masuk. Setelah itu kita mulai jalan. Sepanjang jalanan kami bercanda ria, sambil tak lupa kusinggung penampilannya yg anggun sekali hari ini. Dan Dewi pun tahu sekali bagaimana merespon sikapku ini terhadapnya.
Dia bersikap manja sekali terhadapku, yg bisa membuat hatiku senang, menimbulkan perasaan suka yg dalam terhadapnya. Akhirnya setelah menyetir setengah jam, sampailah kami di tempat tujuan. Dewi sekilas rada terkejut setelah melihat tempat tujuan kami, karena bukan fancy restaurant ato hotel mewah yg menyambut kami, melainkan sebuah kedai di pinggiran jalan. Tetapi Dewi tidak menampakkan ekspresi kecewa sama sekali karena kedai tersebut adalah kedai soto, makanan favoritnya Dewi. Kamipun jalan masuk kedalam kedai tersebut dan mulai memesan makanan.
Kami duduk saling berhadap-hadapan, sambil tertawa-tawa kecil, kamipun terus mengobrol lalu lalang menunggu datangnya makanan. Selama mengobrol itu aku sekali-kali memegang tangannya dan mengelus-elusnya sambil kucium kecil sekali-kali, sedangkan Dewi sambil tertawa kecil berusaha menarik-narik tangannya dan berkata, " aihh, malu ah ". Akupun hanya tertawa saja sambil melepas tangannya dan di bawah meja aku mulai melepaskan sepatuku tanpa sepengetahuannya dan mulai memainkan jari-jari kakiku di betisnya yg ramping dan putih itu. Ahh dia terkejut sedikit, tetapi cepat menanggapi situasi, tak lama kemudian dia pun ikut memainkan kakinya ke kakiku. Tetapi permainan kami tiba-tiba terhenti dengan datangnya makanan yg kami pesan. Kamipun mulai menikmati kehangatan makan untuk menutupi dinginnya malam. Aku menyuapinya sekali-kali dan Dewipun membalasnya.
Malam itu seakan-akan milik kami berdua saja. Tak lama kemudian aku pamit dengannya untuk keluar sebentar saja. Tak lama kemudian aku kembali dengan seorang pengamen.
Kami duduk saling berhadap-hadapan, sambil tertawa-tawa kecil, kamipun terus mengobrol lalu lalang menunggu datangnya makanan. Selama mengobrol itu aku sekali-kali memegang tangannya dan mengelus-elusnya sambil kucium kecil sekali-kali, sedangkan Dewi sambil tertawa kecil berusaha menarik-narik tangannya dan berkata, " aihh, malu ah ". Akupun hanya tertawa saja sambil melepas tangannya dan di bawah meja aku mulai melepaskan sepatuku tanpa sepengetahuannya dan mulai memainkan jari-jari kakiku di betisnya yg ramping dan putih itu. Ahh dia terkejut sedikit, tetapi cepat menanggapi situasi, tak lama kemudian dia pun ikut memainkan kakinya ke kakiku. Tetapi permainan kami tiba-tiba terhenti dengan datangnya makanan yg kami pesan. Kamipun mulai menikmati kehangatan makan untuk menutupi dinginnya malam. Aku menyuapinya sekali-kali dan Dewipun membalasnya.
Malam itu seakan-akan milik kami berdua saja. Tak lama kemudian aku pamit dengannya untuk keluar sebentar saja. Tak lama kemudian aku kembali dengan seorang pengamen.
Pengamen itu tersenyum kepada Dewi dan mengucapkan selamat Ulang Tahun dan mulai menyanyikan satu lagu yg khusus telah kuminta dari pengamen tersebut. Lagu dari Memes yg judulnya 'Terlanjur Sayang'. Sedangkan Dewi terlihat di pipinya merekah noda-noda merah tersipu, sambil tersenyum. Malampun semakin bertambah hangat untuk kita berdua. Selesai bersantap malam, kamipun beranjak keluar. Tetapi malam belom berakhir bagi kami.
Aku menyetir lagi ke tempat tujuan berikutnya. Mobil mulai menggelinding meninggalkan kedai tersebut ke arah kota. Sepanjang perjalanan kami saling bercanda ria dan bermesraan.
Setiap perhentian di lampu merah kita gunakan untuk berciuman dengan lembut. Akhirnya sampai di tujuan, di sebuah hotel di tengah kota. Dewi tidak terlihat terkejut sama sekali, karena
kami memang sering menghabiskan waktu berduaan di hotel, dimana kami merasa mendapatkan cukup privacy.
Setelah mendapatkan kunci, kami naik ke atas menggunakan lift. Sesampainya di kamar dewi langsung menyerbuku dengan menggebu-gebu, merangkul dan menciumi bibirku. tetapi aku menahannya, karena masih ada sesuatu yg ingin kuberikan kepada Dewi, yaitu hadiah HUTnya. Aku mengeluarkan kotak kecil berwarna biru dan berkata " Happy Birthday Sweetheart". Dewi membuka kotak itu dengan hati-hati, setelah melihatnya, terlihat matanya memancarkan sinar,"thanks honey" dan merangkulku sambil menciumi bibirku dengan menggigit-gigit
kecil. Aku berbisik padanya " di coba donk sayang".
Sambil berjalan ke arah cermin, Dewi melepaskan jaket jeansnya dan langsung mencoba anting-anting baru pemberianku. Aku mengamatinya dengan seksama dan mendekati perlahan-lahan dari belakang. Aku memeluk Dewi, tanganku menampik rambut Dewi ke arah kiri dan mulai menciumi lehernya yg jenjang. Kumainkan bibirku di bagian kanan lehernya, dengan sekali-kali kusentuh dengan ujung lidah dan ku hisap-isap, sementara tanganku mulai mengusap-usap paha Dewi, menarik roknya agak keatas. Dewi sendiri hanya mendesah-desah kecil. Jilatanku berpindah ketelinganya di sebelah kanan dan tanganku berusaha membuka ritsleting bajunya. Jatuhlah bajunya ke lantai, kupeluk Dewiku yg hanya berbalut pakainan dalam dari belakang. Tiba-tiba Dewi membalik dan memelukku erat-erat sambil menciumi bibirku dengan ganas. Kami saling berpagutan, ku melahap bibir atas Dewi, dan dewi melahap bibir bawahku, bergantian. Lidah kami berputar-putar didalam mulut. Ciuman berpindah keleher masing-masing dengan di selingi gigitan-gigitan kecil.
Tangan dewi mulai membuka kemejaku dan mengusap-usap dadaku. Tanganku mulai menurun dari pinggang ke lekuk tubuhnya yg berikut. Kurasakan kain tipis di pantatnya, satu jariku masuk. Dua jari, dan tanganku berada di dalam celana dalamnya mengelus-elus kurvanya yg halus. Kumainkan jariku di antara belahan pantatnya. Dewi mulai menurun dan menghisap-isap
putingku, memainkan lidahnya di sekitar perutku, "ahhh" , tanganku berusaha mencari kaitan BHnya di punggung, sedangkan dewi sudah berhasil menurunkan celanaku. Kami hanya tinggal bercelana dalam. Aku mengangkat Dewi lagi dan memegangi kedua tangannya ke atas dengan tangan kiriku sambil bersenderan di dinding, aku memagut bibirnya lagi yg merah merekah. Tangan kananku mengusap-usap lembut dadanya yg polos bersih. Sambil tidak melepaskan pagutan, perlahan-lahan kami beranjak ke arah ranjang dan membaringkan Dewiku. Aku melepaskan celananya. Ah, pemandangan yg tak akan kulupakan. Akupun melepaskan celanaku
dan mulai menciumi Dewi lagi sambil berbisik " malam ini aku akan memanjakanmu, my princess".
Dewi diam menatapku dan mebelai lembut rambutku " aku sayang kamu Roy". Akupun menatapnya balik dengan lembut dan berkata, " aku mao supaya malem ini kamu tidak membantah apa yg aku kata, aku masih ada sesuatu untukmu." "Ohh apa itu Roy ?". " ssstttt" kataku sembari menutup mulutnya yg mungil dengan dua jariku. Aku berdiri dan mengambil kain hitam yg telah kusiapkan dari rumah. Kemudian aku duduk di samping dewi sambil berkata, " aku akan menutup matamu sayang " " ah tapi , apaan sih kok tutup-tutup segala " protes Dewi. " Tenang honey, just trust me, OK " kataku sambil mengecup keningnya. Dewipun menatapku lagi dan mengangguk setuju.
Aku menutup mata Dewi dengan kain hitam tersebut. Dengan perlahan aku membaringkan tubuh Dewi lagi, namun berbalik telungkup sekarang, Dewi hanya menuruti saja dengan pasrah.
Lalu aku mulai membelai rambutnya dan menciumi lehernya dari belakang, menggigit-gigit cuping telinganya. Lidahku menjalar-jalar di punggungnya Dewi tepat di belahannya. Aku menyentuh punggungnya dengan lembut menggunakan jari-jari tanganku saja, perlahan dari pundak sampe kebelakang lutut. Lidahku bermain-main sekarang di belahan tubuh kiri Dewi, di
bawah lengannya. Naik turun. Dewi tidak bersuara sedikitpun, hanya sekali-kali terdengar lenguhannya. Jari-jariku mulai bermain-main di belahan pantatnya sambil sekali-kali kuturunkan hingga pangkal paha, dimana aku merasakan sesuatu yg hangat dan lembab. Kumainkan jariku bergantian dengan lidahku di belahan pantatnya dan sedikit intensif di dekat
bagian anusnya.
Kemudian tanganku merayap turun lagi ke dalam pahanya bagian dalam bergantian ku elus dengan jari dan telapak tangan, sambil kucium dan jilat bagian belakang pahanya dan bagian belakang lututnya. Aku memindahkan permainanku ke bawah dimana aku mulai menghisap-isap jari-jari kakinya dengan perlahan dan hanya menggunakan bibir, turun ke telapak kakinya yg buberikan ujung-ujung lidahku. Kemudian aku berbalik lagi kembali ke pantatnya dimana aku memainkan kepala penisku di bulatan pantatnya, kemudian berpindah di belahannya, ku gesek-gesekan dengan perlahan, tiba-tiba dengan cepat, dan perlahan lagi, sambil ku tiduri Dewi dari atas.
Terdenger suara desahan Dewi semakin mengeraslidahku yg kubuat melingkar-lingkar dari leher kanannya ke kiri, dimana tepat di tengah-tengah lehernya aku melahap, " eehh, nnggg, Roy ayo Roy, ehmmmm ". Aku membalikkan tubuh Dewi, sehingga dia sekarang berbaring terlentang masih dengan mata tertutup. Akupun mulai menciuminya lagi. Kugigit-gigit bibirnya yg merah muda itu sambil menahan tangannya yg ingin memelukku. Dengan tangan kiriku menahan kedua tangan Dewi di atas kepalanya, aku melanjutkan ciumanku di bibirnya, sambil sekali-kali aku tarik, membuat Dewi mengangkat-angkat kepalanya seakan hendak mengejar bibirku, tetapi tertahan oleh tanganku dan tutup matanya.
Aku menciuminya lagi dan menariknya lagi. " Ahhh Roy, kok kamu gitu sih, jangan bikin aku geregetan donk " . Aku melahap lehernya yg putih sekarang, lidah-lidahku bergerak bergantian
dengan kedua bibirku dan kuhisap-hisap dalam dan kuat di selingi dengan tarian lidahku di pangkal lehernya. Dewi hanya bisa menggelinjang tinggi yg langsung ku sambut dengan ciuman
lagi di bibirnya. Permainan kuturunkan kebagian dadanya. Aku mulai dengan sentuhan halus dengan ujung-ujung jariku yg mengelilingi bulatan dadanya, menimbulkan rasa geli yg enak
sekali.
Bergantian dengan ujung jari, aku mengelus-elus dadanya dengan ujung-ujung kuku dan meremasnya dengan tangan penuh, perlahan sekali pergerakan tanganku melingkari dadanya yg indah itu. Lidahku mulai bergerak-gerak mencari puting susunya yg merekah berdiri. Aku menghisapnya bagaikan bayi yg sedang menyusui, sekali-kali kugigit-gigit kecil di putingnya, dan memainkan ujung-ujung lidah berputaran di sekitar putingnya. Lidahku juga turun bermain di belahan antara dua bukit kembar tersebut. Berganti ke arah kiri dan kanan tubuhnya.
Aku menangkat lengan Dewi lagi dan mulai memainkan ujung-ujung lidahku lagi di pangkal lengannya berputar di ketiaknya yg bersih tak berbulu. Tanganku naik turun di samping tubuhnya sebelah kanan dari lengan sampai paha atas. Di perutnya aku berhenti melingkar-lingkar dengan lidah di sekitar pusarnya, dan memasukan ujung lidahku ke dalamnya, menyodok-nyodok dan kuhisap-hisap lembut dengan bibirku. Sementara itu tangan kananku mulai bermain di bibir vaginanya yg sudah merekah basah. Aku hanya menggesek-gesekan jariku tanpa berusaha mengenai klitorisnya. Aku mulai meregangkan paha Dewi, dan mulai membuka bibir vaginanya.
Kuberika sentuhan kecil di klitoris dengan ujung lidahku. Dewi melenguh lagi sambil memegang kepalaku. Jari tengahku memulai menggesek-gesek ujung lubang vaginanya, sementara lidahku
kuputar-putar di sekitar klitoris Dewi, aku juga menghisap-hisap klitorisnya, kutarik dalam-dalam dengan hisapanku, sambil jariku menusuk-nusuk masuk dalam vaginanya, berputar-putar di dalam merasakan basahnya dan hangatnya dinding vaginanya. Jariku seakan-akan menggaruk-garuk dinding vaginanya atas bawah sambil aku tetap menghisap-hisap klitorisnya, sememntara jempolku kumainkan di antara vagina dan anusnya. Dewi berontak bangun " cepat Roy, ayo masukin donkkk please". Aku menyambutnya lagi dengan bibirku, kuciumi lagi dengan ganasnya, sambil kuselipkan pahaku diantara selangkangannya, demikian juga dengan Dewi yg menyelipkan salah satu pahanya ke selangkanganku.
Kamipun saling bergesekan, aku merasakan hangat dan lendir di paha kananku. Kupeluk Dewi erat-erat. Tetapi dia memberontak dengan kuatnya dan menarik tutup matanya. Dewi mendorongku dengan kuat ke arah kanan, dan langsung menindihku sambil menciumiku dengan ganasnya, tangannya meraih penisku dan di arahkan ke vaginanya, dan " ahhhh" kurasakan hangatnya kewanitaan Dewi, terasa di sedot-sedot oleh otot-otot vagina Dewi. Dewi sekarang berada diatasku dan mengambil kontrol. Dia menunggangiku dengan liarnya, mempercepat tempo sambil menciumiku dengan ganasnya. Tubuh kami berkeringatan, aku meremas-remas dadanya Dewi, kemudian aku memeluk dewi erat-erat berusaha setengah duduk menciumi lehernya serta memainkan jariku di belahan pantatnya Dewi. Dewi semakin mempercepat iramanya dan memelukku erat-erat pula. Tiba-tiba aku merasakan sensasi yg luar biasa, sekujur tubuhku bergetar,terasa cairan hangat membasahi penisku, memenuhi
vaginanya. Demikian pula dengan Dewi dia memelukku erat-erat.
Kamipun terdiam, terasa seperti waktu berhenti, gelap, terbuai dalam rasa nikmat. Setelah beberapa detik berlalu, kembalilah kami ke kesadaran kami, berpelukan di ranjang. aku mengecup kening Dewi. " Happy Birthday Honey ".
TAMAT
Kuberika sentuhan kecil di klitoris dengan ujung lidahku. Dewi melenguh lagi sambil memegang kepalaku. Jari tengahku memulai menggesek-gesek ujung lubang vaginanya, sementara lidahku
kuputar-putar di sekitar klitoris Dewi, aku juga menghisap-hisap klitorisnya, kutarik dalam-dalam dengan hisapanku, sambil jariku menusuk-nusuk masuk dalam vaginanya, berputar-putar di dalam merasakan basahnya dan hangatnya dinding vaginanya. Jariku seakan-akan menggaruk-garuk dinding vaginanya atas bawah sambil aku tetap menghisap-hisap klitorisnya, sememntara jempolku kumainkan di antara vagina dan anusnya. Dewi berontak bangun " cepat Roy, ayo masukin donkkk please". Aku menyambutnya lagi dengan bibirku, kuciumi lagi dengan ganasnya, sambil kuselipkan pahaku diantara selangkangannya, demikian juga dengan Dewi yg menyelipkan salah satu pahanya ke selangkanganku.
Kamipun saling bergesekan, aku merasakan hangat dan lendir di paha kananku. Kupeluk Dewi erat-erat. Tetapi dia memberontak dengan kuatnya dan menarik tutup matanya. Dewi mendorongku dengan kuat ke arah kanan, dan langsung menindihku sambil menciumiku dengan ganasnya, tangannya meraih penisku dan di arahkan ke vaginanya, dan " ahhhh" kurasakan hangatnya kewanitaan Dewi, terasa di sedot-sedot oleh otot-otot vagina Dewi. Dewi sekarang berada diatasku dan mengambil kontrol. Dia menunggangiku dengan liarnya, mempercepat tempo sambil menciumiku dengan ganasnya. Tubuh kami berkeringatan, aku meremas-remas dadanya Dewi, kemudian aku memeluk dewi erat-erat berusaha setengah duduk menciumi lehernya serta memainkan jariku di belahan pantatnya Dewi. Dewi semakin mempercepat iramanya dan memelukku erat-erat pula. Tiba-tiba aku merasakan sensasi yg luar biasa, sekujur tubuhku bergetar,terasa cairan hangat membasahi penisku, memenuhi
vaginanya. Demikian pula dengan Dewi dia memelukku erat-erat.
Kamipun terdiam, terasa seperti waktu berhenti, gelap, terbuai dalam rasa nikmat. Setelah beberapa detik berlalu, kembalilah kami ke kesadaran kami, berpelukan di ranjang. aku mengecup kening Dewi. " Happy Birthday Honey ".
TAMAT
0 komentar: to “ Cerita Panas Malam Ultah Dewi ”
Posting Komentar